Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Heartless
Marlon tahu bahwa Reiner sedang marah. Tapi ia masih bisa meredam dengan kalimat yang ia susun dengan sangat hati-hati.
"Tuan, pria itu baru saja di berikan injeksi. Saya bisa saja membawa pria itu kemari, tapi tentu anda tidak mau kehilangan senjata pada nona Rachel kan?"
Dengan napas yang masih memburu, Reiner yang mendengar ucapan Marlon seketika membanting semua hal yang bisa ia jangkau di sana. Membuat tempat itu seketika menjadi kacau balau.
Marlon hanya terlihat diam sebab memang seperti itulah Reiner jika melampiaskan kemarahan. Ia paham seperti apa Reiner jika kalut dalam emosi.
"Cari tahu siapa laki-laki yang dekat dengan gadis itu!" teriak Reiner murka.
"Baik tuan!"
Marlon membungkuk hormat lalu pamit. Segera menjalankan tugas Reiner per segera. Beberapa saat kemudian, Reiner yang masih di liputi perasaan marah memilih pergi seorang diri menuju club dan malah tak sengaja bertemu dengan seseorang yang paling tidak ingin dia jumpai.
"Reiner!" tegur pria bercambang halus menyentuh bahu lebar Reiner.
"Singkirkan tangan kotormu!" sengit Reiner terlihat sangat tak suka.
"Kau masih membenciku? Apakah mau masih tak percaya kalau bukan aku yang melakukannya. Vena mening..."
BUG!
Reiner tak suka mengulang ucapan dua kali. Tanpa embel-embel ia langsung menghajar pria itu sampai tubuhnya membentur meja bartender dan membuat kekacauan di sana. Beberapa pengunjung wanita menjerit dan terlihat dua orang petugas keamanan berlari.
"Itu balasan atas tanganmu yang lancang!" kata Reiner.
"Kau benar-benar sombong Reiner. Sampai kapan kau tidak mend..."
BUG!
Lagi, Reiner menjotos pria itu dengan kekuatan penuh. Reiner sepertinya benar-benar tak mengizinkan pria itu berbicara barang sedikit pun padanya . Pria itu kemudian membalas Reiner namun dengan sigap Reiner menghindar. Suasana berubah mencekam sebab mereka tahu siapa orang yang sedang berkelahi di sana.
"Hatimu sungguh buta. Kau akan menyesal Reiner!" ucap pria tersebut dengan napas terengah-engah.
Reiner yang merasa tak lagi mood untuk minum di sana memilih pergi. Melihat pria bernama Bryan itu membuat dadanya kembali bertalu-talu. Ia tak ingin segala sesuatu mengenai masalalu nya yang kelam terusik kembali.
***
CEKLEK!
Suara pintu yang terbuka membuat penghuni rumah mengalihkan perhatian. Helen langsung menyambut Rachel yang pulang dengan wajah lelah.
"Bagaimana, apa tuan Reiner memaafkan mu?"
Rachel menatap tak percaya Ibunya. Kenapa dari sekian keadaan, harus orang itu dulu yang di khawatirkan, kenapa bukan Ayahnya yang notabene masih menjadi suaminya?
"Apakah Ibu lebih memperdulikan orang itu daripada Ayah?"
"Tentu saja, gara-gara kamu dia marah. Apa kau tahu, dari penampilannya dia pasti bukan orang sembarangan. Kau harus bisa menjaga perasaannya agar ayahmu bisa berobat dengan layak!"
Rachel menggeleng lelah lalu pergi. Percuma saja berbicara dengan Helen.
"Heh, kenapa kau pergi. Kau...".
"Cukup Bu. Aku sangat lelah hari ini!" ia memotong ucapan Helen karena sungguh benar-benar lelah dengan semua yang ada.
Melihat sorot mata marah Rachel, Helen tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia lalu pergi ke kamar dan memilih mengambil ponselnya menelpon seseorang.
Di kamar, Rachel duduk melihat foto masa kecilnya bersama Ayah dan Ibunya. Masa paling menyenangkan nyaris tanpa kerisauan esok hari. Ia memeluk foto tersebut sembari menarik napas dalam-dalam. Bertapa ia merindukan kehadiran Ibunya
***
Di lain pihak, Dilan yang barusaja mengatakan sesuatu kepada kakaknya Jay, soal cerita Rachel tadi merasa makin khawatir. Pasalnya, Rachel mengatakan bila pria itu sangat kejam.
"Apakah mereka benar-benar nyata kak? Mafia macam mereka itu ada di negara kita?"
Jay meletakkan bolpoin yang ia pegang. "Apa kau yakin karyawan mu itu tidak mengarang cerita? Kalau sampai kita menggeledah dan tidak menemukan bukti nyata, kita yang bakal berada dalam masalah besar!"
Dilan yakin kalau Rachel bukan orang yang gemar berdusta. Tapi ucapan kakaknya barusan membuatnya tak tenang. Ia menyelidiki dan mengetik nama seorang Reiner Sebastian dalam laman pencarian.
Di sana tertera pria itu memiliki sejumlah club minum juga perjudian legal. Maklum saja kalau kekayaannya sangat tidak wajar. Tapi, bagiamana bisa Rachel tahu semuanya? Kini ia menjadi curiga kepada Rachel.
Dan keesokan harinya, ia memanggil Rachel dan menanyakan langsung kenapa Rachel kenapa bisa berada di lingkup seorang Reiner Sebastian.
Rachel gugup dan takut. Tapi sejurus kemudian ia berkata. " Aku terpaksa bekerja di sana karena aku telah merusak mobilnya yang mahal."
"Apa kau bilang?" mata Dilan membelalak.
Rachel lalu menceritakan semua itu kepada Dilan dengan muka murung. Namun tentu saja ia tak sampai menceritakan kegilaan Reiner yang pernah menjilati kewanitaannya.
"Aku pernah melihat Reiner menembak kepala seseorang di mansion itu. Dan sekarang, Ayahku sedang di sekap di sana. Aku takut kalau..."
Dilan yang mendengar hal itu segera melapor kepada pihak berwajib. Meksipun ragu, Rachel menyetujui saran Dilan untuk sidak ke mansion Reiner bersama polisi.
Reiner yang melihat polisi datang bersama Dilan juga Rachel terlihat tenang. Namun dadanya seperti terbakar manakala melihat tangan Dilan yang menggenggam tangan Rachel.
"Kami mendapat laporan bahwa anda menyembunyikan seseorang di mansion ini. Ini surat penggeledehan!" ucap salah seorang polisi.
Reiner melihat sejenak surat tersebut tanpa mau menyentuhnya. "Aku sangat menyesal karena sampai ada orang yang mencurigai tempat ku. Tapi aku sangat menghargai hukum. Silahkan!" Reiner mempersilahkan orang-orang itu untuk masuk.
Jujur saja, Rachel sangat ketakutan saat ini. Karena itulah , tangannya tanpa sadar reflek menggamit erat lengan Dilan seolah mencari perlindungan. Dari sana, Reiner menatap tajam dengan rahang kokoh nya yang terus berkedut. Memikirkan hukuman apa yang patut di terima Rachel karena telah berani melangkah seperti ini.
Lama sekali para polisi menggeledah tempat itu namun tak menemukan apapun. Membuat Rachel sekian pucat.
"Kami meminta maaf telah membuat kekacauan di mansion anda. Tempat anda bersih dari tuduhan. Atas kejadian ini, kami memohon maaf!"
"Tidak apa-apa pak. Saya sangat memaklumi kebodohan beberapa orang!" sindir Reiner melirik tajam Rachel yang hanya bisa terus menunduk.
Rachel terlihat resah dengan pikiran yang bercabang. Bagaimana bisa tempat ini bersih? Padahal beberapa saat yang lalu Rachel melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa ada banyak sekali orang yang di masukkan peti.
"Tunggu!" sergah Reiner kepada beberapa orang yang sudah mulai melangkah pergi.
Membuat Dilan dan Rachel menghentikan langkahnya.
"Kau tentu tidak lupa kan, berapa kompensasi untuk pencemaran nama baik?" Reiner tersenyum licik.
"Apa maksud anda?" sahut Dilan terlihat tak suka.
"Aku tidak ada urusan denganmu." balas Reiner sombong kepada Dilan yang sekarang hanya bisa menggenggam erat tangannya menahan marah.
Sejurus kemudian ia menatap tajam ke arah Rachel. " Kembali bekerja besok. Jika tidak, aku bakal menuntut mu!"
"Hey!"
"Kak Dilan, sudah. Aku yang salah!" Rachel berusaha meredam suasana yang begitu mencekam di sana.
Setibanya mereka di luar. Dilan menangkup wajah Rachel yang semakin terlihat ketakutan.
"Apa kau ingin kita memeriksa kembali sekali lagi?"
Rachel menggeleng. "Maafkan aku karena kalian harus mendapat malu barusan. Tapi aku sungguh tidak bohong. Aku juga tidak tahu kenapa mereka bisa membuat keadaan menjadi berbeda secepat itu."
Dilan menarik Rachel ke dalam pelukannya. Melihat sikap Reiner tadi, ia pun sebenarnya juga tak serta merta percaya begitu saja. "Aku akan membantu mu!"
Dari atas kamarnya yang gelap, Reiner mengepalkan tangannya demi melihat Dilan yang memeluk Rachel. Puas-puas lah kalian berpelukan sekarang. Besok dia akan membuat tubuh Rachel remuk.
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir