NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:142k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~ Bab 26

Sasi keluar dengan memakai seragam sekolah dari kamar. Praktis saja kostumnya itu sukses membuat para penghuni ruang makan bertanya-tanya diantara riuh sarapan pagi itu.

"Eh, kok pake baju seragam?" tanya teh Katresna memantik semua orang untuk melihatnya.

"Loh, kamu ngga ijin? Hari ini kan acara----" a Candra ikut sewot ke arah adik bungsunya itu. Sementara Alva dan Asmi sudah saling pandang paham.

Sasi menghela nafasnya dan menggeleng, disaat semua meluangkan waktu untuk hari ini dan sengaja mengajukan cuti demi acara Alit, Sasi justru memilih bersekolah. Mungkin terdengar tak memiliki rasa simpati, memang. Tapi sudah dari jauh-jauh hari ia bicara pada sang pemilik acara.

Sasi meringis menatap Asmi dan Alva yang paham dengan keputusannya, sebab babak penyisihan kompetisi pencak silat itu, hari ini. Itu kenapa, Sasi memilih menginap di rumah Asmi agar terbebas dari amih dimana ia sudah bingung bagaimana cara melepaskan diri.

Dara masih ongkang-ongkang kaki di kursi meja makan sembari melahap nasi goreng dengan masih berpakaian piyamanya, tanda jika sang ibu belum memandikannya.

"Bi Sasi kok sekolah? Dara aja ijin kan mau ada acaranya den Alit..." begitu pula yang disuarakan Dara atas keputusan kontroversi Sasi.

"Sasi ada babak penyisihan silat hari ini a," bela Asmi, ia akan menjadi garda terdepan untuk Sasi, dan always!!

Tentunya Asmi sangat paham dengan posisi dan apa yang dirasakan Sasi saat ini, seperti dirinya dulu.

"Loh, tapi kan ini...."

"Sasi tetep datang, a. Tapi nanti pulang sekolah....sekolahnya aja dispensasi kok. Jadi jam 11 insyaAllah udah balik....Sasi usahain cepet." begitu katanya, Sasi patut bersyukur memiliki kakak seperti Asmi yang pengertian.

Pun dengan Candra yang hanya bisa memaklumi seraya berpikir bagaimana nanti menghadapi amukan amih saat tau Sasi tak ada, sudah tentu dirinya sebagai yang paling tua disini yang bertanggung jawab.

"Tapi neng, amih pasti ngambek nanti...." teh Katresna ikut bersuara membawa serta kopi untuk sang suami ke meja depannya dan mendorong itu, sehingga kepulan asap aroma kopi tubruk dapat langsung tersesap sempurna oleh Candra.

Sasi mengangguk, ia sangat tau resikonya nanti, "Sasi ambil resiko itu, teh. Sasi juga serba salah, kejuaraan ini udah Sasi tunggu-tunggu dari kelas X bahkan dari smp. Toh tetep, kalaupun nanti Sasi masuk babak selanjutnya atau sampe final, Sasi bakalan lebih milih amih." Jelasnya getir menerima piring dari ambu Lilis, "nuhun ambu."

Katresna menatap sang suami bergantian dengan Asmi tak paham, "babak selanjutnya itu bentrok sama acara seren taun nanti, teh..." jawab Asmi membantu menjawab kebingungan Katresna.

"Kenapa ngga ngomong dulu neng, meni dadakan gini...aa juga jadi bingung kalo udah kaya gini, kebiasaan pisan kamu mah!" omel Candra kini ikut berpikir keras meski kemudian ia membawanya santai saja sembari menyesap kopi, seolah secangkir kopi bisa menenangkan setiap masalah yang datang.

"Jangankan aa, Sasi aja bingung..." jawabnya yang memang begitulah adanya, "berasa nafas aja salah..." akuinya lagi.

Seketika wajah Katresna jadi sayu membiru, "uhhh, meni kasian adek teteh..." ia langsung menyergap Sasi dan memeluknya sekilas.

"Seenggaknya Sasi pernah ngerasain impian Sasi, meskipun cuma sampe babak penyisihan aja..." tambahnya semakin menambah kegetiran hati siapapun disini yang semakin terenyuh.

