Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Bayangan yang Mematikan
Malam itu, mansion Yan Tianheng terasa lebih sunyi dari biasanya. Tanpa kehadiran Tianheng, suasana di tempat itu seolah kehilangan gravitasi. Pelayan-pelayan bekerja dengan hening, dan Xin Yue memanfaatkan waktu itu untuk menikmati kesendiriannya.
Di dalam kamarnya, dia memeriksa beberapa benda yang dia bawa dari Ruoshang. Di tangannya ada seutas kawat tipis yang berkilauan di bawah cahaya lentera, serta beberapa pisau kecil yang diasah dengan sempurna. Semua ini adalah hasil permintaan khususnya kepada Ru Jian sebelum dia meninggalkan Ruoshang.
Malam itu, meskipun tenang, firasat Xin Yue tidak bisa berbohong. Angin yang berhembus terasa lebih dingin dari biasanya, dan nalurinya yang tajam mulai memperingatkan bahaya yang mendekat.
Bayangan di Malam Sunyi
Di luar kamar Xin Yue, bayangan-bayangan bergerak tanpa suara. Lima pria berpakaian hitam menyelinap masuk ke mansion. Mereka membawa senjata ringan dan tampak terlatih, seperti pemburu yang mengejar mangsanya.
Namun, mereka tidak tahu bahwa mangsa mereka kali ini adalah seseorang yang telah lama dijuluki Shadow Queen—gelar yang didapatkan bukan tanpa alasan. Meskipun Xin Yue dikenal sebagai pencuri ulung, kemampuan membunuhnya jauh lebih tajam. Dia adalah bayangan yang bergerak tanpa suara, membunuh dengan efisiensi yang membuat orang-orang takut menyebut namanya.
Di dalam kamar, Xin Yue memadamkan lentera, membiarkan kegelapan menyelimuti ruangan. Dia tidak memerlukan cahaya untuk bertahan hidup; dia adalah bagian dari bayangan itu sendiri.
Serangan di Kegelapan
Pintu kamar Xin Yue terbuka perlahan. Pembunuh pertama melangkah masuk, matanya menyisir ruangan yang gelap. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, kawat tipis melingkar di lehernya. Dalam hitungan detik, dia terjatuh tanpa suara, tubuhnya terkulai di lantai.
Pembunuh kedua mendengar gerakan itu dan menyerbu masuk, tetapi Xin Yue sudah bergerak. Dia meluncur seperti bayangan, menggunakan kecepatan dan kelincahannya untuk menghindari serangan. Sebuah pisau kecil meluncur dari tangannya, menancap tepat di bahu pria itu, membuatnya terjatuh dengan erangan tertahan.
Tiga pembunuh lainnya mulai menyerang bersamaan. Mereka mencoba mengepungnya, tetapi Xin Yue tetap tenang. Dengan gerakan gesit, dia melompat ke atas meja, menghindari serangan mereka. Kawat tipis di tangannya melingkar di pergelangan salah satu pria, menariknya dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya kehilangan keseimbangan.
Pria itu terjatuh, dan Xin Yue dengan cepat mengambil pisau kecil lainnya, menusukkannya dengan presisi ke titik vital.
Akhir Pertarungan
Setelah beberapa menit, ruangan itu kembali sunyi. Tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di lantai, sementara Xin Yue berdiri di tengah-tengahnya dengan napas yang tetap tenang.
Dia mengambil kain dari meja, membersihkan senjata-senjatanya dengan teliti, lalu menyimpan semuanya kembali. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi, seolah-olah apa yang baru saja terjadi hanyalah bagian dari rutinitas sehari-harinya.
"Shadow Queen, huh?" gumamnya pelan sambil memandang bayangannya di dinding. "Mereka benar-benar meremehkanku."
Dia melangkah keluar dari kamar, memastikan tidak ada ancaman lain di sekitar. Setelah yakin semuanya aman, dia kembali ke kamarnya dan mulai merapikan kekacauan itu dengan efisiensi yang dingin.
Pagi yang Heboh di Mansion Tianheng
Fajar baru saja menyingsing ketika mansion Tianheng yang biasanya tenang berubah menjadi medan kehebohan. Para pelayan yang mulai bekerja di pagi hari menemukan pemandangan mengerikan di luar kamar Xin Yue—tubuh-tubuh tak bernyawa dari lima pria berpakaian hitam yang berserakan di lantai.
Beberapa pelayan menjerit kaget, sementara yang lainnya membeku di tempat, tak mampu memproses apa yang mereka lihat. Salah satu pelayan bergegas melapor kepada kepala pelayan, wajahnya pucat pasi.
"Mayat... di depan kamar Nona Xin Yue!" katanya tergagap.
Kepala pelayan, seorang pria tua yang biasanya tenang, segera berlari ke tempat kejadian. Saat dia tiba, dia terdiam, wajahnya berubah serius. "Siapa yang melakukan ini? Bagaimana mereka bisa masuk ke mansion ini?" gumamnya sambil memeriksa tubuh-tubuh itu.
Para pelayan mulai berbisik satu sama lain, ketakutan menyelimuti mereka. "Apakah ini serangan dari musuh Tuan Yan?" salah satu pelayan berbisik.
"Apa Nona Xin Yue baik-baik saja?" tanya yang lain dengan nada khawatir.
Kemunculan Xin Yue
Di tengah kehebohan itu, pintu kamar Xin Yue terbuka dengan pelan. Semua mata langsung tertuju ke arahnya.
Xin Yue keluar dengan santai, mengenakan pakaian yang rapi dan rambutnya terikat longgar. Tidak ada tanda-tanda ketakutan atau kecemasan di wajahnya, hanya ekspresi datar seperti biasanya.
Dia melirik ke arah tubuh-tubuh di lantai, lalu menghela napas kecil seolah-olah ini hanyalah gangguan kecil dalam harinya. Dengan nada dingin namun tenang, dia berkata, "Bersihkan semuanya. Jangan biarkan ini menjadi masalah besar."
Kepala pelayan menatapnya dengan bingung, mencoba memahami bagaimana seorang wanita muda seperti dia bisa tetap begitu tenang di tengah situasi ini. "Nona Xin Yue... apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Xin Yue berjalan melewati mereka tanpa tergesa-gesa, mengabaikan tatapan penuh tanya. "Mereka mencoba membunuhku. Tapi, seperti yang kalian lihat, mereka gagal," katanya datar.
Seorang pelayan muda yang berdiri di dekatnya menatap tubuh-tubuh itu dengan ngeri. "Nona Xin Yue... apakah Anda yang melakukannya?"
Xin Yue berhenti sejenak, lalu menoleh dengan senyum tipis yang tidak sampai ke matanya. "Apa menurutmu ada orang lain di kamar itu selain aku?"
Jawabannya membuat para pelayan semakin bingung sekaligus kagum. Bagaimana mungkin seorang wanita muda seperti dia mampu menghadapi lima pembunuh terlatih?
Kepanikan dan Kekaguman
Ketika Xin Yue berjalan menjauh, para pelayan mulai bergerak dengan tergesa-gesa untuk membersihkan kekacauan itu. Kepala pelayan, meskipun masih bingung, segera mengambil kendali. "Cepat, singkirkan tubuh-tubuh ini sebelum tamu atau orang luar melihatnya. Kita tidak ingin ini menjadi masalah besar."
"Apakah kita harus melapor kepada Tuan Yan?" tanya salah satu pelayan.
Kepala pelayan ragu sejenak, lalu menggeleng. "Tidak. Jika Nona Xin Yue memintanya untuk tidak diberitahu, kita harus mengikuti perintahnya. Dia pasti punya alasan."
Sementara itu, beberapa pelayan yang lebih muda mulai membicarakan Xin Yue dengan bisik-bisik.
"Dia benar-benar luar biasa..."
"Tidak heran pangeran Yan jatuh cinta padanya. Bahkan pembunuh tidak bisa menyentuhnya."
"Tapi dia terlihat begitu lembut didepan orang luar."
"Itulah sebabnya... bukankah itu menakutkan?"
"Lebih baik kita tidak membuatnya marah," salah satu pelayan menambahkan dengan nada pelan.
Di Taman Mansion
Xin Yue duduk di salah satu bangku taman, menikmati teh pagi seolah tidak ada yang terjadi. Dalam pikirannya, dia mencoba menganalisis siapa yang mengirim para pembunuh itu.
"Jika ini peringatan, mereka melakukannya dengan buruk," gumamnya pelan sambil mengaduk tehnya. "Tapi jika ini ujian, mereka baru saja kehilangan lima bidak mereka untuk sesuatu yang sia-sia."
Dia tersenyum kecil, senyum yang penuh arti, sebelum menyesap tehnya. Bayangan masa lalunya sebagai Shadow Queen kembali menghantui pikirannya, tetapi dia tidak peduli. Baginya, ini hanyalah hari biasa yang dimulai dengan sedikit kekacauan.