Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. KEDUA KALINYA
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Alya berangsut menarik kakinya menjadi setengah meringkuk. Lalu ia mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.
Sementara, Arman duduk di sampingnya seraya merapikan pakaiannya.
"Ambilah, jika kurang, jangan sungkan untuk meminta," seru Arman seraya menyimpan beberapa gepok uang di bantal Alya.
Alya menoleh sejenak pada uang yang di berikan Arman tersebut dan mengernyitkan keningnya dengan wajah yang pucat.
Lalu Arman pun pergi, melenggang meninggalkan Alya yang menatap pantulan dirinya di cermin kecil.
Untuk kedua kalinya, Arman sang majikan telah memaksa dan melecehkannya tanpa bisa di lawan demi melindungi diri sendiri.
Dalam beberapa saat, Alya masih meringkuk di sudut ranjang. Matanya terus menatap kosong ke arah tumpukan uang di atas bantal itu. Uang yang ditinggalkan Arman tanpa sepatah kata permintaan maaf dan tanpa rasa bersalah.
Tubuh Alya masih terasa lelah, sakit, dan kotor. Lalu, perlahan, ia menarik nafas panjang dan mencoba menenangkan isak tangis yang tak kunjung reda.
Seakan hidup, uang yang tebal dan berwarna merah itu menatapnya kembali dengan kejam, seolah menghina harga dirinya yang telah direnggut.
Alya memejamkan mata dan mencoba menyingkirkan semua bayangan buruk dari pikirannya. Namun, suara Arman, wajahnya, dan perlakuannya tadi masih terus menghantui dan tidak mau hilang dari benaknya.
"Kenapa Tuan tega melakukan ini padaku? Aku bukan wanita bayaran...," lirihnya sambil menyeka air mata yang terus mengalir tanpa henti. "Aku hanya ingin bekerja, mencari nafkah, bukan untuk diperlakukan seperti ini... hiks hiks."
Dalam kesedihannya, Alya berpikir untuk memberitahu Andin dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, bayangan Andin yang selalu baik dan hangat padanya membuat langkah itu terasa begitu sulit.
"Apa yang akan terjadi padaku jika aku memberitahu Nyonya?," batinnya. "Apakah dia akan percaya? Atau malah aku yang akan disalahkan?."
Alya sangat gelisah. Namun, pandangannya kembali tertuju pada uang di bantal. Ia pikir, uang itu bisa mengubah hidup keluarganya, membantu ayahnya, ibunya juga adik-adiknya. Tetapi dengan cara ini? Dengan menjual kehormatannya?
"Aku tidak bisa, aku tidak boleh terus begini...," desis Alya sambil menggenggam erat selimutnya. "Aku harus melakukan sesuatu... tapi apa?."
Malam itu, Alya terjebak dalam perasaan bingung, malu, dan marah pada dirinya sendiri.
Akhirnya, setelah lama terisak, matanya perlahan-lahan tertutup. Tangisnya mereda meski hatinya dipenuhi beban.
Dan sebelum tertidur, satu pertanyaan tetap menggantung di benaknya: "Haruskah aku melawan atau menerima nasib ini?."
Sementara itu...
"Mas, baru pulang?," tanya Andin menoleh sejenak dari pekerjaannya di dalam laptop yang sedang di pegangnya itu.
"Ya," jawab Arman singkat yang lalu segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Saat air shower mengguyur seluruh tubuhnya, tiba-tiba bayangan Alya terlintas di benak Arman hingga terbayang kejadian beberapa saat yang lalu. Saat dirinya baru saja menikmati tubuh Alya hingga merasa puas.
"Tuan... Akh! Jangan Tuan... Sakit Tuan...Ekh...." Suara Alya rupanya membuat Arman menjadi tertantang.
Di tambah, bayangan ketika ia menelusuri lekuk tubuh Alya yang terasa manis dan nikmat, hingga saat ini benda pusakanya bangkit kembali di bawah guyuran air.
"Dia sangat mengesankan," gumam Arman sambil tersenyum di sudut bibirnya.
Setelah selesai, Arman keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya lalu mengeringkan rambutnya.
Tiba-tiba, Andin berada di belakangnya dan memeluknya dari belakang. "Mas... Aku merindukanmu," ucap Andin manja.
Arman menatap pantulan mereka di cermin, tangan Andin yang melingkar di tubuhnya ia raih dan elus dengan hangat.
Dengan gerakan cepat, Arman berbalik lalu menggendong Andin ke kasur hingga membuat istrinya itu terkejut.
Andin menatap Arman yang menatapnya dengan sorot mata yang liar. Lalu Arman langsung naik ke atas tubuhnya dan mencium bibir Andin yang sudah lama tidak ia nikmati.
Kecupan demi kecupan Arman lakukan hingga membuat Andin semakin terangsang. Suara decakan ciuman dari keduanya memenuhi kamar yang menjadi saksi persatuan mereka yang sudah lama tidak terjadi.
"Emhhh... Mas... Hhh...."
Begitu mereka bersatu, Andin sangat menikmati momen itu meski merasa agak kesusahan saking lamanya tidak di sentuh, hingga dari awal permainan saja ia sudah or*as*e.
Apalagi dengan permainan Arman yang sangat bersemangat, membuat Andin beberapa kali or*as*e sebelum Arman terpuaskan dan mencapai puncak.
Namun berbeda halnya dengan Arman, meski saat ini ia sangat bergairah, tapi entah kenapa dia tidak kunjung o*gas*e padahal Andin sudah mulai kelelahan.
Hingga akhirnya Arman mengakhiri pergulatan mereka meski belum tuntas lalu turun dari tubuh istrinya itu.
"Mas... Kenapa tidak di tuntaskan?," tanya Andin.
"Sepertinya aku terlalu lelah, tidurlah, aku ingin istirahat," balas Arman seraya berbaring membelakangi Andin dan memejamkan mata.
Andin pun memeluknya dari belakang dan tersenyum lebar. Ia sangat bahagia karena akhirnya Arman mau menyentuhnya lagi setelah sekian lama.
Sementara, kini Arman membuka matanya dan membayangkan permainannya dengan Alya. Mungkinkah itu sebabnya?, benak Arman.