Please, Marry Me!

PERKENALKAN YANG MENYEBALKAN

Masih berada di perusahaan. Terlihat dua orang berbeda gender tengah sama-sama meraih kertas-kertas dokumen di lantai.

Beberapa kertas berada di tangan Hari yang tersenyum kecut saat Noah menatapnya penuh emosi, meraih kasar kertas yang ada di tangan Hari hingga memberikan lirikan tak enak pada wanita itu.

“Jadi, kau temannya Tiara?” sebuah pertanyaan mulai muncul. Noah berbalik menatap Hari setelah menata rapi mejanya.

Pria itu duduk di atas meja, sementara Hari masih berdiri kikuk.

“Iya. Dan aku tidak tahu jika yang di maksud Tiara adalah menikah dengan pria seperti mu.” Ketus Hari masih meremas tali tas-nya.

“Apa? Apa maksudnya seperti aku?” balas tak terima Noah menatap tajam.

Terkejut akan respon Noah karena ucapannya barusan, Hari langsung menggeleng cepat.

“Dengar Nona! Masih banyak wanita di sini, aku bisa menikahi mereka, kecuali kau.” Sambil menunjuk tajam tepat di hadapan Hari yang juga mulai terpancing emosi.

Wanita itu tersenyum mengejek. “Cih, jika benar bisa— kenapa kau masih jomblo tua?!! Upss, maaf!” ejek Hari. Sebisa mungkin Noah menahan hingga membuat rahangnya mulai mengeras dan tangan terkepal.

Kini dalam lubuk hati, Noah benar-benar ingin melahap kepala Tiara rasanya.

“Baik! Lagipula, kau juga yang membutuhkan ku!” pria itu mulai berjalan ke arah sofa panjang warna abu-abu, duduk bersilang kaki serta meletakkan tangan kanannya di punggung sofa, sementara tangan kirinya berada di pahanya. Seakan puas mengancam wanita itu, Noah lupa akan dirinya yang tak mau menikah.

Sedangkan Hari mendengar ucapan tersebut langsung membulatkan matanya. 'Aku membutuhkan uang! Tapi aku tidak mau dengan pria itu--- tapi aku membutuhkan uang!' Sedih Hari dalam hati. Seketika ia berbalik dan ikut duduk di sofa, tersenyum lebar tapi palsu.

“Ahh! Lupakan pertengkaran kita. Wajar jika pria menikah di usia tua' kan!!” senyuman Hari yang palsu begitu terlihat mengerikan, membuat Noah sedikit merinding. Ia tahu wanita itu tengah memanipulasi dirinya.

“Kau membutuhkan seorang istri untuk pergi ke London! Dan aku membutuhkan uang untuk bisa pergi ke sana juga! Kita berdua sama-sama ingin pergi, jadi— mari kita— ”

“Tidak.” Tolak Noah.

Senyuman lebar Hari hilang saat mendengar suara bariton menyebalkan itu baru saja memotongnya.

“Aku tidak mau menikah dengan wanita seperti mu! Dan iya, jika kau butuh uang untuk pergi ke London... Aku bisa memberikan cash untukmu secara cuma-cuma, jadi untuk apa kita menikah?” wajah Noah terlihat sombong dan penuh ejekan membuat tangan Hari sudah terkepal erat.

Bruakkk.! “Kau pikir aku pengemis, huh? Dengar Rubah jelek, kau pria bodoh, menyebalkan dan pedofil! Uang mu banyak tapi sayang, kau bahkan tidak bisa pergi ke sana. CK, kasihan sekali!” Ucap Hari kembali duduk melipat kedua tangannya ke dada sambil berpaling membuang nafas kasar.

Mendapatkan cacian pertama kali dalam hidupnya, Noah benar-benar merasa runtuh harga dirinya.

“Aku lebih kasihan pada wanita malang seperti mu! Aku sangat yakin, kau bahkan tidak bisa menabung dengan baik. Dan jikapun bisa, orang lain akan mencurinya darimu!” Balas Noah menyeringai kecil.

Hari langsung menoleh dengan mulut terbuka membentuk O ketika ucapan itu adalah sebuah kebenaran.

“Apa? Kau wanita menjijikan, sok-sokan minum alkohol padahal sudah tahu jati diri jelek mu. Masuk ke kamar orang, menggodanya dengan nama Kapten Amerika, lalu muntah di sembarang tempat.” Tak ada hentinya Noah mencaci wanita yang saat ini hanya menganga emosi.

“Dan..." Penuh penekanan saat Noah mengingat wajahnya terlukis dengan lipstik. Pria itu mengepalkan tangannya.

“Yang paling tidak bisa ku maafkan, saat kau berani MENGOTORI WAJAHKU!!!” sentak Noah di akhir kalimatnya.

Hari diam seribu bahasa sedikit tersentak kaget.

“Ka-kau juga sama. Mencuri kesempatan saat wanita tak sadarkan diri. Sudah berapa kali kau bermain ronde dengan ku HUH??!!” teriak Hari tak kalah tinggi.

“Ronde?”

“Haaa!?” balas Hari.

Sangat kesalnya Noah sampai ia mulai mengusap kasar rambut dan wajahnya, laku balik menatap tajam ke arah Hari yang berusaha menutupi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Noah menyeringai miring. “Bibirmu bahkan RASANYA TIDAK ENAK!" Gertak Noah.

Mata Hari kembali membulat lebar. “APA? Beraninya kau— kau bahkan tidak merasa insecure dengan milikmu yang kecil, huh?!" balas Hari tak ada habisnya.

-'Kecil? Apa yang dia maksud adalah... ' Noah menutupi kemaluannya dengan wajah gugup. Ucapan keduanya itu bohong, mereka hanya ingin membalas satu sama lain.

"AXBXFZJWCCQVXXJF....!!"

"CAXQVSZVSKVXSBV!! HAHAHAH!!!"

Cekcok keduanya tak ada habisnya, saling membalas hingga Tiara akhirnya datang. Namun, wanita itu terkejut saat melihat ruangan Noah yang selalu terkenal akan kerapian dan kebersihannya, terlihat berantakan, juga suara dua orang yang tak jelas membuat Tiara langsung bergegas ke arah sofa.

“HENTIKAN!!” sedikit teriakan dari Tiara membuat Noah dan Hari sadar, menoleh bersamaan ke arah Tiara yang berdiri di antara dua temannya itu.

“Kau sudah datang / Kau sudah datang!!” ucap bersamaan keluar dari mulut si Rubah dan si aneh, begitulah ejekan mereka.

“Iya, aku datang!” jawab Tiara meletakkan tas merahnya di atas meja.

“Kenapa harus dia / Kenapa harus dia?” lagi, keduanya berucap bersamaan. Noah menutup matanya, berusaha meredam emosi dan Hari berpaling sejenak karena malas.

“Aku tidak / Aku tidak... ” Lalu berpaling membuang muka masing-masing dengan dengusan kesal. Tiara masih melongo melihat tingkah keduanya.

“Hey! Kalian sudah saling kenal?”

“Tidak / Tidak.” Masih berpaling malas.

Tiara segera duduk di tengah-tengah sofa, tersenyum tipis melihat mereka berdua seperti anak kecil. “Ayolah teman-teman! Pikirkan keuntungan kalian masing-masing.”

Baik Noah maupun Hari, keduanya hanya bergeming namun tidak saling pandang, membuat Tiara kesal sendiri.

“CUKUP, HENTIKAN!! Kau Noah, kau sudah dewasa dan penis mu juga tumbuh pesat.” Noah langsung melotot, menatap penuh ancaman ke Tiara sambil menutupi kemaluannya sendiri.

“Dan kau Hari. Kau juga sudah dewasa, payudaramu juga sudah membesar' kan! Bahkan masih bisa lebih besar lagi.”

“He-hentikan!!” balas Hari menutupi payudaranya sendiri dengan rona merah di pipinya.

Tiara tahu cara membuat orang-orang itu akhirnya mau menatapnya. Wanita pirang itu tersenyum jail dalam hati.

Bagaimana bisa Tiara mengatakan hal seintim itu, di saat ada seorang pria di sana. Hari akui Noah itu masih normal, bahkan sangat normal.

“Kalau begitu ayo! Saling bersalaman dan perkenalkan diri masing-masing!” pinta Yamanaka jahanam itu.

“Tidak mau dan— ”

“Tidak Akan pernah.” Sambung Hari kompak seperti Noah. Tiara mendengus lelah, memegang dahinya sejenak.

“Kalau begitu, aku akan mengatakan hal yang lebih gila lagi.”

“JANGAN!!” teriak bersamaan.

“Kalau begitu, cepat. Kita tidak punya banyak waktu.”

Seketika, Noah dan Hari menoleh bersamaan. Saling memandang tak enak seolah dalam hati mereka masih saling mengejek satu sama lain. Keduanya sama-sama mengulurkan tangan, berjabatan santai tanpa senyuman.

“Noah!”

“Hari Clarissa!”

“Sambil tersenyum!” mendengar perintah itu, senyuman terukir di bibir masing-masing, saling memandang lalu meremas tangan yang masih bertautan.

Cukup kuat bagi seorang wanita bertubuh mungil seperti Hari saat meremas tangan Noah yang besar. Meski sama-sama merasakan sakit di tangan mereka, namun itu tidak berhenti-henti begitu saja.

Tiara yang sadar akan remasan di tangan masing-masing, ia langsung berteriak menghentikan tingkah konyol keduanya.

...🛫📍🛬...