Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28. Prasangka Buruk
Pukul 15.30WIB, Pak Ilham masih tidur di atas ranjangnya. Beliau terlihat tidur sangat nyenyak, mungkin karena pengaruh obat yang di minum tadi.
Alan yang melihat Ayahnya masih tidur, tak tega membangunkan Ayahnya. Dia kembali keluar dari kamar Nia, Lala bertanya karena melihat Alan berjalan sendiri tanpa ada Ayah.
"Ayah mana Mas. Apa sedang bersih bersih dulu?" tanya Lala.
"Ayah masih tidur, aku tak tega membangunkannya. Ayah terlihat sangat lelah," ucap Alan sendu. Dia menghela nafasnya dengan berat.
"tapi kalau Ayah marah bagaimana Mas, kamu tahu sendiri Ayah sangat ingin bertemu dengan Nia!" ucap Lala kesal. Dia mengerti Ayah pasti akan marah jika tidak di bangunkan.
"iya aku tahu, tapi biarkan Ayah istirahat dulu. Dia terlihat lelah La," ucap Alan.
"jam segini Nia sudah pulang kerja Mas, ayah pasti kecewa jika beliau tidak bisa bertemu dengan Nia. Bangunkan Ayah pelan pelan!" pinta Lala.
"baiklah," ucap Alan. Mau tidak mau Alan membangunkan Pak Ilham, walau sebenarnya dia tidak tega.
"Ayah...," lirih Alan. Namun Pak Ilham masih tertidur, berulang kali Alan membangukan Ayahnya dengan lembut.
"Ayah...," lirihnya lagi. Panggilan kali ini barulah beliau bangun.
"ada apa? Apa Nia sudah kembali ke rumah ini?" tanya Pak Ilham dengan suara serak khas bangun tidur.
"belum Yah, ayo siap siap ke tempat Nia. Kita langsung ke kontrakan Nia saja, karna Nia pasti sudah sampai di kontrakannya." ujar Alan.
"kenapa kamu tak membangunkan Ayah dari tadi, Ayah ingin memberi kejutan Nia pas pulang kerja. Saat dia terlihat lelah, saat melihat Ayah pasti rasa lelahnya hilang!" ujar Pak Ilham.
"Alan tidak tega membangunkan Ayah,"
"apa pun itu, seharusnya kamu bangunkan Ayah dari tadi!" ucap Pak Ilham kesal.
"maafkan Alan Yah,"
Pak Ilham pun akhirnya bangun dan bersiap siap, beliau tidak sabar ingin segera bertemu dengan menantu kesayangannya itu. Di dalam mobil pun Pak Ilham terus menunjukan senyumannya, Lala dan Alan ikut senang melihat Ayahnya.
Sesampainya di depan gerbang kontrakan, Alan turun dan membukakan pintu mobil untuk Ayahnya. Mereka berjalan menuju kontrakan Nia dan Lena, Alan mengetuk pintu kontrakan Nia. Namun tak ada sahutan dari dalam, tapi di parkiran khusus penghuni kontrakan terlihat ada motor Nia dan Lena. Itu tandanya mereka memang sudah pulang.
"Nia...Lena...," teriak Alan dan terus mengetuk pintunya. Namun tak juga mendapat sahutan, Dan ada salah satu tetangga Nia yang melihat. Ibu itu lalu menghampiri Alan dan Ayahnya.
"sedang mencari siapa ya Pak?" tanya Bu Basir santun.
"oh..ini Bu, saya mencari Nia. Benarkan ini kamar kontrakan Nia?" tanya Alan.
"iya betul, tapi Neng Nia sama Neng Lena sedang tidak ada di kontrakan Pak," jawab Bu Basir.
"tapi motor mereka ada di tempat parkir Bu?" tanya Alan bingung. Bagaimana bisa motornya ada sedang orangnya tidak ada di kontrakannya.
"mereka tidak bawa motor Pak, mereka naik mobil mewah tadi!" ucap Bu Basir. Alan terkejut, mobil mewah? Sampai di berpikir jika Nia pasti bersama Ello.
"apa Ibu tahu kemana mereka pergi Bu?" akhirnya Pak Ilham bertanya. Kenapa sangat sulit bertemu dengan Nia.
