( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 - Jurus Jitu Shady
*Flashback*
Beberapa tahun yang lalu...
Ponsel Rasya berdering. Sebuah panggilan dari sang kakak, Raffa.
"Halo, Kak."
"Rasya! Tolong aku!"
Suara Raffa terdengar panik.
"Ada apa, Kak?"
"Bantu aku untuk batalkan pernikahan Nola dan Shady."
"Apa?!"
"Kakak sudah memutuskan akan menceraikan Vanessa setelah dia melahirkan. Kakak tidak punya waktu lagi, Rasya. Kakak sangat mencintai Nola. Tolong kakak!"
Rasya ikut panik mendengar suara Raffa yang bergetar.
"Kakak ada dimana?"
"Aku di jalan. Sedang menuju rumah Nola."
"......"
"Rasya! Tolong aku! Aku tidak bisa kehilangan Nola! Aku sangat mencintainya! Vanessa sudah merusak semua impianku bersama Nola."
"......."
"Rasya! Jawab aku!"
"Baiklah. Kakak tenang saja! Aku akan menemui Nola sekarang juga."
Panggilan berakhir. Rasya segera pergi melajukan motor sportnya menemui Nola.
Tiba di apartemen Nola, Rasya disambut oleh gadis itu.
"Rasya! Kau datang sekarang? Pernikahanku masih besok!" ucap Nola yang terus menyunggingkan senyumnya.
"Nola! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Ada apa? Kau terlihat sangat serius." Nola mengerutkan keningnya.
"Batalkan pernikahanmu dengan Shady!" seru Rasya.
"Apa maksudmu? Kenapa aku harus membatalkan pernikahanku?"
Rasya amat frustrasi saat ini. Ia mengusap wajahnya. "Shady bukanlah orang yang baik, tidak seharusnya kau menikah dengannya!" tegas Rasya.
Nola menggeleng pelan. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!"
Tanpa di duga, ternyata Shady juga datang ke apartemen Nola untuk mengajaknya makan malam bersama keluarganya.
"Tolong dengarkan aku, Nola. Jangan menikah dengan Shady!" pinta Rasya.
"APA!" Suara Shady terdengar penuh amarah.
"Apa yang kau lakukan, hah?! Kau ingin mempengaruhi Nola? Kau benar-benar licik!" Shady menarik tangan Nola agar menjauh dari Rasya.
"Berhenti mengganggu Nola! Kau sahabatnya tapi seperti parasit untuknya. Ayo kita pergi!" Shady segera membawa Nola pergi dari sana dan membiarkan Rasya yang masih mematung disana.
Tak lama setelahnya, panggilan dari sang kakak kembali menggema di ponsel Rasya.
"Halo, Kak. Aku..."
"Maaf, apakah ini dengan keluarga Raffa Kalendra."
"I-iya, bapak siapa? Dan ada apa dengan kakak saya?"
"Bapak Raffa mengalami kecelakaan, dan sekarang berada di rumah sakit."
Ponsel Rasya terjatuh dari tangannya. Kakinya lemas mendengar penjelasan dari si penelepon. Itu adalah panggilan terakhir dari kakaknya. Permintaan terakhir dari kakaknya. Sebuah permintaan yang tidak bisa Rasya wujudkan.
#
#
#
"Kakak!"
Suara panggilan Clara membuat Rasya kembali dari lamunannya.
"Ya? Ada apa?"
"Kakak mandilah, aku sudah selesai mandi."
Pesta pernikahan telah usai. Kini Rasya dan Clara tinggal di apartemen Rasya.
"Ah, iya. Kalau begitu aku ke kamar mandi dulu." Rasya beranjak dari duduknya dan langsung menuju kamar mandi.
Clara menatap heran pada pria yang kini menjadi suaminya. "Ada apa dengannya? Apa dia gugup karena ini adalah malam pertama kami?"
Clara memegangi wajahnya yang bersemu merah. Entah apa yang akan terjadi setelah Rasya keluar dari pintu kamar mandi itu.
Sementara itu di rumah keluarga Hutama, Shady meregangkan otot-ototnya usai seharian menghadiri oesta pernikahan adiknya. Melihat begitu bahagianya Clara di hari pernikahannya, tiba-tiba Shady memikirkan tentang Dea.
Shady mengingat bagaimana ekspresi wajah Dea ketika harus menghadapi pernikahan yang mendadak. Bahkan tidak ada raut kebahagiaan di wajah Dea saat itu. Yang ada hanyalah rasa syok dan kesedihan karena harus menerima pernikahan kontrak dan menjadi ibu sambung bagi Naura.
Shady mengusap wajahnya kasar. "Bagaimana aku bisa melakukan hal sekejam itu pada Dea?"
Beribu kata maaf pun rasanya tidak akan cukup untuk menebus segala kesalahannya pada Dea. Shady akhirnya memejamkan mata dengan terus memikirkan tentang Dea.
Keesokan harinya, Shady bangun lebih cepat dari biasanya. Shady menuju ke kamar Naura dan memandikan gadis kecilnya yang sudah bangun dan sedang bermain.
