Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Hanafi menoleh pada Arya tapi sama sekali tak melepaskan tautan tangan nya dengan Insha.
seakan mengerti arti tatapan sahabat sekaligus tuan mudanya ia pun berpamitan.
"Baiklah..aku beri obat untuk menetralkan asam lambungnya..nanti di minum setengah jam sebelum makan ya nona.."
tersenyum pada Insha dan menaruh obatnya di meja di dekatnya.
"Juga aku beri beberapa vitamin untuk di minum sesudah makan ..baiklah kalau begitu aku permisi dulu.."
"Terimakasih dokter Arya.."
Senyum Insha merekah pada Arya.
"Sama-sama nona...semoga lekas sembuh.."
Arya pun berlalu ketika hendak menuju pintu ia menatap lagi pada Hanafi jangan kan mengantarnya keluar menatapnya pergi saja tidak.
hmm dasar ya...tuan muda gila..sudah menciptakan kepanikan pagi-pagi begini..berterimakasih saja tidak..
ku kira tadi ada seorang yang terjatuh dari lantai atas atau apalah..teryata istrinya pingsan saja sudah membuat banyak orang sepanik ini....memang benar ya cinta bisa membuat orang menjadi gila...
ntah lah...seharusnya aku sudah tidur nyaman di tempat tidurku sekarang..tapi sekarang masih ada disini..oh segelas kopi panas dan roti selai kacang ku...tunggu aku pulang...
Sudah menggerutu sendiri di dalam hati sambil meninggalkan rumah mewah itu.
Sedangkan di dalam ruangan,
"Buatkan sarapan lalu antar ke atas aku ingin sarapan di dalam kamar saja bersama Insha."
kalimat yang tertuju pada ketiga orang yang masih ada di dalam kamar.
Mereka semua pun keluar dan menjalankan perintah Hanafi.
"Kenapa kau tak memakan apa pun tadi malam Insha.."
kini sudah duduk bersandar di tempat tidur sambil memeluk Insha.
"Maafkan aku mas..telah membuatmu dan semua orang khawatir.."
"hssstt...seharusnya aku yang minta maaf..aku tak memberi tahumu jika aku menghadiri sebuah makan malam di kota B dan akan pulang larut.."
menutup mulut Insha dengan jarinya dan mengecup lembut keningnya.
"Aku hanya teringat mas han akan makan malam bersamaku...jadi aku enggan makan apapun kecuali bersama mas han..tapi ketika aku menunggu malah tertidur..maaf ya.."
"Sudah..sudah...ini semua salahku..kenapa kau yang minta maaf.."
Perbincangan mereka pun masih panjang dengan saling meminta maaf satu sama lain. Sampai sarapan tiba di kamar dan mereka berdua pun sarapan.
Jam menunjukkan pukul 07:00 Lina dan Reno bersamaan keluar dari rumah belakang, sudah menyelesaikan sarapan mereka yang di antar oleh Fatimah, tanpa tau kepanikan pagi hari yang baru saja terjadi di rumah utama.
Tiba-tiba hp Reno bergetar, di lihatnya telepon dari Hanafi ia mengangkatnya. Hanafi menyuruh keduanya untuk masuk ke dalam kamarnya.
tokk..tokk..tokk..
suara ketukan pintu
"Masuklah..."
Keduanya masuk, mereka melihat Hanafi yang duduk di bersandar di samping Istrinya. Insha sendiri juga sedang duduk bersandar dengan menyelimuti separuh tubuhnya.
"Ada apa tuan memanggil kami kemari..."
Reno membuka pembicaraan.
"Aku tak akan pergi ke kantor hari ini..."
"Apaa...eh maaf tuan.."
tiba-tiba kata-kata Reno terlontar begitu saja.
"Tapi maaf tuan...bukan kah kita ada janji untuk bertemu klien nanti siang.."
Lina menjawab spontan.
kita..maksudnya mas han dan wanita itu..Insha
Matanya secara reflek melihat Lina saat ia mengatakan kata "Kita" dalam kalimatnya.
Insha melihat secara detail pakaian yang di pakai oleh Lina.
