Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Keras Kepala
"Ayaaah, aku mau ikut Bopo ke Hutan." Rengek Arjuna ketika tau kalau hari ini Aksa akan pergi ke Hutan.
Aksa akan pergi bersama Kepala Desa lain serta beberapa Pejabat dan Dinas Terkait akan menuju ke Hutan untuk melihat hasil karya manusia serakah yang beberapa pelakunya kini sudah mendekam di dalam Bui.
Akhirnya Aksara berhasil membawa Pejabat Daerah dan Dinas Terkait untuk terjun langsung ke lapangan setelah ia membuat sedikit keonaran. Terlebih lagi, Aksa sudah mengetahui dan mengantongi bukti jika ada 'orang dalam' yang terlibat dengan Pembalakan Liar ini. Tentu saja itu membuat tanduk dan taring Aksara semakin memanjang.
Aksara, ternyata tak kalah dari Abimanyu yang sudah terkenal garang di kalangan Pemerintah Daerah. Mereka seolah tak takut jabatan mereka akan di lepas, jika itu untuk membela Desa dan Lingkungannya. Abimanyu dan Aksara memang hanya seorang Kepala Desa dari sebuah Desa yang ada di pelosok. Namun, sepak terjang mereka, kerap kali membuat Pemerintah ketar - ketir.
Dulu, Pemerintah di hebohkan dengan Abimanyu yang mendatangkan sendiri tiga buah Eksavator ketika Pemda lambat mengirimkan alat berat untuk membersihkan longsor yang menutup satu - satunya akses jalan dari dan menuju Desanya juga tiga Desa lain di sekitar Desa Banyu Alas. Berita menghebohkan itu tentu membuat Pemda dan Dinas terkait merasa malu dan merasa di ejek.
Kali ini Pemerintah di hebohkan dengan amukan Aksara yang dengan berani mengusut sendiri masalah Pembalakan Liar dengan orang - orangnya ketika Pemerintah lambat mengusutnya. Pembalakan Liar yang semula senyap, tiba - tiba mencuat hingga membuat heboh karena menyeret nama beberapa orang pejabat dengan bukti - bukti kuat yang di dapatkan Aksa.
"Juna kan harus sekolah, Nang." Kata Arsha.
"Izin sehari aja, Yah. Ya, Yah..." Bujuk Arjuna.
"Bopo perginya rame - rame dan mereka itu orang penting lho, Nang. Gak enak lah, masak Bopo mau bawa anak. Mereka itu bukan cuma mau sekedar main ke Hutan." Kata Arsha yang menasehati putranya.
"Tapi aku mau lihat lagi Hutanku. Bopo kan bilang kalau mau nanam pohon juga di sana." Arjuna tak ingin kalah. Anak itu cukup keras kepala dengan keinginannya kali ini.
"Kalau misal Bopo perginya cuma sama Staf Balai Desa dan Relawan reboisasi, Ayah izinkan Arjuna ikut. Tapi kali ini Bopo pergi dengan Pejabat Daerah juga." Kata Arsha.
"Aku mau ikut Bopo, Yah. Aku mau bantu nanam pohon di sana juga, buat rumah Elangku." Kata Arjuna yang terus merengek.
"Astaghfirullah. Nanti, setelah acara nikahanya Mika, kita ke hutan lagi." Bujuk Arsha.
"Gak mau, terlalu lama. Aku maunya sekarang sama Bopo." Kukuh Arjuna.
"Nikahannya Mika kan sebentar lagi. Tinggal minggu depan aja, masak gak sabar sih, Nang." Kata Arsha yang tetap menolak keinginan Arjuna.
"Ayo sekarang siap - siap ke sekolah, itu Ibu sama Mbak Aci udah siap. Ayah tunggu sepuluh menit, kalau belum siap juga, Ayah kunci kamu di dalam kamar." Kata Arsha dengan tegas.
"Ah, Ayah..." Dengan langkah gontai, Arjuna akhirnya masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap ke sekolah.
Arsha menghela nafas, merasa sedikit tenang karena akhirnya Arjuna mau menurut setelah perdebatan panjang mereka.
"Mau nurut, Mas?" Tanya Raina.
"Ya ngambek, Dek. Itu lagi siap - siap di kamarnya." Jawab Arsha.
"Jelas bibirnya manyun sampe lima senti itu nanti." Kata Raina.
Raina sendiri sudah menyerah sedari tadi untuk membujuk Arjuna. Jika biasanya Arjuna mudah di bujuk dan menurut dengan Raina, entah mengapa kali ini putranya itu sulit di luluhkan.