"Anak papa, sudah siap pergi?" tanya Shady setelah memakaikan baju untuk Naura.
"Ciyap, Pah!"
"Bagus! Ayo kita temui Oma!" Shady menggendong Naura dan keluar dari kamar.
Shady dan Naura menemui Nilam yang sedang menyiram bunga-bunga koleksinya di taman belakang.
"Oma!" seru Naura.
Nilam membalikkan badan dan menyapa cucu kesayangannya itu.
"Eh sayang? Lho? Pagi-pagi sudah rapi begini mau kemana?" Nilam menautkan kedua alisnya. Ia menatap Shady meminta jawaban.
Shady membisikkan sesuatu ke telinga Naura. Bocah kecil itu langsung bersorak gembira berceloteh.
"Kita mau jemput mama Dea!" seru Naura.
Nilam masih tak paham dengan maksud Naura dan Shady.
"Bu, jadi begini. Aku dan Naura akan pergi ke kampung halaman Dea untuk menjemputnya," jelas Shady.
Nilam terkejut sekaligus bahagia. "Kamu serius, Bang?"
Shady mengangguk. "Iya, Bu. Aku akan membawa Naura bersamaku. Aku yakin Dea akan luluh jika melihat Naura."
Senyum Nilam makin lebar. "Kamu benar, Bang. Dea pasti tidak akan mengecewakan Naura. Apalagi Naura sangat menyayanginya. Iya kan sayang?" Nilam mengacak pelan rambut Naura kemudian mengecupi pipi gembulnya.
"Bu, doakan abang ya! Semoga Dea mau memaafkan dan menerima abang kembali."
Nilam mengusap lengan putranya. "Asal kamu menunjukkan keseriusan dan ketulusan kepada Dea, Ibu yakin Dea pasti luluh. Kamu ... benar-benar jatuh cinta dengannya kan? Kamu tidak berpura-pura kan, Bang?"
Shady hanya menjawab dengan seulas senyum. Yang pastinya senyuman Shady sarat akan arti yang tidak bisa Nilam mengerti.
"Baiklah. Ibu akan mendukungmu. Asalkan kamu tidak menyakiti hati Dea lagi."
Shady memeluk Nilam. Mencoba mencari ketenangan dalam pelukan hangat ibunya.
"Doakan abang ya, Bu. Semga saja kali ini abang berhasil."
"Iya, Bang. Kapan kalian akan berangkat?"
"Hari ini juga, Bu. Mungkin abang akan disana selama tiga hari atau bahkan lebih. Abang tidak akan kembali sebelum membawa Dea ke rumah ini lagi."
Nilam melihat keseriusan dari wajah putranya. "Baiklah. Ibu doakan kalian berhasil membujuk Dea. Ibu akan menelepon Clara. Dia bilang dia akan berangkat berbulan madu ke Bali."
Shady mengangguk kemudian membawa Naura pergi ke ruang makan untuk sarapan. Mereka harus pergi dengan perut kenyang sebelum bertemu Dea.
#
#
#
Siang itu, jadwal Dea cukup padat. Karena usai mengajar, Dea juga harus mengikuti rapat guru yang diadakan oleh pihak sekolah. Dea adalah guru baru. Dan dia cukup mendapat perhatian dan teguran setelah insiden yang terjadi dengan muridnya beberapa waktu lalu.
Dea tidak bisa membela diri. Dan dia juga tidak ingin mengatakan apapun kepada mereka yang tidak menyukainya.
Dea kembali ke rumahnya dengan langkah gontai. Dea bertemu dengan Arshad ketika tiba di depan gerbang sekolah.
"Hei, apa kamu baik-baik saja? Aku dengar dewan guru..."
"Sudahlah, Dokter. Aku tidak ingin bicara apapun saat ini. Aku permisi!"
Dea melewati tubuh Arshad, tapi pria itu mencekal lengan Dea. "Aku akan mengantarmu pulang! Aku mohon!" pinta Arshad dengan wajah memelas.
Setelah kejadian di rumah sakit waktu itu, Arshad masih ingin meminta penjelasan kepada Dea mengenai status pernikahannya. Arshad sangat yakin jika Dea belum menikah. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh orang-orang di kampung itu.
Arshad melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena ini adalah jalan kampung. Selama perjalanan, hanya kebisuan yang menemani mereka berdua.
Arshad sendiri tidak ingin bertanya apapun sebelum Dea yang menjelaskan. Hingga akhirnya mobil Arshad tiba di halaman depan rumah Dea.
Arshad mengerutkan kening karena melihat ada mobil lain di halaman rumah Dea. Sementara Dea turun dengan santai karena belum menyadari situasi yang terjadi.
"Sekali lagi terima kasih, Dokter. Aku rasa dokter tidak perlu melakukan hal ini lagi kedepannya. Permisi!"
Begitu berbalik badan, akhirnya Dea menyadari jika ada yang ganjil.
"Mobil siapa ini?" gumam Dea. Matanya tiba-tiba membola.
"Mas Shady?" lirih Dea ketika melihat Shady keluar dari dalam rumahnya bersama Naura.
"Mama!"
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus