Rain Angello, seorang pembunuh bayaran yang sangat terkenal. Wanita yang bekerja dengan bayaran fantastis itu tak pernah menunjukkan identitas nya pada siapapun, termasuk orang terdekat nya.
Setiap melakukan tugas nya, Wanita yang selalu di panggil Angello itu selalu melakukan penyamaran dengan mengubah wajah nya menggunakan topeng silikon. Tentu saja dia melakukan itu agar tak ada yang mengetahui identitas nya.
Pekerjaan ini memang sangat beresiko, tapi dia nyaman dengan apa yang dia lakukan. Namun siapa yang menyangka, kehidupan nyaman nya berubah dalam sekejap mata hanya karena dia yang ingin menikmati hidup.
Mati? Masuk ke dalam tubuh orang lain? Apakah itu nyata ada nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Tiffany yang ternyata ikut menyusul orang bayaran nya cukup terkejut dengan apa yang terjadi, namun dia juga cukup merasa lega saat anak buah nya yang lain bisa mencelakai Angello.
Wanita itu tersenyum di tak jauh dari tempat mobil Angello terguling, " Itulah akibat nya jika ingin mengambil tempat ku,"
Tiffany membalikkan tubuh nya dengan rasa gembira di hati nya, dia merasa hari ini adalah hari terbahagia nya setelah kejadian empat tahun yang lalu.
Tiffany memasuki mobil dengan senyum yang tak luntur dari bibir nya, Tiffany mengendarai mobil nya untuk pulang ke apartemen. Di tengah perjalanan, wanita itu selalu bersenandung dengan bahagia.
"Hari - hari bahagia, datang pada ku." Ucap nya seperti orang gila.
Tiffany memarkirkan mobil nya di parkiran khusus penghuni apartemen, jika biasanya dia selalu kembali dengan May, kali ini tidak. Asisten nya itu dia perintah kan untuk membereskan kekacauan yang dia perbuat, dan juga menghilang kan bukti jika kecelakaan itu murni kecelakaan bukan sabotase atau di rencana kan.
"Hai.."
Jika biasanya wanita itu tidak pernah menyapa staf yang bekerja di apartemen ini, sekarang karena dia tengah berada dalam suasana hati yang baik, wanita itu bahkan menyapa setiap orang yang berpapasan dengan nya.
Tiffany memasuki lift untuk sampai ke kamar milik nya, saat berada di dalam lift pun wanita itu menari seolah ada musik yang mengiringi nya dan meminta nya untuk melakukan itu.
"Bahkan kematian nya belum di umumkan, aku sudah bisa merasakan euphoria menjadi bintang utama." Gumam nya.
Ting..
Denting lift berbunyi, tak lama pintu lift terbuka. Tiffany segera keluar dari sana dan berjalan ke arah unit apartemen nya yang berada di ujung, wanita itu menekan beberapa angka untuk bisa membuka pintu.
Keadaan kamar nya masih gelap, karena biasanya May yang akan menyalakan nya. Tiffany menyalakan lampu hingga semua sudut apartemen terang benderang, tapi setelah menyalakan lampu, tubuh Tiffany tiba-tiba membeku di tempat, senyum yang sedari tadi dia tampilkan bahkan tak lagi terlihat.
"Ba---bagaimana... Bagaimana mungkin." Tiffany limbung, wanita itu bahkan hampir terjatuh.
"Hallo, Tiffany." Sapa seseorang yang sudah lebih dulu berada di dalam unit apartemen milik Tiffany.
"Tidak... Tidak mungkin." Tiffany berpegangan pada handle pintu saat merasa tubuh nya lemas.
Orang yang tengah duduk di sofa, yang menunggu kedatangan Tiffany mulai bangkit dari sana dan berjalan dengan perlahan. "Apa yang tidak mungkin?" Tanya nya dengan senyum devil.
"Ra.. Rain... Bagaimana bisa kau berada di sini." Tanya Tiffany dengan terbata - bata.
Angello menutup mulut nya dan tersenyum, "Kenapa tidak?" Tanya nya balik.
Tiffany mengepalkan tangan nya, "Kau bukan Rain, siapa kau?!" Tanya nya dengan suara yang sedikit meninggi.
Angello terkekeh, "Jika aku bukan Rain, lalu siapa?" Tanya nya yang membuat Tiffany bergetar karena marah.
"Sialan, bagaimana bisa kau selamat!!" Teriak nya marah.
Angello melipat kedua tangan nya di depan dada, "Hah... Aku selamat atau tidak, itu bukan urusan mu. Tapi, apakah kau akan selamat dari ku?" Angello mengangkat sebelah alis nya.
Mendengar ucapan Angello, ada sedikit rasa takut dari diri Tiffany. Awalnya wanita itu ingin menyangkal jika wanita yang tengah berdiri di depan nya ini bukan lah Rain, dia meyakini jika Rain tidak akan selamat dari kecelakaan yang telah dia buah. Tapi, melihat dari luka dan pakaian yang di gunakan oleh wanita itu, Tiffany dapat menyimpulkan jika dia benar-benar Rain.
Tapi bagaimana bisa wanita itu tiba di sana dengan cepat? May.. Ya, May. Tiffany akan menghubungi May untuk mengetahui nya, tapi sebelum itu dia harus menghadapi Angello terlebih dahulu.
