Mafia Psikopat Jatuh Cinta

Satu lagu selesai dinyanyikan oleh Karen kemudian Karen membuka matanya dan melihat pria disampingnya tersenyum membuat dahi Karen mengkerut dan melepas handsetnya.

" Ada apa tuan? kenapa tuan tersenyum?" tanya Karen

" Suara nona sangat merdu walau tanpa musik tapi enak didengar dan lihatlah saya merekam nona menyanyi dan lihatlah juga semua orang melihatmu dan bolehkah kita berkenalan? Saya Alex," ucap Alex memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan kanannya.

" Saya Karen," jawab Karen sambil menyambut uluran tangan Alex kemudian langsung dilepaskan

" Boleh minta nomer handphone nya?" tanya Alex

" Maaf saya tidak bisa, itu privasi saya," jawab Karen.

" Ok, tidak masalah karena saya yakin kalau saya akan segera tahu nomer handphone nona," jawab Alex dengan nada yakin.

Karen tersenyum dan melihat sekelilingnya ternyata benar semua orang memperhatikan dirinya membuat Karen malu. Karen meminta maaf pada penumpang tapi semua penumpang malah senang dan meminta untuk bernyanyi lagi menggunakan musik karena banyak yang meminta Karen pun berdiri sambil memegang kepala kursi agar tidak terjatuh kemudian Karen bernyanyi menggunakan ponsel nya yang ada musiknya tanpa suara penyanyi.

Karen mulai menyanyikan lagu I Don' t Like Sleep Alone dan banyak penumpang yang merekam suara merdu Karen.

I Don' t Like Sleep Alone

I don’t like to sleep alone

Saya tidak suka tidur sendiri

Stay with me

Tetap bersamaku

Don’t go

Jangan pergi

Talk with me for just a while

Bicara dengan saya hanya sebentar

So much of you to get to know

Begitu banyak dari Anda untuk mengenal

Reaching out touching you

Mencapai menyentuh Anda

Leaving all the worries behind

Meninggalkan semua kekhawatiran di belakang

Loving you

Mencintaimu

My mouth on yours and yours on mine

Mulutku dan milikmu di tubuhku

Marry me

Menikahlah denganku

Let me live with you

Biarkan aku tinggal bersamamu

Nothing’s wrong and love is right

Tidak ada yang salah dan cinta itu benar

Like a man says in his song

Seperti yang dikatakan seorang pria di lagunya

Help me make it through the night

Bantu aku melewatinya sepanjang malam

Loneliness can get you down

Kesepian bisa membuat Anda kecewa

When you get to thinking no one cares

Bila Anda berpikir tidak ada yang peduli

Lean on me

Bersandar pada saya

And I’ll lean on you

Dan aku akan bersandar padamu

Together we will see it through

Bersama-sama kita akan melihatnya melalui

No, I don’t like to sleep alone

Tidak, saya tidak suka tidur sendiri

It’s sad to think some folks do

Ini menyedihkan untuk dipikirkan beberapa orang

No I don’t like to sleep alone

Tidak, saya tidak suka tidur sendiri

No one does

Tidak ada

Do you?

Apakah kamu?

No, I don’t like to sleep alone

Tidak, saya tidak suka tidur sendiri

It’s sad to think some folks do

Ini menyedihkan untuk dipikirkan beberapa orang

No I don’t like to sleep alone

Tidak, saya tidak suka tidur sendiri

No one does

Tidak ada

Do you?

Apakah kamu?

Hingga akhirnya Karen selesai bernyanyi dan orang - orang bertepuk tangan dan Karen pun  mengucapkan terima kasih ke para penumpang pesawat terbang dan duduk kembali di kursi penumpang.

Alex yang duduk di samping Karen mengajak Karen untuk mengobrol dan Karen menjawab seperlunya dan tidak memberitahukan hal - hal pribadi karena Karen sudah mulai agak kesal karena Alex sering bertanya membuat Karen meminta maaf kalau dirinya mengantuk dan ingin tidur sambil memasang head seat di telinganya agar tidak mendengar ocehan Alex membuat Alex kecewa karena dirinya masih ingin mengobrol dengan Karen.

Tidak terasa sudah sampai ke bandara Soekarno Hatta dam Karen menunduk hormat ke penumpang yang tersenyum padanya kemudian naik taksi menuju ke mansion orangtuanya awalnya Alex mengajaknya bareng tapi Karen menolaknya dengan halus membuat Alex lagi - lagi kecewa dan menahan amarah terhadap Karen karena baru kali ini dirinya di tolak oleh seorang gadis.

Singkat cerita kini Karen sudah sampai di mansion dan Karen berjalan ke arah kamarnya untuk membersihkan diri para pelayan dan bodyguard menyapa Karen dan Karen pun membalasnya dengan senyuman. Sampai di kamarnya Karen meletakkan kopernya dekat lemari pakaian kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

Lima belas menit kemudian Karen sudah mandi dan memakai pakaian santai, Karen menghubungi kekasihnya yang bernama  David dan duduk di ranjang.

( " Hallo sayang, sudah sampai?" tanya David )

( " Sudah sampai honey, honey juga sudah sampai?" tanya Karen sambil tersenyum bahagia ).

tut

tut

tut

David tiba - tiba mematikan sambungan komunikasi secara sepihak membuat Karen sangat terkejut tapi tak lama kemudian muncul panggilan video call dari kekasihnya David.

( " Nah inikan lebih enak bisa melihat wajah kekasihku yang sangat cantik, sayangku sudah mandi ya?" tanya David sambil tersenyum ).

( " Gombal, iya aku sudah mandi honey," jawab Karen sambil tersenyum malu ).

( " Kok gombal, benar sayang kamu cantik banget, jadi kangen nih padahal baru saja kita bertemu?" ucap David )

( " Sabar ya honey, nanti kalau ada waktu aku akan pergi ke Sulawesi," jawab Karen )

( " Kutunggu ya Sayang, sebenarnya ingin langsung ke sana tapi ini pekerjaannya menumpuk," ucap David dengan wajah di tekuk ).

( " Semangat dan senyum donk honey, karena aku ingin melihat senyuman honey yang sangat tampan," pinta Karen ).

David tersenyum menatap wajah cantik Karen dan Karen pun membalas senyuman David sambil menatap wajah tampan David.

( " Nah gitukan tambah ganteng, semangat ya honey," pinta Karen ).

( " Makasih sayang, sayang bolehkah aku minta satu hal darimu dan berjanji padaku?" pinta David dengan wajah serius )

( " Apa itu sayang ?' tanya Karen dengan wajah bingung )

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sambil menunggu up silahkan mampir ke karya temanku dengan judul :

“Kau harus tahu bahwa aku sangat membutuhkan bantuanmu,” ucap Mia lagi mencoba membujuk dan meyakinkan Adriano.

“Aku pasti akan membantumu tanpa harus kau minta,” jawab Adriano datar dan terlihat serius.

“Sungguh?” Mia meyakinkan lagi.

Namun, Adriano malah memalingkan wajahnya seraya mendengus kesal. Napas pria itu terdengar memburu. “Kenapa kau harus menawarkan sesuatu yang menjadi keinginanku, Mia!” tegasnya dengan penekanan yang cukup dalam, seraya mengepalkan tangannya.

“Pada akhirnya aku tetap akan merasa berutang budi padamu,” ujar Mia resah.

“Lalu apa yang akan kau lakukan jika menjadi istriku?” nada bicara Adriano terdengar semakin tegas. Dia kembali mengarahkan pandangannya kepada Mia. “Aku tidak yakin kau akan mampu menjalani hal itu, Florecita Mia,” ucap pria itu lagi ragu.

Mia tak segera menjawab. Untuk sesaat, wanita bermata cokelat itu kembali merenungkan jalan yang akan diambilnya. “Mari kita buat sebuah kesepakatan,” ucapnya kemudian. Nada bicaranya terdengar pelan tapi cukup tegas. Mia tampaknya sudah benar-benar yakin dengan keputusannya.

“Kesepakatan seperti apa?” Adriano membetulkan posisi duduknya. Pria itu menunjukan raut tertarik akan penawaran dari Mia. Tatap mata Adriano pun tak setajam sebelumnya.

