Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Hatiku gelisah, suara di telepon itu jelas suara Alfan. tanpa bertanya aku langsung menutupnya. Kenapa dia muncul lagi?
Esoknya aku berangkat kerja seperti biasa.
Jalanan masih sepi, aku sengaja berangkat pagi untuk dapat sarapan bersama Ryan di panti.
Anak itu semakin akrab denganku.
Tapi saat kami sedang menikmati sarapan. Mataku melihat sosok Alfan di luar pagar sedang berbincang dengan seseorang. Mereka menunju- nunjuk kedalam panti.
kenapa aku merasa dia sedang mengikuti ku.
Benar saja, saat aku meninggalkan panti, dia mencegat motorku
Aku berhenti dan menunggunya bicara. Sebenarnya ada rasa takut juga berhadapan dengannya. Tapi aku pura-pura berani di depannya.
"Tari, kenapa kau selalu menolak setiap ku telpon? Aku hanya ingin bicara sedikit." ucapnya dengan wajah memelas.
"Bicara apa? Tolong jangan ganggu kehidupan ku lagi. Lanjutkan hidupmu sebagaimana aku." jawabku ketus.
"Kau bisa melakukan itu, tapi aku tidak bisa. Selama beberapa bulan ini aku sudah mencobanya. Tapi tetap tidak bisa."
"Itu urusanmu, yang jelas jangan libatkan aku."
Aku langsung menerobosnya.
"Mentari..!" aku tidak perduli dengan teriakannya karena aku terus saja melajukan motorku.
Sampai di kantor, nafasku masih memburu. aku berusaha menghubungi mas Fajar.
Tapi aku langsung kecewa saat membaca pesannya.
(Aku sedang mengantar Wanda belanja, nanti aku mampir ketempat kerjamu)
Pesan yang sangat singkat dan jelas.
aku hanya bisa menghela nafas berat.
Dengan alasan kehamilannya, Wanda memang memanfaatkan keadaan. Dia merebut hampir seluruh waktu mas Fajar.
Pertama mas Fajar' memang terlihat enggan, tapi semakin lama dia seperti menikmatinya. Mungkin karena antusias akan menjadi seorang ayah.
Terpaksa masalah Alfan aku pendam sendiri.
Mungkin hanya Viona tempat ku berkeluh kesah.
Malamnya, aku kembali mendekati mas Fajar yang sedang duduk di depan tv.
Niatku ingin membicarakan tentang kembalinya Alfan yang sering menganggu ku.
Tapi lagi-lagi Wanda merusak rencanaku.
"Bang..!" jeritnya dari kamar.
"Sebentar, ya.." aku hanya mengelus dada melihatnya bangkit dan masuk menemui Wanda.
Tak berapa lama kemudian dia keluar lagi. bukannya duduk tapi malah mengambil kunci motor.
"Loh, mau kemana?" tanyaku kaget.
"Wanda minta di cariin jajanan. Mau gimana lagi, ibu hamil.." ucapnya berjalan keluar.
Aku menghampiri kamar Wanda, niatku ingin memberinya pengertian. Tapi yang ku lihat dia sedang mengobrol dengan temannya lewat telpon. dia tampak bahagia dan bangga.
"Seru pokoknya. Sekarang Bang Fajar itu nurut sama aku. Apapun yang ku mau pasti dia kabulkan."
"Mba, tari? Dia mah pasrah. Apa yang bisa di lakukan wanita mandul." dia cekikikan kembali.
Ternyata Wanda bermuka dua. Dia hanya baik di depanku saja.
Aku sengaja menahan diri untuk melabraknya.
Jelas aku ingin tau lebih banyak lagi tentang kebusukannya.
Dia sama sekali tidak tau kalau aku sedang mengawasi nya.
Dia terus mengoceh seperti rem yang blong.
Tidak pernah ku sangka, Wanda yang aku perjuangkan untuk mendapatkan haknya kini dia menusuk ku dari belakang. kejadian dengan Raya terulang lagi.
Dari situ aku berjanji pada diri sendiri.
Aku tidak akan perduli orang lain lagi
Cukup sudah mereka memanfaatkan kebaikan ku. sekarang aku akan berjuang demi diriku sendiri.
Lihat saja, aku akan buat mereka menyesal karena telah membodohi ku selama ini.
Tapi aku harus hati-hati. Wanda tidak sendirian. baru ku tau kalau Emak dan Abahnya berada di pihaknya selama ini. Hanya mas Fajar yang masih belum sadar telah di peralatan oleh mereka.
Untuk memberi tau mas Fajar sekarang, tentu saja tidak mungkin. bagaimanapun Abah dan Emak adalah orang tuanya. Dia tidak akan percaya penjelasanku.
