Stella ditalak sang Suami, usai mereka melakukan malam pertama. Ketidakpercayaan sang suami membuat sang ayah murka dan mengusirnya dari rumah.
Stella terpuruk. Lalu, datanglah seorang pria penolong yang rela menerima kelebihan dan kekurangannya. Namun sang pria ternyata juga pemaksa.
Mungkinkah Stella mau kembali bersama sang mantan? Ataukah dia akan memilih hidup bersama pria yang selama ini menunggu cintanya?
Simak kisah rumit kehidupan Stella dalam PENJARA CINTA untuk STELLA, Happy reading😍😍😍 jangan lupa like, share n komennya ya.... semoga suka😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERBANDING TERBALIK
"Apakah karena alasan itu kamu menginginkan bayi ini?" tanya Stella ketika otaknya sudah mulai bekerja.
"Jujur ia Ste, aku ingin menebus kesalahanku pada bayiku. Aku ingin menyelamatkan bayi yang tak bersalah sepertinya Ste. Aku mohon, bantulah aku menjaga bayimu. Aku mohon," ucap Juan. Kembali pria ini mengamblangkan apa yang ada di pikirannya sebenarnya.
Stella tersenyum kecut. Stella berpikir, jika Juan tak hanya menginginkan bayi ini tapi juga menginginkan dirinya. Entah mengapa, ketika Juan berkata akan mencintainya dengan caranya, hati Stella terasa terketuk. Seperti menaruh harap. Bahwa kehidupan cintanya akan kembali hadir. Bersama orang yang baru. Bersama Juan. Bersama pria yang memikirkan keselamatannya.
"Maafkan aku, Ste," ucap Juan.
"Untuk?"
"Aku telah menjeratmu dengan surat perjanjian itu," ucap Juan, seraya menghapus air matanya. Dengan cepat Stella mengambilkan tisu yang ada di nakas ranjang mereka.
"Nggak pa-pa, Juan. Sekarang aku ngerti kenapa kamu nglakuin itu semua. Aku yang harusnya berterima kasih sama kamu. Kamu udah membuka mata hatiku. Menyadarkanku bahwa bayi ini tak bersalah. Yang jahat adalah pria itu. Yang nggak peka adalah dia. Yang kolot dan nggak berperasaan adalah dia. Aku nggak berhak menghukum bayi ini, Juan," ucap Stella sembari tersenyum pada Juan.
"Makasih Ste makasih banyak, tapi aku antusias dengan calon bayi itu. Aku ingin dia Ste," tambah Juan, pria ini menatap ke arah wanita ayu ini. Ingin sekali ia memegang perut wanita ayu ini jika diizinkan.
"Nggak boleh," jawab Stella seraya memeluk perutnya sendiri dan menggeser duduknya.
"Anda jangan macam-macam Ibu, anda sudah tanda tangan surat perjanjian itu," ucap Juan mengingatkan.
"Nggak, pokoknya enggak ... dia milikku. Dia anakku seorang. Awas-awas sana!" usir Stella sambil memukul pungung Juan dengan bantal.
"Aaaauuu, sakit Ste." Juan berdiri tapi masih berusaha mengancam.
"Aku nggak mau tahu, pokoknya anak itu mikikku. Setelah dia lahir kamu bilang mau pergi kan. Mau ninggalin dia untukku. Maka pergi saja. Awas aja kalau sampai dia kamu bawa, tuntutan untukmu tak main-main Stella. Tiga miliyar Stella, udah bacakan?" cecar Juan tak mau kalah. Pria ini kembali memperlihatkan kekuatannya.
"Bodo amat. Mau tiga miliyar, lima miliyar, tulis aja semau kamu," ucap Stella seraya merebahkan tubuhnya ke ranjang dan masuk ke dalam selimut.
"Aku peringatkan jangan angan macam-macam denganku kamu Ste, awas aja kalau sampai kamu melanggar perjanjian kita!" ancam Juan.
"Sudah dibilang bodo amat!" Stella memejamkan matanya. Sedangkan Juan kebingungan.
"Stella!" panggil Juan.
"Heemm!"
"Aku nggak main-main ya!" ancam Juan.
"Apaan sih, yang bikin aku. Yang mengandung aku. Kenapa situ yang mau memiliki. Kalau mau anak bikinlah sendiri," jawab Stella tanpa berpikir panjang.
"Aku harus bikin ama siapa Stella?" sepertinya Juan tak menyadari arti dari ucapannya.
"Ya sama kekasihmulah, sama siapa lagi," jawab Stella asal.
"Emangnya kamu rela kalau suamimu berhubungan badan dengan pria lain, eh salah ... wanita lain?" tanya Juan spontan.
Stella tak menjawab. Entah mengapa telinganya panas saat mendengar pertanyaan terakhir dari Juan. Ada ketidakrelaan di sudut hatinya. Namun, ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Di dalam rahimnya ada benih pria lain. Seandainya belum, Stella mau mengandung benih dari pria baik hati ini. Meskipun belum ada cinta di antara mereka.
***
Rehan menatap lekat pada Zein yang terlihat gusar. Pria ini langsung marah besar ketika mendengar sang ibu telah menghancurkan bisnis mantan mertuanya dan mengakibatkan banyaknya kariyawan yang terkena imbas. Termasuk Renata. Kisah gadis yang Rehan ceritakan pada Zein.
"Maafkan aku Re, andai aku tahu!" ucap Zein seraya mengusap kasar air mukanya. Ia tak menyangka jika kecerobohannya mendatangkan banyak mala petaka pada orang-orang yang tidan bersalah.
"Sudah terlambat Bos, banyak dari mereka yang pe gangguran sekarang. Termasuk Renata, dia bukan hanya kehilangan pekerjaannya, tapi juga rumahnya. Terakhir adalah adiknya. Kini dia terpuruk ," balas Rehan serius.
Zein diam sesaat, kemudian ia pun menyampaikan gagasannya. "Suruh Renata melamar ke pusat, masukan dia dibagian administrasi," ucap Zein.
Rehan tertawa licik sebab ia sudah tahu jawaban Renata jika ia berani menawarkan pekerjaan ini.
"Kenapa tertawa?" tanya Zein.
"Bagaimana saya nggak ketawa, Bos. Apakah Bos pikir dia mau gitu kerja sama kita, sedangkan kita yang membuat hidupnya hancur berkeping-keping. Aku sih nggak yakin dia mau terima Bos. Melihatku saja dia emosi. Apa lagi mendengar namamu, Bos. Bisa ngamuk dia," jawab Rehan apa adanya.
"Sebenci itukah dia padaku, Re?" tanya Zein.
"Aku rasa begitu, Bos," jawab Rehan.
Zein diam. Tak ada lagi yang bisa ia banggakan dari harta yang ia miliki. Semua serasa mengepungnya dengan kebencian. Zein tak tahu harus berbuat apa. Zein diam, Rehan diam.
Bersambung ...
jangan lupa like komen dan share ya ... oia karyaku ada yang terbit loh yang minat bisa chat penerbitnya ya ... semoga suka ...
halooo Thor. ini yg pertama kali aq mampir di novelmu.