Lina memakai dress warna pink terang sepanjang lututnya seperti biasa selalu memperlihatkan kaki jenjang nya, rambutnya yang hitam dan lurus di biarkan tergerai begitu saja.
Apa mas han selalu berkerja bersama wanita cantik itu...kenapa tiba-tiba hatiku perih sekali..
"Aku akan menunggu istriku di rumah..dia sedang sakit.."
mengelus lembut kepala Insha yang tertutup kerudungnya.
Sakit...sepertinya nona muda baik-baik saja..Reno
istrinya tak terlihat sakit sedikit pun...Lina
Insha memang sudah terlihat baik karna dia sudah mengisi perutnya yang menjadi masalah sakitnya itu, juga telah meminum obat dari dokter Arya yang membuatnya lebih baik.
Hanafi memandang Insha tapi yang di pandang matanya sedang fokus pada seorang wanita yang berdiri disana.
Wanita yang memakai dress pendek nan cantik itu, Hanafi berusaha melihat apa yang di lihat Insha, sepenting apa hal itu sampai-sampai Insha tak menjawab panggilannya.
Hanafi pun seakan menyadari Insha tak nyaman dengan pakaian yang di pakai sekretaris cantiknya itu.
"Insha.."
"Iya mas han.."
terkaget dan menjawab dengan senyum yang di paksakan.
Hanafi pun lalu menatap Lina,
"Lina.."
"Iya tuan muda"
"Apa kau hanya membawa baju itu.."
"Iya tuan..memangnya kenapa.."
sudah gusar melihat bajunya mulai atas sampai bawah.
kenapa tuan muda bertanya tentang bajuku..memang ada yang salah ya...jarang-jarang tuan menanyakannya..
Hanafi tanpa pikir panjang dia turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju lemari pakaian tetapi yang di buka adalah lemari pakaian di bagian baju milik Insha.
Di pilihnya 1 dress panjang berwarna sama seperti baju Lina yaitu pink terang tetapi dengan model semua bagian tubuh yang tertutup sempurna.
Di ambilnya dress panjang itu lalu di berikannya kepada Lina yang masih menatap Hanafi dalam kebingungan nya.
"Ambillah...ganti bajumu dengan ini.."
memberikan dress itu dengan satu tangannya tanpa memandang Lina.
"Tapi tuan..ini kan baju nona.."
Menerima baju itu dan memandang Hanafi dan Insha bergantian.
"Tak apa pakailah...kau bisa ganti bajumu di kamar mandi.."
Sahut Insha, senyumnya kembali merekah karna tanpa Insha minta pun Hanafi sudah mengerti tentang perasaannya.
Lina sekarang menatap Hanafi wajahnya merah padam, ia baru menyadari baju apa yang di berikan Hanafi padanya.
Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Hanafi kini sudah kembali ke tempat tidur, menggengam tangan Insha erat.
"Tak apa kan aku memberikan bajumu pada Lina...aku akan membelikan mu yang baru.."
"Tentu saja mas han..tak usah, bajuku masih banyak yang belum terpakai dan semua masih baru.."
Tersenyum puas pada Hanafi sekarang,..
ohh...jadi dia namanya Lina
"Kau memang wanita terbaik Insha.."
Kini sudah mencubit gemas pipi Insha.
"Auuuwh ...sakit mas han.."
memekik dan mencoba mendorong tangan jail Hanafi.
sebenarnya kau lah lelaki yang terbaik mas, kau bisa menjaga perasaan ku dengan baik...kau mengerti meski aku tak mengatakan apapun padamu...
"Hehe..kalau begitu..aku akan mengobatinya dengaaan......muaach"
Satu kecupan lembut pun menempel di pipi Insha. Wajah Insha pun kini merona karna perbuatan Hanafi, mereka terus saja bercanda dan menggoda satu sama lain di atas tempat tidur mereka.
Sementara yang di sebelah sana, lelaki yang berdiri mematung menyaksikan drama di depan matanya, ia beberapa kali nampak berpaling memandang ke segala arah.
hey tuan muda..apa anda lupa masih ada manusia disini...memang benar ya orang kalo sudah jatuh cinta seakan dunia milik berdua..
