Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Mateo 2
Darren langsung memeluk Mateo dengan rasa senang, karena sahabatnya datang menemuinya. Darren langsung mengajak Mateo masuk ke dalam rumahnya sambil menepuk punggung Mateo.
Dira segera membuatkan minum untuk Mateo dan juga menyiapkan singkong rebus yang baru matang.
"Elo tau dari mana gue tinggal di kampung ini?" tanya Darren sembari meninju otot lengan Mateo.
"Gue tau dari mang Ujang, gue kangen sama elo."
"O iya, gue nggak yakin. Pasti ada sesuatu yang bikin elo bisa sampai sini," jelas darren, karena Darren tau jika sahabatnya itu pasti lagi ada masalah.
Mateo menghembuskan nafasnya, dia tidak pandai menyembunyikan sesuatu dari Darren. Mateo pun tersenyum menanggapi perkataan Darren yang memang selalu benar jika dirinya tengah ada masalah.
Dira datang dari dapur dan membawa minuman dan juga singkong rebus yang masih mengepulkan asapnya dan meletakkan di atas meja.
"Silahkan di minum," ucap Dira dan kembali lagi ke dapur untuk menyimpan nampannya.
"Terima kasih," jawab Mateo yang begitu lekat memandangi wajah Dira.
Darren yang melihat Mateo memperhatikan Dira langsung menoyor kepala belakang Mateo.
"Jaga tuh mata, jangan coba-coba elo lirik dia," ancam Darren.
"Cantik, siapa dia?"
Sedangkan Seril yang mendengar perkataan Mateo yang memuji Dira langsung mendengus menatapnya.
Dira kembali lagi ke ruang tamu dan duduk di samping Seril.
"Kenalin ke gue, siapa tau dia jodoh gue," bisik Mateo sambil melirik Dira.
Darren langsung melototi Mateo, apa lagi lirikan Mateo ke arah Dira begitu intens. Hati Darren langsung terbakar api cemburu saat Dira membalas senyuman Mateo.
"Teo!! mata elo mau gue colok pake singkong rebus!" kesal Darren karena Mateo terus memandangi wajah Dira, sedangkan Dira hanya menggelengkan kepalanya.
"Memang dia siapanya elo?" tanya Mateo datar.
"Ra, sini kamu," pinta Darren dan Dira pun menuruti perkataan Darren untuk mendekat ke arahnya.
Darren langsung menarik Dira dan kini Dira langsung terduduk di paha Darren, sehingga membuat Mateo bertanya-tanya dengan hubungan Darren dan Dira.
"Kenalin, Dira ini Mateo. Teman aku." Darren memperkenalkan sahabatnya. " Dan Teo ini Dira, dia bini gue. Jadi elo jangan macam-macam sama bini gue. Kalau elo berani nikung gue berarti hubungan elo dan gue End," ucap Darren tegas.
"Bini...." cicit Mateo tak percaya dengan perkataan Darren.
"Iya," Jawa Dira.
Mateo menatap Darren lekat, sebab dirinya tau kalau selama ini seorang Darren tidak mau terikat dengan yang namanya wanita apalagi pernikahan.
"Ha... ha... hahahah." Mateo tertawa kencang.
"Kenapa elo tertawa," seloroh Darren sembari mendorong tubuh Mateo.
"Gue nggak percaya kalau elo sudah menikah!" cibir Mateo seraya menggelengkan kepalanya.
"Cih...." Rungut Darren, mendelik menatap Mateo yang masih menertawakannya.
"Maaf nih mba yang cantik. Apa benar kalau mba cantik ini istrinya Darren?" tanya Mateo kepada Dira yang masih duduk di pangkuan Darren.
Dira mengangguk cepat. " Iya, kami sudah dua bulan menikah," jawab Dira.
"Jadi beneran, kalian sudah menikah?"
"Ngapain, gue bohong sama elo!" cetus Darren yang kini memeluk Dira yang masih duduk di pangkuannya. Sebenarnya Dira merasa risih duduk di pangkuan Darren tapi Darren menahannya untuk bangun dari pangkuannya.
"Aku nggak di kenalin kang Darren?" desis Seril yang sejak tadi duduk manis depan mereka bertiga.
"Gue pikir kalian sudah kenalan!" kata Darren. "Seril ini Mateo dan Mateo ini Seril, anaknya mang Ujang."
Seril dan Mateo saling berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri di selingi senyum manisnya Seril.