***
"Mak, Bagaimana rencana selanjutnya?"
"Sabar, tidak lama lagi Mentari akan keluar dari rumah ini. Dan kau tau siapa yang akan melakukan itu?"
"Tentu saja Emak.." jawab Wanda bangga.
"Bukan..!" Emak mendorong kepalanya.
"Abang mu sendiri yang akan melakukannya."
Wanda terbelalak tak percaya.
"Oh,ya.. Emak sudah bertemu Alfan mantan suaminya, kita manfaatkan dia. Dasar laki-laki bodoh. Sudah ditinggal menikah masih saja mengejar cinta Mentari. Apa istimewanya sih wanita itu, Emak heran kenapa Fajar dan si Alfan itu sangat tergila-gila padanya."
"Mungkin dia pakai guna-guna, Mak." celetuk Wanda.
"Mungkin saja. Tapi ingat, kau sedang hamil. Jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang membuat mereka curiga."
Wanda mengacungkan jempolnya.
Aku tersenyum sinis mendengar percakapan mereka.
Tak ku sangka Alfan ada hubungannya dengan mereka.
Mereka tidak tau kalau aku sudah memasang kamera tersembunyi di kamar Wanda. Kamera itu aku sembunyikan di atas lemari di antara himpitan koper. Ibu dan anak itu tidak akan pernah menyangka kalau aku bisa mengintai segala gerak geriknya.
Untuk melaporkan ini kepada mas Fajar tentunya tidak mungkin. Aku belum punya bukti yang kongkrit.
Dengan bantuan Viona aku dapatkan kamera itu. Ya, hanya Viona yang tau tentang hal ini.
Dan saat Wanda dengan manisnya minta ditemani makan di luar, aku tidak menolaknya.
Akan ku ladeni permainan mereka.
Tentu saja Viona aku libatkan.
Aku juga menurut saat Wanda menentukan tempat makannya.
"Kenapa mas Fajar tidak di ajak? Biar aku telpon, ya. Kan lebih seru kalau ada dia." aku berusaha memancing reaksinya.
"Ooh, jangan mba. jangan telpon bang Fajar. Dia sedang sibuk. Ya aku sudah Mina ijin kok." jawabnya cepat.
Huh, bilang saja kau tidak mau rencanamu di ketahui mas Fajar.
Wanda tampak gelisah. Padahal pesanannya sudah di meja. Sama sekali dia belum menyentuhnya.
aku tau dia sedang menunggu seseorang.
"Mba, aku ke toilet sebentar, ya. Mba makan saja."
Aku mengangguk tersenyum.
Cukup lama dia tidak kembali.
Tiba-tiba ada orang yang meraba wajahku dari belakang.
Aku berpura-pura tidak sadarkan diri.
Aku mendengar suara Emak dan seorang pria. Aku yakin itu Alfan.
Tubuhku di bawa ke sebuah kamar. Aku tetap diam agar mereka tidak curiga.
Semoga Viona juga berhasil dengan rencananya.
Setelah memastikan aku terbius dan tidak sadarkan diri. Emak tertawa puas.
"Sekarang giliran mu. Wanita ini menjadi milikmu. Terserah mau kau apakan.
Malam bergulir. Emak sudah pulang. Dia berharap Wanda sudah berada di rumah.
Tapi yang sebenarnya Wanda dan Alfan sedang tidur di satu kamar. Kamar yang sedianya untuk menjebak ku.
Aku pulang dengan santai.
Emak sudah menghasut mas Fajar untuk datang ketempat itu dan memergoki aku dengan Alfan satu kamar.
Dengan santai aku dan Viona mengawasi kedatangan mereka.
Emak minta pelayan membukakan pintu kamar.
"Kau saksikan bejadnya istri mu itu."
Wajah mas Fajar memerah karena marah.
Pintu terbuka. Mata Emak terbelalak melihat Wanda dan Alfan sedang tertidur pulas.
"Wanda..?" dia bingung kenapa Wanda yang ada disana.
Dengan kasar Emak mengguncang tubuh putrinya.
Bisa ditebak apa yang terjadi.
Saat mereka sedang sibuk saling mengalahkan.
Aku memutuskan untuk pulang lebih dulu dari mereka.
Dari kamar masih terdengar suara Emak yang menyalahkan Wanda.
Mas Fajar langsung masuk ke kamar ku.
"Mas, darimana?" tanyaku pura-pura baru bangun tidur.
Dia menatapku dengan nafas memburu.
Terima kasih untuk yang sudah komentar.
Kalau kurang berkenan di skip aja ya say namanya juga dunia novel. Gak selalu harus sesuai dengan keinginan kita😀
.