Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#29
Rafael terkejut ketika Rhys memanggilnya. Mereka berdua adalah sahabat dan hubungan keduanya merenggang ketika kecelakaan terjadi pada Mom Diana dan Rhys, yang membuat sahabatnya itu kehilangan ingatan dan tak mengenalinya lagi.
“Kamu?”
“Mengapa kamu tidak pernah menemuiku, Raf?” tanya Rhys.
“Menemuimu? Untuk apa? Bukankah kamu yang menolak kehadiranku? Sudahlah. Saat ini aku datang untuk berbisnis,” kata Rafael. Ia diperintahkan oleh Daddynya untuk bekerja sama dengan Perusahaan Alban, dan hal itu harus berhasil.
“Kamu adalah sahabatku, seharusnya ada di sampingku saat aku membutuhkannya,” kata Rhys.
“Kamu yang tak menginginkanku ada di dekatmu, Rhys. Tak ada seorang pun yang mau mendekatimu, bukan karena tak mau, tapi karena tak bisa.”
Rhys merasakan kembali sakit di kepalanya. Ingatannya yang kembali secara mendadak, kadang membuatnya merasakan sakit yang tak biasa di kepalanya.
“Ada apa, Rhys?” Rafael yang melihat Rhys kesakitan, memanggil Finn yang sedang keluar untuk mengambil beberapa laporan.
“Rhys!” Finn langsung mengambil air dan menyerahkannya pada Rhys. Ia mencoba menenangkan Rhys yang sepertinya mengalami serangan di kepalanya.
“Maaf, Tuan. Apakah pertemuan ini bisa ditunda?” tanya Finn yang merasa kuatir dengan keadaan Rhys.
“Baiklah. Kabari aku kapan Rhys bisa melakukan pertemuan lagi.”
“Baik, Tuan.”
Rafael beranjak dari sofa dan melangkah menuju pintu. Ia kemudian berbalik, “Hmm … kabari aku juga keadaannya. Setidaknya membuat perasaanku lebih lega.”
Finn mengangguk dan melihat Rafael keluar dari ruangan Rhys. Setelahnya Finn membantu Rhys untuk masuk ke dalam ruangan khusus di belakang lemari Rhys.
“Beristirahatlah dulu, Rhys. Aku akan memanggilkan dokter,” Finn bergegas keluar dan menghubungi dokter pribadi keluarga Alban.
**
“Cepat kerjakan!” perintah Uncle Ronald.
“T-tapi, Tuan. Ini sebuah kesalahan. Aku tak mau kalau nanti dipecat oleh Tuan Rhys,” kata salah seorang pegawai.
“Kalau kamu tidak mengikuti perintahku, maka aku yang akan memecatmu sekarang juga!” ancam Uncle Ronald.
“Ba-baik, Tuan,” pegawai yang bernama Stephanie itu pun langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Uncle Ronald. Ia hanyalah pegawai baru, bahkan masih dalam status kontrak selama 6 bulan. Ia membutuhkan pekerjaan itu dan tak mau sampai dipecat. Ia sungguh beruntung bisa diterima di Perusahaan Alban yang terkenal sulit untuk masuk.
Uncle Ronald tersenyum sinis saat pegawai baru itu keluar dari ruangannya. Ia sudah memikirkan hal-hal luar biasa yang akan segera ia dapatkan setelah ini.
Saat ini ia sedang memanfaatkan kondisi Rhys yang sepertinya kurang baik setelah Celine meninggalkan kediaman Keluarga Alban. Selain itu, hubungan antara dirinya dengan Eve pun semakin memanas.
**
Dokter keluarga memeriksa keadaan Rhys. Ia hanya menghela nafasnya pelan kemudian meletakkan kembali stetoskopnya ke dalam tas.
“Apa belakangan ini ia mengalami stres yang berlebihan?” tanya sang dokter.
“Sepertinya begitu,” jawab Finn.
“Sebaiknya ia banyak beristirahat, berhenti sejenak dari semua rutinitas pekerjaannya. Mungkin akan baik jika ia pergi berlibur, menikmati kehidupannya meski sebentar.”
“Baiklah, Dok. Aku akan menyarankan hal itu padanya,” kata Finn.
