Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Pengantin Pesanan
"Katakan dimana nona Zahira." bentak Sean mengulang kembali ucapannya sambil menatap tajam wanita paruh baya itu yang sedang diikat di kursi dalam kamar hotel yang disewanya.
"Saya tidak tahu, kenapa bertanya kepada saya!" ucap Nyonya Victoria sambil memberontak di kursinya.
Plakk
Kembali Nyonya Victoria mendapatkan siksaan, wanita paruh baya itu hanya meringis kesakitan yang berderai air mata dengan wajah babak belur.
Sudah hampir satu jam lamanya Sean berada di kamar tersebut yang sedang melakukan interogasi kepada Nyonya Victoria alias ibu tiri dari istri tuan mudanya.
Namun, Nyonya Victoria masih saja bungkam dan tak kunjung buka suara. Padahal Sean sudah melakukan penyiksaan terhadap wanita paruh baya itu.
"Kenapa kalian tidak memukuliku sampai mati, apa kalian takut karena tidak punya bukti bahwa saya pelakunya hah. Untuk apa saya menyembunyikan anak bodoh itu" ucap Nyonya Victoria beralasan demi menutupi hal tentang Zahira.
"Melalui rekaman Cctv, Nona Zahira terlihat jelas mendatangi perusahaan ZMM group sebelum menghilang. Aku sangat yakin Perusahaan ZMM group menjadi lokasi terakhir yang didatangi Nona Zahira sebelum kejadian itu terjadi. Bahkan tak berselang lama, nyonya Victoria juga mendatangi perusahaan di hari yang sama. Asal nyonya tahu, aku berhasil meretas cctv bagian lobby di perusahaan ZMM group. Satu lagi, anda beserta putri anda sangat mencurigakan waktu itu." jelas Sean dengan tegasnya sesuai bukti yang didapatkannya. Sean tidak akan tinggal diam, ia akan mengupas tuntas sampai ke akar-akarnya perihal hilangnya istri tuan mudanya.
Nyonya Victoria mengepalkan tangannya duduk di kursinya. Dia akan terus tutup mulut demi menjalankan siasat liciknya.
Kemana Delisa pergi, bukannya semalam anak itu juga menginap di kamar sebelah. Tidak mungkin dia tidak melihat rombongan pria ini datang ke kamar ku. Oh atau jangan-jangan dia sudah meninggalkan hotel ini dari semalam. Batin Nyonya Victoria kesal dan merutuki sikap putrinya.
Untung saja aku sudah mengirimkan pesan kepada Jenos untuk menghabisi anak sialan itu hari ini juga. Batin Nyonya Victoria tersenyum dalam hati akan rencananya.
"Karena nyonya memilih mengelak. Aku tidak segan-segan untuk melempar nyonya keluar dari hotel ini." ucap Sean tak main-main dengan sorot mata tajamnya sambil mencengkram kuat rambut Nyonya Victoria hingga wanita paruh baya itu mendongak menatapnya sambil memohon pengampunan.
"Ampuni aku anak muda, tolong jangan sakiti aku. Aku sungguh tidak tahu keberadaan anak tiri ku." ucap Nyonya Victoria berderai air mata semua itu hanyalah tipu muslihatnya. Dia terpaksa memohon ampunan dihadapan pria asing yang sama sekali tidak diketahui identitasnya yang tiba-tiba datang melakukan penyiksaan terhadapnya.
"Henri, lempar tubuh wanita tua ini keluar jendela hotel. Pastikan dia mati atas insiden bunuh diri." Ucap Sean pada salah satu rekannya.
"Baik bro." sahut pria berambut gondrong yang bernama Henri. Pria itu mendekat ke arahnya lalu menyeret paksa tubuh Nyonya Victoria.
"Ampuni aku anak muda, aku benar-benar tidak tahu keberadaan anak tiri ku. Aku tidak berbohong. Walaupun kau membunuhku sekalipun." ucap Nyonya Victoria meyakinkan mereka.
Brakk
Tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka lebar lalu muncul lah sosok pria tampan berdiri diambang pintu. Semua orang langsung memandang kearah pria tampan tersebut.
"Bebaskan dia, Sean" ucap pria tampan itu dengan tatapan dingin. Pria tampan itu tidak lain adalah Louis.
"Bagaimana mungkin anda membe...." Sean tidak melanjutkan ucapannya, karena tuan mudanya sudah mengangkat sebelah tangannya untuk mengikuti perintahnya. Dia paham maksud dari tuan mudanya.
"Baik tuan muda" sahut Sean dengan hormat lalu meminta rekannya untuk melepaskan nyonya Victoria.
Tuan muda, siapa sebenarnya pemuda tampan ini. Apa kaitannya dengan Zahira. Tidak mungkin kalau pria yang dipanggil tuan muda adalah suami Zahira. Aku jelas sangat tahu pria yang menikahinya sangat urakan dan juga miskin. Batin Nyonya Victoria bermonolog yang sama sekali tidak mengenali suami Zahira.
"Ayo, tinggalkan tempat ini sekarang juga" ucap Louis lalu berbalik badan keluar dari kamar hotel.
Kemudian disusul oleh Sean dan rombongan anak buahnya juga melangkah keluar dari kamar hotel tersebut sambil mengekor di belakang tuan mudanya.
Tak lupa Sean mengirim pesan singkat beserta rekaman cctv yang diminta tuan mudanya perihal orang-orang yang dianggap mencurigakan atas hilangnya nona Zahira.
Tampak Louis dan Sean berjalan beriringan keluar dari hotel berbintang tersebut. Beberapa karyawan wanita yang sempat berpapasan dengan mereka tampak tersenyum ramah bahkan dengan terang-terangan memuji ketampanan Louis.
"Kenapa tuan membebaskan ibu tiri nona Zahira. Bukannya wanita itu otak dari hilangnya nona Zahira." ucap Sean memberitahu sambil membukakan pintu mobil untuk tuannya.
"Justru itu, kita hanya perlu mengawasinya dari jarak jauh. Aku sudah tahu seperti apa watak ibu tiri Zahira" ucap Louis menyeringai yang sudah duduk tenang di kursinya.
"Baik tuan, rencana anda sungguh tak terbaca." sahut Sean dan bergegas duduk di kursi kemudi.
"Sean!"
"Iya tuan."
"Tetap selidiki orang-orang di masa lalu Zahira, termasuk ibu tiri dan saudara tirinya. Pastikan informasinya terkumpul secepatnya sebelum membongkar kebusukannya. Aku masih ingin melihat siapa-siapa saja orang yang diajak bekerjasama untuk menjatuhkan istriku. Karena sesuai aturan ku, kita tidak bisa memberikan hukuman yang setimpal untuk mereka sebelum ada bukti ditangan." ucap Louis dingin sambil memainkan ponselnya memeriksa setiap informasi yang didapatkan oleh mata-mata nya.
"Sean" panggil Louis dengan suara meninggi.
"Iya tuan, ada apa" sahut Sean sambil menoleh kebelakang dimana sang tuan muda sedang bermain ponsel.
"Sean, cepat ke lokasi ini" ucap Louis dengan antusiasnya sambil menunjukkan ponselnya dimana sebuah pesan singkat tentang lokasi yang dikirimkan salah satu mata-matanya.
Sean hanya mampu mengangguk lalu mengemudikan mobil tuannya menuju lokasi yang dishare oleh salah satu rekannya. Untungnya pagi ini jalanan tampak lenggang sehingga menguntungkan baginya berkendara dengan kecepatan tinggi.
Sekitar 1 jam perjalanan, mobil yang membawa mereka tiba di lokasi tujuan, mengingat Sean berkendara dengan kecepatan tinggi alhasil mereka hanya menempuh jarak 1 jam, jika tidak, aslinya mereka bisa saja sampai dilokasi tersebut sekitar 2 jam perjalanan.
Louis bergegas keluar dari mobil. Pandangannya mulai diedarkan di sekelilingnya. Namun anehnya tempat itu hanya terlihat pemandangan bukit di sekelilingnya.
"Apa kita tidak salah alamat, Sean!" ucap Louis serius.
"Tidak tuan, memang disini lokasinya" ucap Sean yakin, mana mungkin dia salah alamat.
"Ayo, kita susur lokasi ini sampai menemukan istriku" ucap Louis memerintahkan anak buahnya yang ikut bersamanya.
"Baik tuan" ucap mereka dengan kompaknya.
Kemudian Louis mulai bergerak cepat berjalan menapaki jalan bebatuan yang sedikit tanjakan mengingat bukit ada dimana-mana dan harus ekstra hati-hati. Sementara sebagian anak buahnya melakukan pencarian kearah timur, mereka sengaja berpencar.
"Awas tuan" peringat Sean saat Louis tergelincir dan hampir saja terjatuh di dasar jurang.
"Tidak apa-apa, lanjutkan kembali pencarian" ucap Louis bersemangat. Karena sebentar lagi ia akan menemukan istrinya.
Sementara itu, kondisi Zahira sangat memperhatikan di ruangan gelap tersebut dengan tubuh penuh luka, bahkan sampai sekarang Zahira masih merasakan perihnya luka cambukan di punggungnya.
Zahira sudah tak memiliki tenaga, dia hanya meringkuk di atas kardus bekas dijadikan alas untuk tubuhnya yang penuh luka-luka sambil memegang sebuah balok kayu guna perlindungan diri dari hewan pengerat ataupun reptil.
Penglihatannya sudah berkunang-kunang sedari tadi dan sesekali mengedip pelan untuk tetap terjaga, mengingat sakit di kepalanya terus berdenyut nyeri. Bahkan tenggorokannya sangat kering layaknya berada di Padang pasir, Zahira butuh minum. Namun tak ada air setetes pun diruangan itu.
"Oh Tuhan, kuatkan aku" lirih Zahira dengan mata sayu hingga perlahan kesadarannya pun hilang.
Bersamaan pula terdengar suara pintu didobrak dari luar hingga akhirnya pintu yang digembok itu terbuka lebar.
"Zahira!" Seseorang berteriak memanggil namanya.
Bersambung....