Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi
Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.
Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.
Follow Ig author @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
Jangan lupa like, vote dan komentarnya yaa
🌹HAPPY READING🌹
Kevin dan Agam sampai di rumah Ibra. Mereka menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Assalamualaikum, penghuni rumah," ucap Kevin dan Agam lantang memasuki rumah.
Al yang tengah bermain di ruang keluarga mendengar ucapan salam langsung menjawabnya. "Waalaikumsalam, penghuni kubul," jawab Al ketika mendengar kedua uncle nya mengucap salam.
Mendapat jawaban seperti itu, sontak saja Kevin dan Agam saling pandang. Seakan memiliki pemikiran yang sama, mereka berlari ke sumber suara bocah kecil tersebut dan menyerangnya.
"Aaaa Abi, Mpin sama Agam selang Al, hahaha, Abi," teriak Al kencang mengadu kepada Ibra.
"Rasain, rasain, nih. Gue gelitikin sampai kencing, Lo," ucap Kevin terus menggelitik pinggang Al.
"Hahaha rasain, bocil," ucap Agam menggelitik telapak kaki Al.
Al bagai cacing kepanasan menghindari gelitikin Kevin dan Agam.
"Hahaha, udah Mpin, Agam. Hahaha, geli," ucap Al memohon agar Kevin dan Agam berhenti menggelitiknya.
"Hahaha, nanti Al kencing di sini Mpin," ucap Al lagi di sela tawanya.
"Biarin kencing sekalian Vin. Ini bocil harus di kerjain sesekali," ucap Agam sambil tetap menggelitik kaki Al.
"Hahaha," Tawa ketiganya terdengar memenuhi ruang keluarga. Al sudah mengeluarkan air mata karena terus tertawa menahan geli di tubuhhya. Badannya bagai cacing kepanasan karena tidak kuat di gelitik oleh Kevin dan Agam.
Ibra yang baru saja keluar dari ruang kerjanya, langsung pergi ke ruang keluarga begitu mendengar suara gelak tawa di sana.
"Heh, Lo Apain anak gue," ucap Ibra sambil menyingkirkan Kevin yang masih menggelitik perut Al.
"Abi, bantuin Al, Abi. Hahaha, Mpin sama Agam gelitik terus dari tadi, hahaha," ucap Al meminta bantuan Abinya.
Ibra langsung membawa Al ke gendongannya untuk membantu Al. Bajunya sudah tersingkap ke atas karena ulah Kevin dan Agam. Saat akan memperbaiki baju Al, tidak sengaja mata Ibra melihat bekas luka di sebelah pusar Al yang masih di tutupi singlet tipisnya.
Ibra mendudukkan Al di atas sofa. Dia bersimpuh di depan Al untuk melihat lebih jelas luka anaknya.
Tangan Ibra menyingkap singlet yang menutupi bagian perut Al. Al berusaha menghalangi tangan Ibra, namun tenaga Ibra lebih kuat darinya. "Al, ini luka apa, nak?" ucap Ibra menatap lekat mata Al.
Al hanya diam. Ibra, Kevin dan Agam saling pandang setelah melihat luka di perut Al.
"Al, ini luka apa, nak?" tanya Ibra sekali lagi. Al tetap hanya menggelengkan kepala, tidak mau menjawab pertanyaan Ibra.
"Al, ini luka apa?" tanya Ibra dengan suara tegasnya.
Al ketakutan. "Emm, ini kemalen Al jatuh, Abi. Jadi nggak sengaja kena pelut," jawab Al gugup.
"Al yakin?" tanya Ibra mengintimidasi.
Al mengangguk, "Iya, Abi. Kemalen waktu belajar olahlaga Al jatuh," ucap Al memberi alasan yang cukup masuk akal.
"Kenapa nggak bilang Abi?"
"Takut. Nanti Abi malah."
"Abi akan lebih marah kalau Al tidak jujur sama, Abi."
"Iya, Abi. Maaf," ucap Al menunduk tidak berani melihat Ibra.
"Ehh, kok hangat?" ucap Ibra merasakan pahanya hangat karena sesuatu.
Al menyengir tanpa dosa melihatkan deretan gigi susunya. "Hehehe, maaf, Abi. Al kencing."
Kevin, Agam dan Ibra menurunkan pandangannya ke bagian bawah Al. Dan benar saja anak itu kencing di atas sofa. Air nya menetes ke bawah mengenai paha Ibra yang sedang bersimpuh di depannya.
"Puftt, hahahaha," Agam dan Kevin tak bisa menahan tawa nya. Mereka menertawai Ibra yang terkena kencing Al. Padahal ini semua ulah mereka.
"Anak Abi nakal, ya," ucap Ibra mengacak rambut anaknya. Dia tidak marah. Karena ini bukan salah Al, melainkan salah dua makhluk tidak jelas yang menggelitik anaknya.
Al mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V seraya berkata, "Peace, Abi."
Ibra tersenyum dan mengangguk. Tangannya menurunkan kembali singlet dan baju Al yang tadi dia naikan keatas.
Dee yang baru datang dari kamar langsung berjalan ke ruang keluarga ketika melihat Kevin dan Agam disana.
"Hai, Dee," ucap Agam dan Kevin serentak melihat kedatangan Dee.