Tuhan...kapan kejombloan ini akan berakhir bahagia seperti tuan muda.
ini juga kenapa Lina lama sekali sih..aku jadi harus menyaksikan drama dua sejoli yang sedang di mabuk cinta begini...
Lina akhirnya keluar dari kamar mandi memakai dress panjang yang diberikan Hanafi tadi, tetap dengan rambutnya yang terurai indah di belakang punggungnya.
Sekarang pandangan Hanafi dan Insha melihat Lina bersamaan, Lina masih keluar dengan muka yang merah padam, ia merasa malu karna kenapa harus Hanafi yang memberinya baju super tertutup ini, Ia menyesal memakainya hari ini ketika ia pertama kali berada di rumah utama.
"Kau terlihat lebih cantik memakai baju itu Lina.." Hanafi memujinya karna ia tau Lina sangat merasa malu saat itu, sehingga ia sedikit memberinya pujian.
cantik..mas han bilang dia cantik
wajah Insha sudah cemberut lagi di buatnya.
"Benarkah tuan..."
benar saja sedikit pujian dari Hanafi membuat matanya kini berbinar senang, karna untuk pertama kalinya dia mendapat kata "cantik" dari tuannya. Selama ini meski Lina setiap hari sudah berdandan maksimal Hanafi sama sekali tak pernah melihatnya apalagi memujinya.
"Iya kau cantik memakainya..pakailah baju itu untuk ke kantor.."
"Baiklah tuan dan nona terimakasih.."
seakan mendapat angin segar kini wajahnya berubah drastis menjadi berbinar senang.
"Iya benar Lina cantik sekali memakai itu.."
Insha sedikit menekankan kata cantik dalam kalimatnya, ntah kenapa hatinya terasa terbakar saat Hanafi bilang sekretarisnya itu cantik.
Hanafi yang sadar akan kalimat Insha ia seketika menoleh.
"Insha.."
memandangnya dengan tatapan heran.
"Memang benar kan mas Lina sangat cantik memakai dress itu..."
menjawab dengan senyum yang di paksakan.
"Tapi lebih cantik..."
kalimatnya belum selesai tapi Insha sudah menjawabnya.
"Lebih cantik Lina yang memakainya kan..dari pada aku.."
sekarang memalingkan wajahnya, Insha sudah tidak bisa menutupi lagi rasa cemburunya. Jantungnya berdegup kencang dan hatinya terasa panas terbakar api cemburunya.
"Insha..dengarkan aku dulu.."
Dan perdebatan mereka masih panjang lagi, Hanafi menjelaskan panjang lebar pada Insha tapi ia tak memperdulikannya, bahkan menjawab pun tidak.
Lina dan Reno yang menyadari mereka adalah sumbernya terutama Lina merasa salah tingkah sendiri.
Akhirnya Reno membuka suara.
"Tuan maafkan saya sebelumnya...tapi kami harus pamit..kami harus segera ke kantor.."
memutuskan untuk pergi saja dari pada tambah rumit urusannya.
"Iya tuan, sebentar lagi ada rapat di kantor.."
berusaha meyakinkan kalimat Reno
Dua sejoli itu segera diam, memandang Reno dan Lina bersamaan.
"Baiklah...pergilah...kirimkan padaku hasil rapat nanti...perintahkan pada pak Sun untuk memimpin rapatnya..katakan padanya aku tak bisa hadir dan gantikan semua agendaku hari ini..."
Sudah mengusir dengan tatapan matanya.
"Baik tuan dan nona saya permisi dulu, terimakasih atas kebaikannya.."
Lina keluar ruangan lebih dulu di susul oleh Reno yang hanya menganggukkan kepala sopan.
"Aku hanya mencintaimu Insha.."
"Mas Han bilang dia cantik.."
"Kau cemburu..??"
"Tidakk..."
"Haha..katakan saja tidah usah malu-malu.."
"Tidak.."
Perdebatan mereka masih terdengar sampai Reno dan Lina menuruni tangga.
Dan akhirnya semua karyawan yang berada di bawah naungan Wijaya group di wajibkan untuk memakai pakaian tertutup saat bekerja terutama seorang wanita, itu adalah peraturan terbaru pemilik Wijaya group untuk semua karyawannya, baik di kantor utama maupun kantor cabang.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.