"Biarin aja, dari pada ngerepotin Aksa nanti." Jawab Arsha yang juga bersiap. Ia juga akan ke Kabupaten untuk menemani kedua orang tuanya bertemu vendor yang akan mengurus pernikahan Ashoka.
"Nanti anak - anak siapa yang nyusul, Mas? Mas kan mau pergi sama Romo dan Ibun." Tanya Raina.
"Apa aku bawa motor aja? Biar bisa nyusul anak - anak nanti?" Tanya Raina lagi.
"Nanti di susul sama Yanda. Yanda cuma ke Toko sebentar cek barang." Ujar Arsha yang di jawab anggukan mengerti oleh Raina.
...****************...
Pukul delapan pagi, Aksa bersama Pejabat Daerah, Dinas Terkait, beberapa Kades Desa lain dan juga beberapa Relawan reboisasi sudah berada di tepi hutan. Mereka sedang bersiap untuk masuk ke dalam hutan.
Aksa meminta stafnya untuk menerbangkan drone dan melihat situasi sekitar hutan yang gundul itu. Hutan itu, terlihat begitu lebat, hijau dan rimbun di luar, namun botak di tengah - tengahnya.
Getar dari ponselnya, membuat Aksa mengalihkan pandangan sejenak dari monitor yang menampilkan gambar tangkapan kamera drone. Ia pun segera mengangkat panggilan telfon yang masuk.
"Halo. Assalamualaikum, Mas." Ucap Aksa ketika panggilan tersambung.
"Waalaikumsalam. Kamu belum masuk Hutan, Sa?" Tanya Arsha dengan suara khawatir.
"Belum, Mas. Ini lagi mau cek kondisi dulu pake drone. Kenapa, Mas?" Tanya Aksa yang menangkap kepanikan dari suara Arsha.
"Arjuna gak ada di sekolah, gurunya barusan nelfon. Waktu aku minta tolong Ashoka cek di rumah, katanya gak ada juga." Kata Arsha.
"Jadi Arjuna gak ada di sekolah, di rumah juga gak ada? Lha kok bisa to, Mas?" Tanya Aksa yang ikutan panik.
"Tadi dia ngeyel minta mau ikut kamu masuk Hutan, tapi tak larang karna kamu pergi sama orang - orang penting. terus ya tak antar ke sekolah kayak biasa, wong turun dan masuk ke sekolah juga sama Sashi. Itu Ashoka sama Yanda lagi nyariin juga. Aku lagi di Kabupaten sama Ibun dan Romo." Cerita Arsha.
"Apa dia nyusulin kamu ya, Sa?" Tanya Arsha.
"Yaudah, coba tak tunggunya kalau gitu, siapa tau dia nyusulin aku." Kata Aksa.
"Pak Kades, itu Arjuna, kan?" Ujar salah seorang Staf Balai Desa yang menerbangkan drone.
"Hah? Mana?" Tanya Aksa yang langsung menatap layar monitor.
Staf Balai Desa itu pun mendekatkan drone ke arah Arjuna yang nampak sedang memeluk Elang Jawa.
"Ya Allah, Ya Robbi!" Seru Aksa yang merasa lega namun juga merasa gemas dengan kelakuan Arjuna.
"Kenapa, Sa?" Tanya Arsha.
"Bocahnya udah di dalem, Mas." Jawab Aksa.
"Dalem mana? Dalem hutan?" Tanya Arsha.
"Iya lah, Mas. Ini ketangkep kamera drone." Jawab Aksa.
"Astaghfirullah! Bocah nak wes karep kok, ra isoh di penging. (Anak kalau sudah punya keinginan kok gak bisa di larang.)" Gerutu Arsha yang merasa sedikit lega.
"Udah tau gitu, kenapa gak diizinin tadi. Lagian dia juga jarang punya keinginan sampe ngeyel kayak gini. Akhirnya bikin geger (panik)." Ujar Aksa.
"Tolong kabarin Yanda sama Ashoka, Mas. Gak usah pada khawatir, udah sama Boponya, gitu. Aku tak masuk ke Hutan sekarang, ndak keburu ucul nanti anaknya." Kata Aksa.
"Ya sudah kalau gitu, makasih ya, Sa. Assalamualaikum." Pamit Arsha.
"Waalaikumsalam." Jawab Aksa yang kemudian membawa orang - orang untuk segera masuk sambil terus mengawasi Arjuna dengan kamera drone.
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