(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 First Dress
"Ibu, Bapak, ada keperluan apa?" tanya seorang security mendatangi Audrey dan Tristan yang memasuki kawasan Swalayan City.
"Selamat siang, Pak, saya Tristan dari Oragon Group. Saya ingin bertemu dengan Ibu Cindy, owner Swalayan City."
Tristan menyerahkan sebuah kartu nama kepada security itu, kemudian menoleh ke arah Audrey.
"Ibu Audrey tunggu saja seperti biasanya, saya akan mengurus pemilik swalayan kecil ini. Ibu bisa berbelanja dulu di dalam swalayan sambil menunggu saya."
"Tristan, mana mungkin aku berbelanja di jam kerja. Aku akan ikut denganmu kali ini," kata Audrey memaksa Tristan.
"Tidak Ibu, kalau Anda ikut maka penampilan saya tidak akan sempurna. Silahkan menunggu dengan tenang disini."
Perdebatan Audrey dan Tristan terhenti ketika melihat seorang wanita berumur empat puluh tahunan datang dengan tergesa-gesa untuk menyambut mereka.
"Tuan Tristan, saya Cindy pemilik swalayan ini. Kenapa Tuan tidak mengatakan kalau mau datang kesini?"
"Maaf Ibu Cindy, saya memang datang mendadak karena ada masalah penting yang ingin saya bicarakan. Boleh kita bicara di dalam?"
"Tentu saja. Mari, Tuan, silahkan masuk."
Tristan mengerlingkan matanya ke arah Audrey dan mengikuti wanita pemilik swalayan itu memasuki ruangan kantornya.
Bahkan Bu Cindy mau keluar dari kantornya untuk menyambut Tristan. Apa Tristan punya rahasia yang disembunyikan dariku?
batin Audrey merasa curiga.
Seperti yang sudah diduga Audrey sebelumnya, Tristan lagi-lagi berhasil mendapatkan cek pelunasan dari Swalayan City. Tapi Audrey memutuskan untuk tidak menanyakan lebih lanjut kepada Tristan, karena pemuda itu pasti tidak akan mengatakan yang sejujurnya.
"Ibu Audrey tugas kita sudah selesai. Jangan lupa tiga permintaan saya yang harus Anda penuhi. Saya akan meminta kalau waktunya sudah tiba," ucap Tristan tersenyum lebar menatap wajah Audrey.
"Iya aku pasti mengingatnya. Aku bukan orang yang suka ingkar janji."
"Bagus, Ibu."
Sesampainya di kantor, Pak Rizal memuji kerja Tristan dan Audrey yang baginya sangat luar biasa.
"Saya puas dengan hasil kerja kalian. Performance divisi kita akan meningkat, karena kita berhasil menyelesaikan ketiga piutang yang bermasalah ini."
"Sebenarnya Tristan yang berhasil melakukan penagihan, Pak. Saya hanya..."
"Ibu Audrey hanya mengajari saya bagaimana cara berbicara dengan mereka," ucap Tristan menyambung kata-kata Audrey.
"Apapun itu, saya bangga dengan kerja sama kalian."
"Terima kasih, Pak. Saya sekalian pamit untuk pulang. Besok saya akan menyelesaikan laporan yang Bapak minta."
"Silahkan, Audrey, sampai jumpa besok," kata Pak Rizal mempersilahkan Audrey keluar dari ruangannya.
Audrey membereskan mejanya dengan cepat dan mengambil ponselnya dari dalam tas untuk memesan taksi online.
Astaga aku lupa kalau baterai ponselku mati di perjalanan tadi. Bagaimana caranya aku bisa memesan taksi lewat aplikasi?
"Tasya, boleh aku pinjam charger ponselmu sebentar? Ponselku mati karena low bat."
"Tentu, Mbak Audrey," kata Tasya menyerahkan charger ponselnya.
Setelah menunggu beberapa menit untuk mengisi daya baterai, Audrey mencoba menghidupkan ponselnya. Namun Audrey terkejut melihat ada lima panggilan tak terjawab dari Reiner di ponselnya dan dua buah pesan yang masuk.
Pk 15.00
Kemana saja kamu? Mengapa tidak menjawab telponku? Mama mengundang kita makan malam di rumah. Aku akan menjemputmu sebelum pukul enam sore.
Reiner.
Pk 17.36
Aku sudah ada di parkiran, cepat turun.
Kenapa tiba-tiba Reiner menjemputku? Sekarang dia sudah menunggu di bawah, dia pasti akan memarahiku.
pikir Audrey panik.
"Tasya, ini chargernya. Terima kasih ya, aku pulang duluan," kata Audrey tergesa-gesa berpamitan kepada Tasya.
"Tunggu saya Ibu," Tristan mengikuti Audrey yang berjalan menuju lift.
