Kisah reinkarnasi dari seorang putri mafia yang meninggal akibat di bunuh musuh ayahnya membawanya ke jaman dinasti Hong dan menjadikannya pengantin wanita untuk seorang pangeran tampan.
Putri Liu Lie Han adalah pemilik asli tubuh yang di pakai Lisa di kehidupan barunya,kematian tragis yang menimpa putri Lie mengharuskan Lisa membalas dendam pada orang yang menindas pemilik tubuh dan akan di teruskan dengan senang hati oleh Lisa sang putri mafia.
Keahlian dan kecantikannya banyak menjadi sorotan di semua kalangan hingga menyebabkan pangeran Ji Jun Xiao gelisah di buatnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Putri Lie terbangun dari tidurnya karena perutnya yang lapar. Namun ada yang berbeda dengan kondisinya saat ini, karena ia terbangun dalam pelukan hangat dan nyaman yang selalu membuatnya tenang.
Pelukan itu tentu saja berasal dari suaminya yang masih memejamkan matanya. Putri Lie mengamati wajah tenang di depannya dengan detail, sungguh tampan suaminya ini jadi tidak salah jika banyak wanita yang tergila-gila dengannya.
Jika saja Pangeran Jun tidak bersikap dingin dan datar, ia pasti sudah memiliki banyak selir dan itu akan sangat merepotkan jika mereka semua berebut perhatian dan posisi dengan cara apa pun batin Putri Lie sembari tersenyum manis. Ia juga membayangkan jika suaminya itu memiliki banyak selir meski dengan wajah dinginnya, mereka pasti akan lebih mementingkan perhatian dari pada posisi.
Namun tetap saja ia tidak akan rela jika suaminya memiliki banyak selir dan pastinya ia akan melakukan segala cara agar suaminya tidak membawa selir baru. Yang ada saja sudah merepotkan dengan mulut mereka yang lebih pedas dari bon cabe, coba saja cari selir lagi akan ku kebiri dia pikir Putri Lie dengan wajah galaknya yang menyeramkan.
Hal yang tidak di sadari oleh Putri Lie adalah bahwa Pangeran Jun sudah bangun dari tidurnya dan sedang melihat semua perubahan ekspresi wajahnya yang terlihat lucu bagi Pangeran Jun. Bahkan ia juga dapat melihat jika ada kekesalan di mata Putri Lie yang membuatnya bertanya apa salahnya.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Pangeran Jun akhirnya
"Jika es kutub itu sampai membawa selir lagi, akan ku potong-potong dia" jawab Putri Lie masih memandang Pangeran Jun tapi belum menyadari suaminya yang sudah bangun
"Apa maksudmu sayang aku tidak mengerti?" bingung Pangeran Jun dengan kalimat istrinya
"Kalau tidak mengerti ya sudah" ketusnya.
Pangeran Jun menarik istrinya untuk di peluk agar tidak terus mengatakan hal yang tidak ia pahami. Sedangkan Putri Lie yang di peluk segera melepaskannya karena kaget suaminya sudah bangun dari tidurnya.
"Kamu sudah bangun, kapan?" tanya Putri Lie
"Sejak kamu terus memandangi wajahku yang tampan ini" jawab Pangeran Jun
"Huh, dasar narsis" ketus Putri Lie
"Apa itu narsis?" bingungnya
"Kamu tamapan dan menawan" kata Putri Lie tersenyum seraya membelai wajah suaminya. Putri Lie memilih mengatakan hal tersebut dari pada terjadi salah paham lagi antara mereka.
Tentu saja Pangeran Jun sangat senang mendengar ucapan istrinya itu, apa lagi Putri Lie juga membelainya lembut dan mesra. Hal yang jarang ia dapatkan dari istrinya karena ia yang lebih sering membelai sang istri demi meluluhkan hati Permaisurinya itu.
Suasana romantis yang sedang berlangsung antara mereka tiba-tiba terhenti karena perut Putri Lie yang berbunyi cukup keras dan itu membuatnya malu.
"Lapaar" kata Putri Lie meringis sembari memainkan jarinya di dada bidang suaminya
"Bersihkan diri lebih dulu baru makan karena sepertinya hari sudah hampir sore" ucap Pangeran Jun lalu mengecup kening Putri Lie dan beranjak dari kasur di ikuti Putri Lie di belakangnya.
Sebenarnya Putri Lie ingin masak sendiri untuk ia dan Pangeran Jun tapi karena tidak di ijinkan dengan alasan sudah kelaparan dari Pangeran Jun, jadilah mereka memakan apa yang sudah di siapkan oleh pelayan. Putri Lie selalu makan dengan lahap tanpa peduli image dan sekitarnya.
"Makannya pelan-pelan sayang tidak ada yang akan memintanya" seru Pangeran Jun serasa membersihkan bibir Putri Lie yang sedikit belepotan dengan tangannya langsung. Putri Lie tidak menjawab namun ia berusaha agar rona pipinya yang mulai muncul tidak di lihat oleh suaminya dengan terus makan tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya.