"Hai juga, Kak Kevin, Kak Agam," jawab Dee ramah dengan senyum manisnya.
Dee mengarahkan pandangannya kepada Al yang duduk di sofa. "Al, kenapa celananya basah begitu?" tanya Dee melihat celana Al basah. Dee juga melihat sofa di sekitar bokong anaknya juga basah.
"Hehehe, Al kencing, Umi," jawab Al polos tanpa dosa.
Dee kaget mendengar jawaban anaknya. "Kenapa bisa kencing di sana, Al?"
"Gala-gala Mpin sama Agam, Umi. Mereka gelitikin Al," jawab Al memandang Kevin dan Agam.
"Tadi Al panggil apa?"
"Mpin sama Agam, Umi."
"Siapa yang ngajarin Al nggak sopan sama orang lebih dewasa?" tanya Dee sedikit tegas kepada anaknya.
Al hanya menunduk. Dia takut kalau Umi sudah bicara tegas seperti ini. Al memandangi Ibra meminta bantuan.
Ibra mengangkat bahu acuh, dia ingin Al berani mengakui kesalahan karena memanggil Kevin dan Agam seperti itu.
"Maaf, Umi," Al turun dari sofa dan langsung berlari menuju kamarnya karena tidak berani melihat Uminya.
"Al," panggil Ibra begitu melihat anaknya berlari menaiki tangga.
Dee menghela nafas pelan melihat Al pergi. Bahkan tidak menghiraukan panggilan Abinya.
"Jangan marah, Dee. Kita sudah terbiasa begitu dengan Al," ucap Kevin membela Al.
Dee hanya menganggukkan kepalanya.
"Mending kamu susul Al, sayang. Aku sama dua makhluk ini bicara di ruang kerja dulu. Ada sedikit kerjaan," ucap Ibra menyuruh Dee membujuk Al.
"Adek buatin minum dulu ya, mas?"
"Nggak usah. Nanti biar aku minta Bi Nini untuk buatin minum."
"Ya sudah. Kalau begitu Adek susulin Al dulu. Mari kak Kevin, Kak Agam, Dee pamit ke atas dulu," ucap Dee pamit kepada ketiga lelaki di depannya.
"Iya, sayang,"
"Iya, Dee,"
"Oke, Dee,"
Jawab Ibra, Agam dan Kevin serentak.
Setelah Dee pergi, Ibra, Kevin dan Agam pergi ke ruang kerja Ibra.
"Ada apa?" ucap Ibra membuka pembicaraan mereka setelah duduk di ruang kerjanya. Mereka duduk bersama di sofa yang ada di sana.
"Gue ada berita buruk dan juga berita baik buat, Lo," jawab Kevin.
"Berita buruknya?" tanya Ibra.
"Untuk penyilidikkan kasus penusukan Tante Raina. Satu-satunya bukti yang bisa membongkar siapa pelakunya adalah Tante Raina sendiri. Karena di tempat kejadian tidak ada CCTV," ucap Agam menjelaskan kepada Ibra.
"Ruangan itu memang nggak ada CCTV nya. Papa sengaja tidak memasang CCTV karena itu adalah kamar pribadi Papa sama Mama," jawab Ibra memberitahu Agam dan Kevin.
"Dan ini akan sangat sulit, Ib. Tidak ada bukti spesifik yang menunjukan Dee tidak bersalah. Dan tidak ada bukti juga yang menunjukkan bahwa Dee bersalah. Kasus ini seperti abu-abu. Di tambah lagi kondisi Tante Raina tidak menunjukan tanda-tanda dia akan bangun dari komanya," ucap Kevin ikut menimpali.
Ibra menghela nafas kasar mendengar kabar kedua sahabatnya ini. "Berita baiknya?"
"Kemaren gue kembali mengintrogasi pelaku penganiayaan Dee di penjara. Gue di bantu Naura. Saat introgasi, Naura melihat ada tato kecil di lengan bagian bawah tangan kiri salah satu dari mereka. Karena rasa penasaran Naura, Dia mengangkat tangan ketiga pelaku itu, dan mereka semua memiliki tato yang sama. Gue rasa mereka semua adalah satu komplotan Ib. Gue rasa, Keberadaan mereka di penjara memang di sengaja," ucap Agam menjelaskan. Dia memberikan foto tato tersebut kepada Ibra. Ibra melihat dengan seksama tato tersebut.
Ibra kaget mendengar penjelasan Agam. "Sengaja dimasukan ke penjara?" tanya Ibra heran. Agam. menganggukkan kepalanya.
"Dan gue pernah melihat tato seperti itu di tangan seseorang," ucap Kevin. Karena dia sudah melihat foto tato yang dibicarakan oleh Agam.
"Siapa?" tanya Ibra dan Agam serentak memandang Kevin.
......................
Terimakasi sudah mampir dan menyaksikan bagaimana kisah Ibra, Dee dan juga Al ,,,
Jangan lupa Vote, like, sama komentarnya yaa teman-teman agar author lebih bersemangat lagi dan lagi,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Author sangat berterimakasih kepada readers yang selalu setia untuk membaca novel author, jangan pernah bosan yaa 🌹🌹 author sayang kalian.
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
berbahagialah dee
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine