Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Kimy meleleh dengan semua yang Satria lakukan malam itu, dia seperti menemukan dunianya kembali yang telah lama hilang. 

"Makasih ya Kak!" Dengan mata berbinara-binar untuk pertama kalinya Kimy mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Satria dengan segenap jiwa raganya. "Kamu udah ngembaliin Dunia Kimy yang udah lama hilang."

Bukan hanya Kimy yang meleleh tapi juga Satria, karena hanya dengan menatap wajah Kimy yang tersenyum tulus hal itu, berhasil membuat hati Satria tak karuan. 

"Peluk gue kalau lu suka!" godanya. 

Entah ada bisikan gaib darimana, Kimy pun memeluk erat tubuhnya tanpa Satria duga. Sebuah pelukan yang membuat Satria tak ingin melepaskannya. 

"Cie, maen peluk-peluk aja!" seru Elsa dan para teman-teman kampus Kimy. 

Kimy tersipu. "Apa sih?"

"Selamat ya Kim. Samawa!" ucap salah satu dari mereka. 

"Aamiin!" Satria yang menjawab. 

"Moga lancar!" imbuh lainnya. 

"Lancar?" Kimy mengerutkan kening. 

"Lancar awok-awoknya!" jawabnya. 

Kelima orang teman-teman wanita Kimy pun tertawa, begitupun dengan Satria. 

"AAMIIN!" Dengan lantang Satria kembali mengamini dengan lirikan mesumnya. 

"Semoga cepet dapet momongan! Gak sabar gue liat bayi kalian, pasti lucu banget."

"Aduh baru ngebayanginnya aja udah gemes banget gue," sambut lainnya dengan memasang wajah gemas. 

Tapi tak seorangpun dari kedua mempelai mengamininya. 

Bayi? Hati Satria berdenyut sakit saat mendengar kata momongan, yang artinya seorang anak. Ingatannya kembali melayang ke kejadian 25 tahun lalu, saat dirinya ditinggalkan begitu saja oleh sang Mama saat kecil dulu. 

Setelah kelima teman wanita Kimy turun dari atas pelaminan, Satria terlihat lebih banyak melamun, hingga saat salah seorang koleganya datang pun Satria masih dalam lamunannya. 

"Kak!" Kimy menggenggam telapak tangan suami agar ikut berdiri menyambut tamu. 

"Eh." Satria gugup, dengan air wajahnya yang tak se sumringah beberapa saat lalu. 

"Wah, pikirannya udah travelling kemana nih?" ejek kolega bisnis yang umurnya tak berbeda jauh darinya. 

Satria memaksakan senyumnya. "Tau aja." Dia berusaha menimpali kelakar tamu undangannya. 

"Emang Kakak suka travelling kemana?" Si Lugu tak mengerti arah pembicaraan kedua pria tersebut. 

"Travelling ke tempat-tempat yang seperti di surga pastinya," jawab si Tamu. 

"Nanti kalau ke sana ajak-ajak aku ya!"

Ucapan Kimy berhasil mengubah mood Satria. Dia kembali bersemangat untuk menggoda istrinya. 

"Pastinya, gue akan ajak elu ke sana."

Si Lugu nan amatir begitu bersemangat mendengar ucapan si Licik nan profesional, Satria. 

Alunan musik-musik romantis terus menggema di ballroom yang didekorasi dengan begitu indah. Bunga-bunga menghiasi setiap sudut ruangan, menjadikan tempat itu terkesan romantis. 

Senyum Kimy terus mengembang, walaupun pernikahan ini adalah sebuah pernikahan paksa, tapi tetap membuatnya bahagia. Satria seperti tahu cara membuatnya bahagia. 

"Kak!"

"Hemm?"

"Makasih!" Dia kembali tersenyum saat mengucapkannya. 

"Kalau suka, cium lah!"

"Cih."

"Dosa loh!"

"Bodo amat!"