Angello melangkah untuk mendekati Tiffany, wanita yang masih berdiri ketakutan di depan pintu itu semakin panik saat Angello memainkan pisau lipatnya, "A--apa yang ingin kau lakukan?!" Tanya nya dengan keringat dingin di dahi nya.
Angello menghentikan langkah nya, "Apa yang aku inginkan?" Sebelah alis nya terangkat. "Tentu saja melakukan apa yang kau rencana kan pada ku tadi." Lanjut nya dengan senyum yang semakin lebar.
Tiffany benar-benar ketakutan sekarang, wanita itu berusaha membuka handle pintu yang ternyata terkunci dan tidak bisa terbuka.
Krek...
Krek....
Tiffany berusaha membuka pintu, tapi tetap tidak bisa.
Brak...
Brak....
"Tolong... Tolong aku... Siapa pun tolong aku..." Tiffany menggedor - gedor pintu unit apartemen nya, berusaha meminta tolong pada siapapun yang lewat atau berada di luar sana.
"Hahahah... Terus lah meminta tolong pada siapa pun, karena tidak akan ada orang yang mau menolong mu." Angello tertawa saat usaha Tiffany sia - sia.
Brak...
Brak...
"Tolong... Siapa pun tolong aku...."
Angello mendengus, wanita itu melangkah dengan cepat dan menarik rambut belakang Tiffany yang terurai.
"Akhh..." Teriak Tiffany saat dia merasakan sakit di kepala belakang nya akibat tarikan Angello.
Angello menarik rambut Tiffany hingga wanita itu berjalan mengikuti Angello ke ruang televisi. Angello menghempas kan tubuh Tiffany dengan melepaskan tarikan nya pada rambut wanita itu.
Tiffany langsung terhempas dengan kuat dan tersungkur di lantai beralaskan karpet, "Kau... Kau mau apa?.." Tiffany mengundurkan tubuh nya saat Angello kembali mengeluarkan pisau lipat nya.
Angello berjongkok di depan Tiffany yang ketakutan, bahkan mata wanita itu sudah mulai berkaca-kaca. "Shuttt.. Aku tidak suka orang berisik." Bisik nya pelan di depan wajah Tiffany.
Tiffany bungkam, wanita itu tak memiliki pilihan lain selain diam. Angello kembali bangkit dan berjalan ke arah gorden, wanita itu merobek gorden bagian bawah dengan memanjang.
Srett...
Setelah mendapat kan nya, Angello kembali mendekati Tiffany yang sudah mengeluarkan ponsel untuk meminta bantuan. Dengan cepat Angello mengambil ponsel tersebut, dan...
Prang....
Angello melempar ponsel tersebut ke tembok hingga hancur, "Kenapa nona Tiffany? Apa kau ingin menghubungi seseorang untuk membantu mu?" Katanya dengan nada mengejek.
Tiffany terisak, dia benar-benar takut pada Angello yang terlihat berbeda. "Tolong... Tolong lepaskan aku Rain..." Tiffany memohon pada Angello dengan menangkup kan kedua tangan nya.
"Tolong, tolong lepaskan aku Rain..." Angello mengikuti apa yang di katakan oleh Tiffany dengan penuh ejekan. Meski wajah Tiffany benar-benar terlihat menyedihkan dan minta di kasihani.
"Cih... Apa aku terlihat perduli?"
Angello kembali menjambak rambut Tiffany dan menyeret nya untuk kembali mengikuti nya, Angello menyeret tubuh Tiffany yang masih dengan posisi terduduk ke mini bar yang ada di unit apartemen itu.
Tiffany hanya bisa menangis dan menjerit kesakitan, namun sayang nya Angello menikmati jeritan kesakitan wanita itu.
"Duduk." Perintah Angello pada Tiffany untuk bangun dan duduk sendiri di kursi yang ada di mini bar itu.
Tiffany mengangguk, wanita itu bangkit dan mendudukkan dirinya di sana dengan takut. Setelah Tiffany duduk, Angello segera menarik kedua tangan Tiffany ke belakang dan mengikat nya menggunakan kain dari gorden yang dia robek tadi.
Srett..
"Arhgg...." Tiffany kembali menjerit saat Angello mengikat kencang kedua tangan nya.
"Baiklah, tunggu sebentar. Kau pasti haus bukan? Aku akan membuat kan mu minuman." Angello berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas, disana ada beberapa jus dan minuman kaleng.
Angello mengambil jus dari dalam sana untuk dia berikan pada Tiffany, Angello kembali ke meja bar mini. Dia menuang kan jus tersebut ke dalam gelas, dan sebelah tangan nya merogoh saku untuk mengambil sesuatu di sana.
"Ah, apa ini sama dengan yang kau berikan pada ku?"
Btw,mayatnya rain kh yg d krimkn k prshaannya max???
mlah bkln slh phm kl rain d bnuh,pdhl kn dia udh mninggal dr dlu...kira2,angelo msh mau blik lg sm solen ga y???kn udh dpt rstu dr bpknya solen...
nuwun thor upnya
Akhrnya angelo hdp lg....trs rain bnrn mti dong y????max pst stres....
byangin doang udh mrinding,ngeri bgt.....