Setelah makan mereka duduk di halaman paviliun Putri Lie untuk beristirahat seraya menikmati hembusan angin yang menyejukkan. Tidak lama datanglah pengawal Tei dengan seorang pengawal di belakangnya.
"Hormat Yang Mulia Pangeran, hormat Permaisuri Jun" kata Tei bersamaan dengan pengawal di belakangnya
"Ada apa?" tanya Pangeran Jun kesal karena di ganggu
"Nam, ada apa kamu datang kemari" tanya Putri Lie yang ternyata mengenal pengawal tersebut.
"Kamu mengenalnya sayang?" kata Pangeran Jun kesal karena ternyata istrinya mengenal pengawal yang bersama Tei tersebut
"Dia Nam pengawal pribadi ayah" jelasnya pada sang suami yang terlihat tidak suka
"Baiklah, katakan ada apa" kata Pangeran Jun
"Yang Mulia Pangeran dan Permaisuri Jun, saya di utus langsung oleh Jendral Han untuk mengundang Yang Mulia dan juga Permaisuri untuk datang ke acara ulang tahun Putri Eun yang akan diadakan besok" ucap Nam menjelaskan maksud kedatangannya.
"Benarkah, apa kakak Min juga ada disana?" tanya Putri Lie antusias
"Tentu Permaisuri bahkan Panglima Min sudah sangat menunggu ke datangan anda" kata Nam. Putri Lie mengalihkan pandangannya pada sang suami yang juga sedang menatapnya.
"Suamiku, kita pergi ya" ucap Putri Lie manja dengan memegang tangan Pangeran Jun
"Tapi aku harus bersiap untuk segera pergi ke Selatan sayang" kata Pangeran Jun
"Tidak bisakah kita pulang ke rumah ayah berdua" suara Putri Lie terdengar sedih
"Sayang bukan aku tidak mau, tapi ada pekerjaan yang harus aku kerjakan sayang" Pangeran Jun membelai rambut Putri Lie mencoba memberi pengertian.
Putri Lie pergi bsgitu saja tanpa mengatakan apa pun lagi hingga membuat Pangeran Jun bingung harus bagaimana.
"Bagaimana ini? aduh" Pangeran Jun segera mengejar Putri Lie yang sudah masuk paviliun. Tei yang melihat wajah panik tuannya karena istrinya yang merajuk langsung tertawa setelah Pangeran Jun hilang dari pandangannya dan gantian Nam yang bingung melihatnya.
"Apa yang lucu?" kata Nam memilih pergi meninggalkan Tei yang masih tertawa sendiri.
Pangeran Jun yang sudah masuk ke paviliun tidak mendapati istri istrinya di dalam jadi heran jelas-jelas ia melihat istrinya masuk kenapa tidak ada? tanya Pangeran Jun dalam hatinya seraya mencari keberadaan Putri Lie.
Tidak lama Putri Lie keluar dari ruangan pakaian dengan beberapa pakaian di tangannya. Pangeran Jun merasa lega karena penglihatannya tidak salah ketika melihat istrinya masuk tadi.
"Sayang kamu marah!, maaf bukan akutidak mau sayang, hanya saja keadaannya sangat mendesak" kata Pangeran Jun
"Sayang bicaralah atau aku batalkan saja ke pergianku ke Selatan" lanjutnyà yang mendapat pelototan gratis.
"Aku tidak marah dan tidak menyalahkanmu, lagi pula tugas kamu lebih penting dari pada sebuah acara ulang tahun" seru Putri Lie
"Benarkah kamu tidak marah! lalu kenapa diam saja dan mengabaikanku?" tanya Pangeran Jun
"Siapa yang mengabaikan?, aku hanya sedang siap-siap untuk pergi itu saja" jawab Putri Lie sembari mengumpulkan barang yang akan ia bawa.
Pangeran Jun memeluk Putri Lie dari belakang dengan dagunya yang di letakkan di bahu Putri Lie sembari menghirup aroma tubuh istrinya yang menenangkannya.
"Aku kira kamu marah sayang" lega Pangeran Jun
"Jangan suka berburuk sangka pada orang sebelum tahu kebenarannya, itu tidak baik" ucap Putri Lie menyentuh tangan suaminya
"Kamu yang terbaik istriku" Pangeran Jun mengecup pipi Putri Lie lembut dan kembali pada posisi awalnya lagi.
Sejujurnya Putri Lie sangat ingin jika Pangeran Jun ikut dengannya kembali ke rumah ayahnya, namun karena tugas yang tidak dapat di hindari jadilah ia harus pulang sendiri. Putri Lie tidak ingin memaksakan kehendaknya sendiri di atas kepentingan orang banyak yang lebih membutuhkan kehadiran suaminya.