"katanya sih mau liburan Pak, tapi tidak bilang berlibur kemananya!" jawab Bu Basir. Nia sengaja tidak memberi tahu pada Ibu Ibu kontrakan dan Satpam kantor, kemana dia pergi. Karena dia tahu Alan dan Lala pasti akan mencarinya, karna sejak pagi Lala terus menghubunginya.
"terima kasih ya Bu, atas informasinya. Kami permisi," pamit Alan santun.
"sama sama Pak," jawab Bu Basir. Alan dan Pak Ilham kembali menuju mobilnya, sedang Lala memang tidak ikut turun.
"mereka siapa ya, kok mencari Nia?" gumam Bu Basir. Lalu dia kembali ke dalam kontrakannya.
"Nia mana Mas?" tanya Lala. Karena tidak ada Nia di antara Ayah dan suaminya.
"untuk apa kau bertanya, bukankah kau senang jika Nia tidak bersama kami!" bentak Pak Ilham.
"sudah Yah, kita coba ke kantor Nia." ucap Alan. Lalu melajukan kembali mobilnya, namun jawabannya sama seperti Ibu Ibu kontrakan tadi.
Dia juga ingin menemui Ello tapi dia tidak bertemu dengan Ello. Alan semakin berpikiran buruk pada Nia, karena dia juga tidak bertemu Ello.
Sesampainya di rumah, Ayah semakin marah pada Alan. Bahkan Lala pun terus terusan di salahkan oleh Pak Ilham.
"jika bukan karena perempuan ini, kamu dan Nia pasti bahagia!" teriak Pak Ilham.
"Ayah jangan terus menyalahkan Lala. Alan dan Lala sudah berpacaran jauh sebelum Alan menikah dengan Nia Yah!" tutur Alan. Dia memeluk Lala yang menangis sesegukan.
"Ohhh...maaf Ayah lupa, ini salah Ayah yang sudah memaksamu!" ucap Pak Ilham. Beliau langsung pergi meninggalkan Alan dan Lala di bawah. Bahkan Alan panggil pun beliau tak menghiraukan lagi.
"Mas ini memang salahku, seharusnya aku dan kamu tidak bersama, seharusnya aku menolak ajakanmu untuk menikah!" ucap Lala dan dia berlalu meninggalkan Alan.
Alan frustasi, dua orang yang dia sayangi kini menyalahkan diri mereka sendiri, gara gara ulahnya. Hanya karena egonya ingin bersama Lala dia rela menyakiti Ayahnya dan Nia.
***
Di perjalanannya Nia dan Lena sangat menikmati pemandangan di balik jendela mobil. Mereka bernyanyi bersama, Nia terlihat begitu bahagia. Dia sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan Ayahnya.
"apa Lala masih menghubungimu?" tanya Lena.
"entah dari pagi aku belum mengaktifkan ponselku lagi. Astaga aku lupa Len...," teriak Nia.
"lupa apa?" tanya Lena cemas.
"ponselku masih di laci meja kerja, aku lupa mengambilnya Len!" ucap Nia.
"aduh Nia, kamu itu bagaimana. Jika Alan dan Lala mencarimu bagaimana? mereka pasti menghawatikanmu" ucap Lena.
"aku tidak peduli mereka mencariku, mereka pasti hanya menyuruhku pulang! Tidak mungkin Mas Alan menghawatirkanku, kalau Lala mungkin iya Len," jawab Nia enteng.
"Yang penting aku segera berjumpa dengan Ayah, pasti beliau senang dengan kejutan ini," ucap Nia riang.
"kalau Pak Hendri atau bu Hendri menghubungimu bagaimana?" tanya Lena lagi.
"kan ada ponselmu, lebih baik ponselku tertinggal dari pada Mas Alan dan Lala tahu aku di Bandung," ucap Nia.
Mereka kembali menikmati pemandangan di jalanan. Ini pertama kalinya Lena ikut Nia ke rumah Pak Ilham, saat pernikahan Nia dan Alan. Lena tidak hadir karna pernikahannya hanya di hadiri sanak saudara Pak Ilham. Bahkan teman teman kerja Nia hanya tahu Nia sudah menikah tapi tak pernah tahu siapa suami Nia.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.