Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.
Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.
"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.
"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora
Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.
Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.
Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Wajahmu mengalihkan duniaku
Tak habis pikir dengan gadis kecil yang mengganggunya, Vaughan sampai tidak fokus mengendarai. Ia sampai harus menghindar dari pengendara lain ketika bayangan Aqeela terus berputar di benaknya. Bahkan suaranya pun terus mengganggu telinganya.
"Sial, untung saja gue tidak nabrak kendaraan lain." Dengan cepat rem diinjak, memukul pelan setirnya saat lampu merah menyala.
"Lagian kenapa tuh bocah ganggu pikiran gue sih? Bocah gendeng itu bisa-bisanya teriak tanpa dosa bilang alapenyu, emang gue cowok apaan yang bisa dengan mudah termakan rayuan bocahnya."
Alapenyu plesetan dari kata i love you, sengaja ia plesetkan karena merasa kesal namun sialnya wajah imut menggemaskan bocah kicik itu malah mengusik ketenangan hidupnya.
Rambut pun menjadi sasaran tangan, mengacak-acak saking gila wajah Aqeela dalam sekejap mengalihkan dunianya. Kok bisa? Cieee roman-romannya ada yang jatuh cinta pandangan pertama nih, ah masa? Vaughan sendiri bingung.
Tiid ... Tiid ..
Klakson mobil dari samping mengejutkannya, menoleh dan seketika matanya terbelalak dibalik kacamata hitam.
"What! Dia lagi."
"Bang kita ketemu lagi, wah roman-romannya kita jodoh Bang." Dari dalam mobil kaca terbuka Aqeela tersenyum menaik nurunkan alisnya menatap Vaughan.
"Qeel, bisa tidak jangan ganggu orang? Kita gak kenal orang itu, jangan mudah rayu sembarang cowok," seru Alvaro sempat kesal Aqeela menekan klakson tanpa memberitahu dia dulu.
Gadis itu sekilas mendelik, namun kembali tertuju pada mobil disampingnya.
Dengan gaya coolnya, Vaughan acuh padahal hatinya ngedumel kesal ketemu bocah sedeng lagi.
"Bang boleh minta sesuatu gak?" Mumpung lampu merah masih nyala dia mau menggatal dulu menghilangkan rasa sakit melihat kemesraan dua orang didepannya.
"Enggak," jawab Vaughan simpel.
"Gak papa, tapi gue yang akan ngasih sesuatu buat elo, Bang."
Vaughan menoleh, mengangkat sebelah alisnya ingin tahu apa yang akan bocah itu kasih.
Tangan Aqeela bergerak dari bawah ke dekat jendela, menunjukan 'Love jari tangan' merujuk pada gestur membentuk hati dari jari, yang dikenal dengan nama finger heart atau jari hati.
"Sarang Hae, Abang." Ucapan dengan kepala sedikit miring ke kanan.
Plak.
Tiba-tiba pundaknya di geplak Mario.
"Aduh, Bang. Sakit tahu, jahat banget sih adiknya di geplak, gue laporin lo ke Komnasham." Aqeela mengerucutkan bibirnya, kesal dunianya diganggu.
Sementara Vaughan tersenyum tipis sampai lampu merah pun berubah hijau.
"Lo jadi cewek kalem dikit lah, jangan sampai yang lo goda suami orang atau cowok orang, lo mau disebut pelakor?"
"Isshh ya enggak lah Bang, lagian ya tuh cowok gak pake cincin dan itu artinya dia belum punya calon istri, belum nikah, gue juga yakin banget tuh cowok gak punya pacar."
"Darimana lo tahu dia gak punya cewek, Qeel? Peramal lo?" sahut Zira setelah diam memperhatikan dan ikut terkekeh atas tindakan Aqeela.
"Feeling gue aja."
"Lo jangan kecentilan jadi perempuan, Aqeela. Lo gak boleh bersikap seperti tadi terhadap cowok lain, terkesan murahan." Perkataan Alvaro yang dipenuhi penegasan dalam setiap katanya membuat mereka terhenyak, termasuk Aqeela.
Hati gadis itu merasakan sakit, untuk pertama kalinya dia dibilang murahan. Tubuhnya menyender ke jok serta pandangan langsung menoleh kesamping dengan raut wajah murung.