“Bantu aku mengungkap pembunuh Matteo. Aku yakin kau bisa melakukan hal itu dengan mudah, mengingat betapa besarnya pengaruh dan jaringan yang kau miliki di daratan Eropa. Kekuasaanmu begitu luas, kau bisa melakukan segalanya tanpa ada hambatan apa pun ” jelas Mia dengan nada bicara dan sorot mata yang dipenuhi oleh keyakinan.

“Satu tahun sudah berlalu. Akan tetapi, pihak yang berwajib belum juga mampu mengungkap kasus ini. Begitu pula dengan Marco yang terus bekerja keras. Namun, semuanya seakan sia-sia,” tutur Mia lagi dengan penuh sesal. “Aku sering mendengar percakapan antara paman Damiano dengan Ricci dan juga Marco. Hatiku sakit karena hingga saat ini suamiku belum mendapatkan keadilannya. Aku berjanji, setelah kau dapat menemukan siapa pelaku dari pembunuh Matteo ... maka ... maka aku akan menyerahkan diriku padamu seutuhnya,” Mia menatap Adriano dengan tegas meskipun tubuhnya bergetar hebat saat mengatakan hal itu.

Adriano terdiam. Dia terlihat tidak nyaman setelah mendengar penjelasan dari Mia. Tampak pria itu menelan ludah beberapa kali demi membasahi tenggorokannya yang terasa kering, hingga dia tak mampu berkata apa-apa. Adriano kembali mere•mas kencang pegangan kursi kayu itu. “Kau ... bersedia menyerahkan dirimu padaku?” tanyanya seakan meyakinkan penawaran yang Mia berikan.

“Ya,” jawab Mia yakin.

“Sampai kapan?” tanya Adriano lagi.

“Selama yang kau inginkan,” jawab Mia tanpa ada rasa ragu. Apapun akan dia lakukan demi mendapatkan keadilan bagi sang suami, yang haknya telah terenggut paksa oleh seseorang yang bahkan tidak dia ketahui dengan jelas.

Mendengar jawaban demikian dari Mia, Adriano segera beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri wanita yang masih duduk dengan anggun, di atas kursi yang berada tak jauh dari tempat duduknya tadi. Dengan segenap kekuatan yang dia miliki, Adriano memutar kursi itu hingga menghadap padanya. Pria bertubuh tegap tersebut lalu sedikit membungkuk dengan bertumpu pada kedua tangan yang dia letakan di sisi kiri dan kanan pegangan kursi yang Mia duduki. Adriano kemudian semakin mendekat, sehingga membuat Mia sedikit mendongak dan menatap pria itu. “Kalau begitu mari kita menikah, karena aku ingin memilikimu selamanya. Aku berjanji padamu, akan segera menemukan pembunuh Matteo de Luca,” ucap Adriano tegas dan penuh penekanan. Suara beratnya menggema di depan wajah Mia.

Seakan tercekik saat Mia mendengar ucapan dari Adriano. Namun, itulah harga yang harus dia bayar dalam kesepakatan tersebut. “Baiklah. Kita akan segera menikah. Akan tetapi, kau harus ingat dengan perjanjian kita. Jangan pernah menyentuhku, sebelum kau dapat membawa pembunuh Matteo ke hadapanku,” tegas Mia menahan rasa bergejolak dalam dirinya. Tak terbayangkan apa yang akan terjadi seandainya Adriano dapat melakukan hal itu. Mia harus bersiap untuk menyerahkan dirinya.

Adriano menunjukan seringainya kepada Mia. “Aku akan mengingat hal itu, Mia. Aku tak akan menyentuhmu sebelum mempersembahkan mayat dari pembunuh Matteo ke hadapanmu, kecuali jika kau sendiri yang datang padaku untuk menyerahkan diri dengan sukarela,” hangat napas Adriano Mia rasakan di permukaan wajahnya. Pria itu tampak sangat berbeda kali ini. Dia kembali terlihat menakutkan, sama seperti saat memberikan ancamannya kepada Mia beberapa hari yang lalu. Namun, Mia berusaha untuk tetap terlihat tenang. Wanita cantik itu semakin mengatupkan kakinya. Dia tersenyum canggung, meskipun saat itu dadanya terasa bergemuruh kencang.