Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Tak terasa hari berlalu dengan begitu cepat , sudah dua bulan berlalu setelah kepergian kakaknya . Semakin lama juga ia larut dalam kesibukan untuk mengurus perusahaannya . Bumi lega selama itu papa dan mamanya tidak pernah membahas pernikahan seperti yang di ceritakan oleh Narra .
Bumi pulang dini hari , keadaan rumah sudah begitu sepi . Dia segera menuju kamarnya untuk segera beristirahat , kegiatan hari ini sungguh menguras tenaga dan pikirannya . Bahkan Bumi langsung terlelap sebelum sempat membersihkan dirinya .
TOKKK ... TOKKK ...
Bumi dikejutkan dengan bunyi gedoran pintu saat ia masih terlelap . Dengan sangat malas ia berjalan menuju pintu dan membukanya . Ia menatap tajam seorang pelayan yang terlihat sangat panik .
" Maaf tuan , nyonya berpesan agar tuan secepatnya menyusul ke rumah sakit sekarang " kata pelayan itu sedikit ketakutan . Majikannya yang satu ini terkenal mempunyai sifat sangat dingin .
" Kenapa aku harus kesana ? "
" Tuan besar unfall pagi ini , nyonya langsung membawanya kerumah sakit ... "
" Bodoh !! Kenapa kalian tidak segera membangunkan aku hahh !!! ":
" Sudah tapi tadi .. "
BRAKKKK ...
Bumi langsung keluar kamar setelah mengambil kunci mobilnya , dia tak mempedulikan pelayan yang masih berdiri di depan pintunya sambil memegangi dadanya karena kaget .
Dengan kecepatan penuh Bumi menginjak pedal gasnya agar cepat sampai kerumah sakit . Sampai disana ia segera menuju ruang operasi dimana sang papa sedang ditangani oleh para dokter .
" Mahh ... "
Bumi memeluk mamanya yang sudah duduk di depan ruang operasi , air mata masih membasahi kedua pipinya .
" Bumi .. papamu nak "
" Papa pria kuat , Bumi yakin semua akan baik baik saja . Mama yang tenang ya "
Bumi merengkuh tubuh mamanya seolah sedang memberi ketenangan . Padahal hatinya pun sama khawatirnya dengan sang mama . Dia tidak ingin kehilangan lagi , belum hilang pukulan hebat akan kepergian kakaknya .
Tak berapa lama ruang operasi terbuka dan beberapa perawat membawanya ke ruang perawatan . Bumi segera bangkit untuk menemui dokter yang menangani papanya .
" Bagaimana Dok !? Apa papa saya baik baik saja ? "
Dokter itu terlihat menghela nafasnya sesaat , terlihat dia berat mengatakan sesuatu .
" Kami bisa mengatasi jantungnya , tapi maaf kami mengangkat satu ginjal Pak Alfian karena memang sudah tidak bisa diselamatkan "
" Apa itu berbahaya Dok ? "
" Beliau sekarang hanya punya satu ginjal itu berati kita harus benar benar menjaga pola makannya ditambah lagi dengan penyakit jantungnya . Kita sebisa mungkin menjaga suasana hatinya . ltu saran saya "
Bumi sedikit lega ketika sudah mendengarkan penjelasan dari dokter , Rita pun sudah mulai tenang . Mereka menunggu Alfian sadar dari pengaruh obat ketika operasi . Beberapa alat terlihat masih menempel di tubuhnya .
" Bumi biar mama yang jaga papamu , kau bisa pulang istirahat . Mama tahu tadi kau baru saja istirahat . Jangan terlalu sering pulang pagi nak ... jaga kesehatanmu ! Hanya kau yang papa dan mama punya saat ini "
" Mahh .. Bumi tidak apa apa , Bumi bisa istirahat di sofa itu jika nanti mengantuk . Untuk urusan kantor Bumi bisa menghandle dari sini "
" Ya sudah kamu tidur dulu , nanti mama bangunin jika papa sudah sadar "
Bumi menuruti kata mamanya , lagipula ia memang sangat mengantuk saat ini . Akhirnya ia terlelap di atas sofa yang ada di ruangan itu .
Bumi terbangun ketika mendengar suara.laki laki di ruangan itu , ternyata dokter sedang memeriksa papanya . Papanya sudah tersadar dan sang mama terlihat setia berada disampingnya .
" Bumi .. " suara lirih Alfian masih dengan jelas bisa ia dengarkan .
" Ya Pah .. Bumi di sini " Bumi melangkah mendekati ranjang papanya .
" Mama dan papa tahu kau menghindari kami akhir akhir ini , kami tahu kau pasti sudah mengetahui apa yang akan kami bicarakan padamu " Rita mewakili suara hati suaminya karena Alfian belum boleh banyak bergerak ataupun berbicara terlebih dahulu .
" Papa dan mama ingin kamu menikah , percayalah kami sudah memikirkan matang matang tentang hal itu . Dia yang terbaik untukmu ! Dia wanita yang baik , kami juga sudah menganggapnya seperti putri sendiri "
Bumi masih diam , ia ingin mamanya berbicara terlebih dahulu . Karena saat ini dia tak boleh gegabah bertindak . Sesuai pesan dokter jika ia harus menjaga suasana hati papanya .
" Mama harap kau bisa menerimanya kelak , kami berharap kalian bisa menjadi keluarga yang bahagia "
" Siapa maksud ibu ? Siapa wanita yang akan aku nikahi ?! "
Rita menghela nafasnya sepertinya ia berat untuk menyebut nama wanita itu , sejujurnya ia tahu Bumi pasti akan menolaknya . Alfian menguatkannya dengan menggenggam tangan istrinya agar lebih tenang .
" Mantan istri kakakmu , ibu dari cucu kami "
" Baik ... "
Rita dan Alfian saling memandang , mereka terkejut dengan jawaban Bumi yang sangat cepat itu .
" Apa maksudmu nak !? "
" Bukankah mama ingin aku menikah ? Aku bersedia jika hal itu bisa membuat kalian bahagia "
Rita kemudian memeluk Bumi dengan erat , tangisnya kemudian pecah . Ia bahagia ternyata putranya menerima rencana pernikahan ini .
" Kalian akan menikah dua hari lagi sebelum mama dan papa ke Tiongkok untuk berobat sekaligus menenangkan diri di sana . Tadi kami sudah membahas ini dengan dokter dan dia mendukungnya "
" Mama saja yang atur , Bumi pasti akan melakukan semuanya "
~ Awal salah paham yang akan menimbulkan rasa benci di hati Mas Bumi , makanya kalau apa apa itu nanya dulu to Mas ... Ojo main iya iya wae .!! Dukung terus emak othor ya ~