Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 17
Pagi harinya, sebelum berangkat kerja. Anwar menyiapkan semua keperluannya sendiri. Seperti pakaian, dan tas kerjanya. Untungnya, untuk sarapan ada ART yang menyiapkannya. Sedangkan Nadin masih tidur, bahkan saat suaminya berangkat pun dia tidak pernah mengantarkannya.
Dulu, saat bersama Vina. Air hangat, pakaian, dan makanan disiapkan. Bahkan jika berangkat kerja Nadin antar kan sampai pintu depan. Dan dia pergi setelah memastikan Anwar hilang pada pandangan matanya.
Diperjalanan Anwar tanpa sadar, melajukan mobilnya ke kediaman Vina, dia menatap Vina disisi jalan seberang rumahnya. Kebetulan Vina sedang membersihkan halaman.
"Andai kamu bisa hamil anak perempuan. Pasti kebahagian kita lengkap sudah." lirik Anwar.
Setelah melihat Vina beberapa menit, itu cukup bagi Anwar untuk mengobati rasa rindunya. Anwar melanjutkan pergi ke tempat kerja.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bunda, aku berangkat dulu. Nanti aku pulangnya telat. Karena ada les tambahan untuk anak kelas 3." ucap Saka.
"Baiklah, hati-hati ya." seru Vina, pada Saka yang menaiki sepeda motornya.
Setelah membersihkan halaman, dan menyiram tanaman. Vina hendak mandi. Karena nanti dia di jemput Syahril untuk diantarkan ke butik, untuk fitting baju pernikahannya. Sedangkan Iqbal, akan menyusul jika jam kerjanya habis di rumah sakit.
Setelah siap-siap. Vina dengan setelan celana kulot hitam baju warna pink soft beserta pasmina yang senada. Tak lupa pula di menyandang tas kecil warna hitam.
Tidak lama kemudian Syahril datang, mereka langsung berangkat ke butik langganan Anwar. Kebetulan yang punya butik kenalan Anwar.
"Mas, perasaan dulu Mas sudah tau kalau aku dari Sentosa, terus kenapa Mas nggak bilang kalo Mas juga dari sana?" tanya Vina. Sekarang mereka masih dalam perjalanan.
"Sebenarnya sih, aku ingin beritahu padamu. Tapi aku dilarang sama Iqbal. Dulu, pernah juga aku menawarkan untuk mencari tentang kamu. Tetapi Iqbal melarang, karena dia berpikir kamu sudah bahagia. Makanya, melupakan kami. Bahkan, Iqbal langsung mengenalimu." kekeh Syahril.
Pipi Vina bersemu merah, saat mendengarkan jika Iqbal langsung mengenalinya. Padahal mereka telah lama berpisah.
Saat mereka sampai di butik. Mereka langsung di sambut sama pemiliknya. Karena tadi Iqbal sudah memberitahu kedatangan calon istrinya pada temannya tersebut.
"Saya Fira, teman sekaligus pemilik butik ini." ucap Fira sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Vina." ucap Vina menjabat tangan Fira.
"Mari kita kedalam ruangan saya, maaf Syahril kamu disini saja ya. Didalam khusus untuk para wanita." canda Fira.
"Silahkan, aku juga mau lihat-lihat dulu. Siapa tau nanti ketemu jodoh." ucap Syahril, membuat Fira dan Vina tertawa.
"Mau baju yang bagaimana?" tanya Fira.
"Saya mau yang simpel aja, karena acaranya pun cuma dihadiri orang terdekat saja. Yang penting tidak terlalu ngepas di badan saya." jelas Vina.
"Bisa aku request warna?" tanya Vina.
"Oo tentu saja bisa. Bahkan Iqbal mengatakan berikan saja semua yang anda inginkan. Walaupun yang paling mahal disini. Pasti anda sangat berharga" ucap Fira.
Vina bersemu malu mendengarkan ucapan Fira.
"Mau warna apa?" lanjut Fira
"Biru langit, itu merupakan warna kesukaan kami." ucap Vina.
"Boleh, ada tambahan lainnya." tanya Fira.
"Lainnya terserah anda. Karena saya percaya dengan anda" ucap Vina.
"Nanti diukur sama staf ya, Mbak Vina. Sekarang boleh dilihat-lihat katalog dulu. Mungkin ada model seperti keinginan Mbak Vina." ujar Fira sopan.
Setelah melihat-lihat katalog dan menentukan modelnya. Vina izin keluar sambil menunggu kedatangan Iqbal. Dia menemui Syahril yang berada di deretan baju pria.
"Syahril." panggil seorang wanita.
"Siapa wanita ini? Jangan bilang, kamu akan menikah!" seru wanita tersebut. Sambil menutup mulut.
"Dia." ucap Syahril.
"Hai, saya Rasti, temannya Syahril." potong Rasti. Sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Vina." ucap Vina.
"Kamu manis sekali, pantesan belum nikah sampai umur segini. Padahal seleranya tinggi sekali."
Kekeh Rasti.
"Tapi dia bukan." jelas Syahril.
"Jangan lupa undangannya, sekarang kamu sombong. Mentang-mentang dapat yang manis." ucap Rasti bahagia. Karena Syahril merupakan jomblo abadi. Jangankan nikah, pacaran saja dia ogah.
"Bagaimana kabar sahabatmu? Titip salam ya, soalnya aku susah sekali mehubunginya. Kemarin saat Ibu sakit, dia datang menjenguk jika aku tidak berada didekat Ibu." gumam Rasti.