Sasi melahap nasinya tak sampai habis, ia langsung bersimpuh di depan Asmi dan Alva demi melirik waktu yang semakin mepet, "maafin Sasi udah sering nyusahin...maafin acara hari ini ngga hadir ya teh, akang..."

Alva mengurai senyuman tipis, "ngga apa-apa, Si..."mau akang anter ngga ke sekolah?" tanya Alva digelengi Sasi, "nanti temen-temen Sasi pada nitip salam buat bapaknya Alit, Sasi juga yang kena damprat teteh." liriknya ke arah wanita yang asik membersihkan wajah putranya.

Katresna terkekeh disana sembari menyuapi sang putri yang sedikit sulit makan, "busui sensi, ya Si..."

Kini perhatian Sasi beralih pada bayi gemoy di pangkuan Asmi, "maafin bibi ya Alit, kalo nanti datangnya telat banget. Yang penting tetep absen muka..." Sasi menciumi keponakannya itu yang belum dimandikan.

"Iya bi..." jawab Asmi dengan suara diimutkan mengundang tawa Sasi, "semangat ya silatnya! Bibi pasti kalah...kalah sama amih nanti."

Kembali Sasi tertawa dan menatap kakaknya itu dengan mata sendu, "bener pisan."

Merasa risih akibat diciumi Sasi, bayi itu langsung merengek dan meledakan tangisnya dengan muka yang sudah memerah.

"Udah ah!" sembur Asmi menjauhkan Sasi yang intens membuat Alit risih, "sekali lagi atuh teh...asemnya teh wangi!" pinta Sasi memaksa yang tetap dijauhkan Asmi, "tolong ayahhhh, aku di paksa tante-tante ganjen!" teriak Asmi.

Di luar dugaan, Candra sudah berjalan mendekat dengan pakaian casualnya sembari menenteng kunci mobil Sasi, "aa yang anter. Biar mang Ujang bantuin mang Eka beresin kursi di depan."

"Dara ikuttt!" praktis bocah yang belum mandi itu menyeru ingin ikut mengantarkan Sasi sekolah.

"Eh, kenapa jadi rombongan gini nganterin sekolahnya?!" kritik Sasi.

"Dara mau ikut pokonya!" paksa bocah itu, bergidik tak mau saat ibunya memaksa untuk melanjutkan sarapannya yang belum rampung.

"Kuy lah ikut!" justru ajak Candra pada putrinya.

"Meni kaya nganterin orang haji aja ini teh, ih..." dumel Sasi saat Dara sudah berlari ke depan rumah.

Sasi menyerahkan surat dispensasi terlebih dahulu pada pihak sekolah bersama beberapa siswa lain yang mewakili nama sekolah mereka dalam kejuaraan ini.

"A. Hape Sasi matiin dulu yah. Biar fokus nantinya."

Candra mengangguk, "dimana babak penyisihannya?"

"Gor C-tra..."

Candra mengangguk, setidaknya ia tau dimana Sasi demi berjaga-jaga seandainya butuh menyusul sang adik.

"Hati-hati. Good luck," Sasi meraih punggung tangan Candra dengan Candra yang mengecup pucuk kepala Sasi.

"Makasih, a."

Miris memang, disaat yang lain mendapatkan dukungan keluarga, terutama ibu dan ayah...Sasi justru sedang kucing-kucingan. Hanya ada Candra yang hadir saat ini, disaat Sasi membutuhkan dukungan semangat.

"Dadah bi Sasi!"

Sasi melambaikan tangan diantara kegalauan, Candra sudah masuk kembali ke dalam mobil setelah mengatakan jika nanti butuh jemputan, maka Sasi hanya tinggal menelfonnya.

Sasi lantas menatap layar ponsel dan mematikan dayanya, sembari tak peduli dengan pemandangan sekitar dimana para keluarga sudah memeluk dan memberikan dukungan moril untuk teman-temannya yang akan ikut bertanding juga.

Foto bersama, ucapan selamat bertanding, dan do'a dilakukan pagi itu dipimpin wakil kepala sekolah.

Sasi bersama beberapa lain masuk ke dalam mobil salah satu guru yang mengantar mereka ke tempat arena tanding.

Bagas tergesa dengan rambut yang masih basahnya, "awas nyusul! Jangan ngga nyusul, ngga enak sama keluarga Asmi, Gas...nanti ibun yang ngomel-ngomel."