"Lo gak usah banyak ngomong, Al. Mendingan fokus nyetir ke depan. Gak salah juga jika adek gue mencoba dekat dengan cowok, dia gak punya pacar jadi gue SEBAGAI ABANG SEKALIGUS WALI menyetujui Aqeela dengan laki-laki itu. Gue juga yakin dia jomblo. Jadi lo sebagai orang lain dalam hidup adek gue jangan ngatur soal kedekatan Aqeela dengan siapa." Balasan Mario begitu menohok seakan memperjelas lagi siapa Alvaro bagi Aqeela, orang lain.
Melihat wajah murung Aqeela dan perkataan Alvaro membuat Mario geram, ia paham jika adeknya tengah berusaha melupakan Al dengan mencari kesenangan diluar sana. Justru ia akan mendukung kalau seandainya laki-laki itu jomblo.
"Bu-bukan begitu maksudnya, Mario. Gue ..."
"Sepertinya gue suka dia tepat pada pandangan pertama. Lo tahu Bang ..." Aqeela menoleh pada abangnya, memotong ucapan Alvaro enggan mendengar penjelasan.
"Apa?" Mario penasaran.
"Jantung gue berdebar kencang saat pertama kali dia merengkuh pinggang gue, lebih gongnya lagi gue merasa nyaman dalam pelukannya dan tubuh gue bereaksi bak tersengat aliran listrik ketika dia mencium kening gue tanpa sengaja. Bang, apa gue sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?"
Ckiittt!!
Alvaro langsung mengerem mendadak, panas telinga mendengar cerita Aqeela sampai hatinya merasakan sensasi panas.
"Qeel," lirih Mario menatap dalam bola mata adiknya tanpa memperdulikan yang lain.
"Lo gila Aqeela! Dia sudah macam-macam sama elo. Gue gak terima."
"Kenapa jadi kamu yang marah Kak? Gak papa dong, itu artinya Aqeela bisa jatuh cinta, iya kan, Qeel?" sahut Zira tidak suka melihat ekspresi Alvaro.
"Betul, dan lo Kak, gak usah urus kisah percintaan gue, lo urus saja cinta lo sendri! Soal cinta kita berbeda tujuan, Paham!"
Deg.
*************
"Dava, hari ini gue mau santai, lo urus semua kerjaan gue. Gue lagi males kerja."
Baru datang ke ruangan kerjanya Vaughan langsung menyuruh asistennya bekerja. Mentang-mentang bos seenaknya saja nyuruh-nyuruh.
"Lah, bukannya lo yang akan menjadi pemandu tamu baru disini? Masa gue lagi? Gue sedang mengerjakan..."
"Gak ada bantahan, gue bosnya dan Lo harus nurut apa kata gue atau gaji lo 50% gue potong?"
"Jangan dong pak Bos, masa potong gaji, ok deh gue yang akan turun langsung jadi pemandunya. Tapi jangan potong ya?"
"Tergantung." Dengan santai Vaughan merebahkan tubuhnya di atas sofa berbantalkan tangan di lipat di belakang kepala.
Pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan kerjanya, sialnya tiba-tiba wajah seseorang mengalihkan penglihatan dia.
'Sial, bocah sedeng itu mengganggu pikiran gue.'
"Baiklah." Dengan lesu Dava berjalan ke luar ruangan, belum juga menanggapi pintu Vaughan lebih dulu memanggilnya.
"Dav biar gue aja, kayaknya kalau gue disini pikiran gue kemana. Lo kerjakan semua dibalik layar saja. Sebelum lo beres jangan keluyuran." Dia beranjak bangun, meminta Dava diam di ruangannya.
"Gak jadi di potong kan bos?"
"Enggak." Sahutnya sudah keluar ruangan.
"Yes, akhirnya gue gak capek-capek keliling. Untungnya punya bos baik."
************
Lobi Hotel.
"Jadi kita akan menginap di hotel ini?" tanya Aqeela seraya memperhatikan sekelilingnya.
"Iya, selain menginap, kita juga akan berkeliling ke beberapa tempat wisata disini. Hotel ini sudah disediakan jasa pemandu wisata langsung, makanya gue pilih hotel alexandria," balas Alvaro.
"Ok, menarik." Zira mengangguk, pun dengan Aqeela yang juga mengangguk masih memperhatikan sekitarnya.
Tiba-tiba seseorang menghampiri, mereka berempat berbalik melihat asal suara.
"Permisi saya ..." seketika matanya malah terpaku pada sosok bocah sedeng di depannya.
Aqeela tersenyum menaik nurunkan alisnya. "Hai, ketemu lagi, fix kita jodoh."
'Dia lagi.'