Setelah kepergian dokter keluarga, Finn kembali ke ruangan khusus Rhys itu. Ia melihat wajah Rhys yang sedikit pucat, seakan sedang mengalami masalah yang teramat berat.
“Apa kamu masih memikirkannya? Maaf, aku memang berhenti mencarinya. Aku merasa lebih penting untuk fokus pada penyembuhanmu lebih dulu. Setelah semua normal, kita akan mulai mencarinya lagi. Dan untuk Eve, ku rasa kamu perlu tahu sesuatu tentangnya. Aku juga baru mengetahuinya kemarin, saat orang suruhanku mengikutinya,” kata Finn. Ia tahu Rhys tak mendengar, namun ia terus berbicara.
**
Alice yang baru keluar dari Anak Perusahaan Alban yang bernama Albanie Group, langsung menuju ke arah parkiran. Ia masuk ke dalam mobil dan kembali memikirkan perkataan Rhys tadi pagi.
“Memimpin Albanie? Apa aku bisa?” gumam Alice.
Aku ingin kamu menggantikan Uncle Harry untuk memimpin anak perusahaan Alban.
“Lin, apa menurutmu aku akan bisa menggantikan Uncle Harry? Dad-mu itu sangat luar biasa. Aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirinya,” gumam Alice terus berbicara sendiri sambil memegang kemudi mobilnya.
Setelah beberapa lama, ia meliha ke arah jam di pergelangan tangannya, “Whattt??!!! Jam 6? Masa aku melamun 1 jam?”
Alice pun langsung menjalankan mobilnya untuk keluar dari area parkir Albanie. Jalanan lumayan ramai sore itu, membuatnya harus terhenti beberapa kali karena terkena lampu merah.
Ketika Alice berhenti di lampu merah, ia meraih ponselnya dan melihat apakah ada notifikasi. Matanya berbinar ketika melihat Celine mengiriminya foto wanita itu di depan bangunan sekolah tempatnya bekerja. Alice sangat senang melihat senyum Celine.
Uncle, aku akan pastikan Celine bahagia. Aku berjanji. - batin Alice. Alice ingin membalas pesan Celine, namun ia melihat lampu lalu lintas yang berubah, ia pun meletakkan ponselnya.
Setelah meletakkan kembali ponselnya, Alice menoleh ke samping. Matanya membulat saat melihat siapa yang keluar dari sebuah restoran di tepi jalan, sambil berangkulan.
Tinn tinnn tinnn
Karena fokus pada obyek di depannya, Alice sampai lupa untuk menjalankan mobilnya dan membuat mobil di belakangnya terus membunyikan klakson.
Matanya menajam dan pegangan tangannya mengerat pada kemudi. Ia mengikuti mobil yang ia ketahui siapa yang berada di dalamnya. Hatinya bergejolak saat ini dan pikirannya tak tenang.
Mobil tersebut masuk ke dalam parkiran sebuah hotel. Alice terus mengikuti hingga keduanya turun dan memberikan kunci kepada petugas valet. Sang pria memegang pinggang wanita san sang wanita menempelkan kepalanya di dada pria itu.
Sebenarnya Alice ingin masuk dan membuktikan apa yang ada dalam pikirannya. Namun saat ini ia tak dapat berpikir jernih. Ia takut malah membuat semuanya bertambah runyam. Akhirnya ia pun meninggalkan hotel tersebut.
**
Celine menatap ponselnya. Ia sudah mengirimkan foto terbaiknya pada Alice. Namun, wanita itu hanya membaca tapi tidak membalas.
“Ah mungkin ia sedang dalam perjalanan pulang,” gumam Celine.
Sejak pertemuan mereka, keduanya selalu bertukar pesan setiap harinya. Bahkan Alice selalu memintanya untuk melaporkan apa yang ia lakukan. Alice sudah seperti seorang kakak yang begitu protektif pada adiknya.
Hingga malam, tak ada balasan sama sekali dari Alice. Hal itu membuatnya sedikit kecewa.
Al, kamu di mana? apa kamu akan meninggalkanku? - batin Celine. Trauma pada cinta Rhys, membuatnya berhati-hati pada yang namanya rasa kecewa.
🌹🌹🌹