"Naik taksi lagi atau mau saya antarkan pulang, Ibu?"
"Aku ada janji hari ini Tristan."
"Oke, saya tidak akan mengganggu Anda. Hati-hati di jalan, Ibu," kata Tristan melambaikan tangannya kepada Audrey yang keluar lebih dulu dari dalam lift.
...****************...
Reiner menunggu Audrey dengan tidak sabar di dalam mobil. Sejak siang tadi ia sudah berusaha menghubungi Audrey, tapi ponsel gadis itu tidak aktif. Bahkan pesan yang dikirimkannya baru saja masuk dan terbaca. Penantian Reiner akhirnya berakhir saat ia melihat Audrey berlari menghampiri mobilnya.
"Tuan, apa Anda sudah menunggu lama? Maaf saya tidak tau Anda akan menjemput saya," ucap Audrey menatap wajah Reiner yang terlihat kesal.
"Kamu sengaja mematikan ponsel hari ini? Kemana saja kamu selama jam kerja?"
"Tadi saya ada tugas keluar kantor, Tuan. Karena pergi seharian, ponsel saya low bat."
"Pergi seharian di luar? Dengan siapa kamu pergi?"
"Dengan staff piutang saya, Tristan."
"Ow, jadi kamu pergi bersama seorang pria. Karena itu kamu matikan ponsel supaya tidak terganggu," kata Reiner mengalihkan pandangannya dari Audrey.
Aku sudah mengatakan yang sebenarnya, kenapa dia tidak percaya.
"Ponsel saya memang mati karena low bat, tapi kalau Tuan tidak percaya itu hak Tuan," jawab Audrey kesal.
"Sekarang kamu mulai pintar membantahku. Apa kamu mulai berencana untuk melawanku? Atau pria itu yang memberimu keberanian?"
Audrey memilih untuk diam dan tidak menjawab pertanyaan Reiner. Dari balik kaca mata hitamnya, Audrey tidak bisa menebak bagaimana ekspresi mata Reiner yang sebenarnya. Yang pasti Audrey tidak ingin memancing perdebatan yang lebih panjang dengan pria itu.
Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemen, mereka berdua tidak saling bicara.
"Mandi dan siapkan dirimu dengan cepat. Mama meminta kita datang pukul tujuh. Ada teman orangtuaku juga yang akan datang. Jangan sampai kita terlambat."
"Baik, Tuan."
"Tunggu dulu, pakai dress ini. Aku tidak mau kamu membuatku malu di depan keluargaku. Selama ini selera berpakaianmu sangat buruk," kata Reiner menyerahkan sebuah tas ke tangan Audrey.
Ketika masuk ke dalam mobil Reiner, Audrey memang melihat ada sebuah tas kecil berwarna putih di kursi bagian belakang. Namun, Audrey tidak menyangka sama sekali bahwa tas itu berisi sebuah dress yang akan diberikan Reiner untuknya.
Setelah selesai mandi, Audrey membuka tas itu dan melihat di dalamnya ada sebuah dress casual berwarna dusty pink.
Kenapa dia membelikan aku dress untuk makan malam keluarga**nya? Apa memang dia menganggap penampilanku selama ini sangat buruk? Sudahlah, lebih baik aku turuti saja kemauannya.
batin Audrey sambil melihat dirinya di depan cermin.
Dengan perlahan-lahan, Audrey mencoba memakai dress pemberian Reiner. Ia ragu apakah ukuran dress itu akan cocok di tubuhnya. Akan tetapi sesudah mengenakan keseluruhan dress, Audrey merasa heran karena dress itu tampak sangat pas dan sempurna di tubuhnya yang ramping.
Apa dia menyuruh Nicko yang membeli dress ini? Mana mungkin dia memperhatikan aku sedetail itu.
"Audrey, cepat keluar, lama sekali kamu berdandan," teriak Reiner dari ruang tamu.
"Iya, Tuan."
Dasar pria pemarah.
gerutu Audrey merasa jengkel.
Audrey melihat Reiner sudah bersiap menunggunya. Dengan mengenakan kaos hitam berkerah dipadu celana jeans casual, pesona ketampanan Reiner benar-benar sulit untuk ditolak.
"Apa saja yang kamu lakukan di dalam?" tanya Reiner sambil menatap tajam penampilan Audrey.
"Maaf, Tuan, saya..."
"Ayo cepat berangkat," kata Reiner seraya menarik tangan Audrey.
"Ingat nanti selama berada di rumah orangtuaku panggil aku Rein. Bersikaplah wajar sebagai istriku. Aku tidak ingin mereka sampai curiga."
Audrey menganggukkan kepalanya. Meskipun di dalam hatinya, Audrey merasa ragu apakah dia akan sanggup berpura-pura menjadi istri Reiner Bratawijaya di hadapan kedua mertuanya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