Bagas mengangguk, menyalakan batangan tembakau miliknya sebelum kemudian memasang helm di kepala.

"Bagas pergi dulu, mpap."

Pagi ini, ia sengaja bangun lebih pagi padahal semalam ia bergadang mengerjakan tugasnya bersama Fauzi sampai pukul 3 pagi. Bahkan Fauzi baru saja pulang jam 6 pagi tadi setelah sempat tidur di kamar Bagas demi menunggu pagi untuk pulang.

"Salam buat Sasi!" ujar Nata. Ia cukup dibuat geleng kepala, tak habis pikir dengan jalan pikiran besannya. Kembali, aturan dan garis takdir sebagau keturunan menak menjadi lawan dan pengaruh terkuat. Bahkan sang istri seringkali mengadu dan mengeluhkan cara mendidik dari Sekar Taji sang besan wanita.

"Kadang ngga paham sama jalan pikiran teh Sekar, bang. Suka kasian sama Sasi..." Ganis mengoceh seolah sedang mengadu pada Nata sang suami tentang sikap besannya itu. Sepertinya jika bukan besan, sudah Ganis tonjok Sekar Taji yang ngga ada kapoknya.

"Udah dicoba dikasih saran, dipengaruhin...tetep aja begitu. Emang udah sifatnya begitu kali ya..." seringkali jika sedang berdua, istrinya yang kini sedang berada di rumah Alva itu menyeret topik pembicaraan keluarga besannya demi menemani sarapan, makan siang dan makan malam mereka.

"Kita lihat aja apa yang bakalan terjadi, gimana Sasi ngadepinnya. Jangan terlalu ikut campur sama cara mendidik orang, Ay. Gimana pun Sasi anak Sekar sama den Amar..."

Bahkan Ganis sudah menduga sesuatu yang mengejutkan, namun ia sebagai seorang kepala rumah tangga dan manusia biasa tak bisa mencegah hal itu, anugrah perasaan yang diberikan Tuhan untuk hambanya...lagipula tak ada larangannya ipar menyukai ipar, sah--sah saja kan?!

"Abang ngga liat kalo anak bungsu abang kayanya suka sama Sasi?" cerca Ganis, "emang abang ngga bisa liat gitu, Bagas tuh memperlakukan Sasi beda...udah bukan kaya kakak ke adek, ck..." Ganis menghentikan kegiatannya demi meredam emosi, "kalo sampai beneran. Gimana?" resahnya.

.

.

.

Sasi masih mendengarkan ocehan pembimbing, serta coachnya di luar daripada gor, puluhan bahkan ratusan atlit muda pencak silat sudah berkumpul dibawah naungan lembaga pemerintah ini.

Banner dan spanduk besar semakin meramaikan suasana bersama musik khas sunda menggema rendah dari dalam.

Sasi bahkan sudah mengganti pakaiannya menjadi serba hitam dengan tulisan padepokan dan nama sekolah. Mencepol rambutnya jadi satu di belakang agak atas.

"Nomor peserta jangan sampai copot."

Dan sosok Sasi terbingkai jelas begitu cantik di mata seseorang yang baru saja datang diantara ribuan khalayak, tak sulit mencari sosok gadis menak yang memiliki aura berbeda ini, naluri dan intuisinya sudah kuat pada Sasi, persis di dekat pintu masuk....Sasi dan rombongan sekolah masih berdiri.

"Mukanya meni nervous gitu...santai, tatap lawan, lumpuhkan..." meski suaranya terganggu oleh riuhnya tempat, namun Sasi tetap dapat mendengar ucapan Bagas.

Sasi menoleh ke arah sumber suara.

Pusat gravitasinya ada disini, sebelumnya ia merasa seperti melayang, hampa, tak tentu arah. Namun kehadiran Bagas yang sengaja jauh-jauh hadir tidak lain dan tidak bukan untuknya, hanya untuknya...

"A Bagas," Sasi menghampiri, "aa jadi datang? Bukannya semalem bilangnya..."

"Iya. Uzi emang udah dari rumah. Ngerjain tugas, tadi pagi pulang...aa langsung kesini, mau liat boncelnya aa tanding."

Sasi mendelik dan menyarangkan tonjokannya pelan di lengan Bagas.

"Pemanasan neng? Jangan aa yang jadi samsaknya."

"Kirain aa mau langsung ke rumah teteh sama akang, ibun nanti marah."

Bagas menggidik tak acuh, "biarin. Udah biasa."

"Aa kalo nonton duduk di mana, nih?"

"Sama rombongan official aja." ajak Sasi meraih tangannya untuk bergabung kembali bersama yang lain, namun tautan tangan itu masih setia menggenggam meski mereka sudah berada diantara rombongan.

Sasi hanya butuh Bagas saja saat ini, dan memang hanya ada Bagas.

.

.

.

.

1
Calista
itu mkn waktu brp hr ya klu ad angkot jurusan cibaduyut ke korea.
Yuliasih Dila
Keren bangett...luarbiasa
jumirah slavina
wwoooiii Sasiii....
Kamu kemanaaaa....
ko' gak nongolllll.....
Ney Maniez
menangg ge gak dikasih reward sasi,, yg ada dihukum/Grimace//Grimace//Grimace//Grimace/
Ney Maniez
congratulations sasiiii..
tp kasian jugaa ya
jumirah slavina
Sasi & Bagus kena hukum Amih ya Thor jd lama gak nongol
Syifa Komala Fathir
selalu bagus karya karya nya
Dyah Ayu
ini klo Sasi udh sampe di batas kesabarannya pasti lebih parah dari Asmi..
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
kisah sasi, ga kalah dinamisnya sama kisah kakaknya....
semangat mbksin bikin sasi vs amih membara yah! 😉
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
dan...aku sampe disini mbk sinta....

beugh, sasi masih sma udah terjal aja jalan hidupnya, masih dengan amih yang sama ternyata....
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇: haii 🤗😘😍
🌼 Incess Hatari 🌼: ibuuu😘😘😘
total 2 replies
Mika Saja
oh.....dl aa candra kabur sm teh katresnan to,,,,ayo si ada temannya yg pembangkan bisa dicontoh lah aa candra🤭🤭🤭
Mika Saja
amih mah keras sekeras batu,,semoga nti bisa berubah,gengsi aja ditinggin
isni afif
lanjut teh sin.....
Yuni Widiyarti
kok kuat banget ya jadi sasi.aku miris banget sama dia.disaat yg lain bangga akan pencapaiannya dia hrs makin tertekan dengan prestasinya
Vike Kusumaningrum 💜
Semangat membangkang Sasi, teruslah berbuat sampai Amih menyesali tindakannya, orang seperti Amih mah yang ini dituruti, terus nuntut , emang begitu. anak kalau biasa dikasari, biasa dihukum dia akan kebal dan akan mengulanginya. amih jadi kebiasaan menekan anak, kalau Asmi hampir stress mungkin sasi nanti gila. baru Amih akan sadar, atau mungkin sudah di titik lelah, Sasi bundir trus dikuatkan Bagas, baru Amih benar2 sadar. aaah kasihan kan a' sm nasib adek²annya. sehat selalu kak Sin 🤲🤲 kmna wae euy ? lama 😭😭
Bunda AL: ka sin..kmn aja ko blm update lagi.. pdhl q ngguin kelanjutan cerita ny..sehat dan tetap semangat buat ka sin..aamiin🤲🤲
total 1 replies
Yuni Widiyarti
gimana sis si orang berbuatnya berani masak tanggung jawabnya takut.anggap aja latihan minta restu buat nikahan Ning sasi sama aabagas kelak...semangat
MPit Mpit MPit
astaga si amih ituh ihh bener bener akuh mah mau banget ngagetok..
isni afif
lanjut...teh sin....
Fadilah
si Amih mah kayaknya orang tua egois ih, gk d jadikan pelajaran dulu"nya malah makin jadi kayaknya
Marliyanipratama
heeh nya eceu mah t ngarti te ningal k tukang ka jadian asmi kumha cenah pek danguken saran ti besan tuh ibun conto na ngebebasin anak nya tpi masih bisa di kontrol, sadar mih sadar ulah ampe amih nyesel... apa mau neng bawa amih k tujuh curug beh sirah amih te ulah batu" teuing... kudu kitu nya si amih teh di ruat atawa di ruqiah...
Vike Kusumaningrum 💜: hahahha, bener.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!