"Gak aku ajak ke tempat yang seindah surga nih."

"Bodo amat, aku mau nyempil aja di koper!" Jawaban Kimy membuat Satria terbahak-bahak. Istrinya benar-benar lugu. 

Tapi senyum Kimy harus pudar saat seseorang yang tak ia nanti-nantikan kehadirannya, terlihat memasuki aula pesta. 

Pras datang dengan tatapan tertuju pada si Mempelai Wanita, dia terus melangkah menuju pelaminan, dengan sebuah buket bunga lili di tangannya. Memaksakan diri memberi selamat kepada wanita yang ia cintai. 

"Pras!" ucap Kimy lirih. Dia berusaha untuk tak meneteskan air matanya, walaupun dadanya terlampau sakit untuk menahan hantaman rasa sakit yang tiba-tiba saja menghimpitnya, Kimy berusaha setegar karang. 

"Hehehe. Maaf telat!" Pras pun berusaha menahan gejolak di dadanya untuk tak memeluk wanita yang terlihat sangat cantik malam ini. "Cuma bisa ngasih ini." Dia menyerahkan buket bunga cantik yang ia bawa. 

Kimy tak menjawab, dia sedang berusaha menahan tangisnya. Melihat Pras berdiri dengan memaksakan senyum di hadapannya membuat hati Kimy remuk.

"You are always so beautiful in pink." Pras terkekeh dengan genangan airmata yang ia tahan agar tak meleleh. 

Satria, dia hanya bisa memperhatikan raut wajah istrinya yang langsung berubah, tak ada lagi binar kebahagiaan di air muka Kimy seperti saat beberapa waktu lalu ia mengucapkan rasa terimakasihnya kepada dirinya. 

•

•

•

•

•

Tak ada kata malam pengantin yang penuh gairah seperti pasangan-pasangan pengantin pada umumnya lakukan. Karena di kamar hotel mereka, Kimy terus saja menangisi pria lain dalam pelukan suaminya. Aneh memang, tapi itulah kejadiannya yang harus Satria alami di malam pengantin mereka. 

"Hati aku sakit, Kak!"

"Iya, gue tahu. Kalau hati elu seneng mah gak bakalan elu mewek gini," jawab Satria sambil mengusap punggung Kimy yang masih berbalut gaun pengantinnya. 

"Harusnya Pras yang bayar tunai aku. Tapi malah kamu!"

"Katanya tadi elu seneng, belum tentu si Prasasti itu ngasih mas kawin kayak yang gue kasih ke elu." Satria masih setia membelai tubuh wanita yang semestinya membuatnya berkeringat malam ini. 

"Iya juga sih." Kimy menyetujui ucapan Satria. "Makasih ya Kak!" Kimy menengadahkan wajahnya dalam dekapan Satria. 

Tak tahan melihat wajah yang berlinang air mata itu begitu menggemaskan saat menatapnya, akhirnya Satria kembali untuk kesekian kalinya mengecup bibir Kimy. 

"Ih, kamu sekarang suka cium-cium aja!" Kimy meronta dalam pelukan suaminya. "Awas! Aku takut diapa-apain sama kamu!"

"Emang udah seharusnya gue ngapa-ngapain elu." Satria kembali mengecup bibir Kimy. 

"KAKAAAAK! Ih. Jangan cium-cium! Aku gak suka!" bentak Kimy, setelah memaksakan diri, akhirnya tubuhnya lepas dari dekapan Satria. 

"Kapan gue cium elu?"

"Itu barusan, tadi siang juga. Hari ini kamu udah 3 kali cium aku!" 

Satria mengedikkan bahunya dengan bibir bawah ditarik ke luar. "Gak ngerasa gue nyium lu, kalau cuma ngecup mah iya gue akuin." Karena kenyataannya dia berkali-kali menciumi Kimy saat dirinya terlelap tadi. 

"Apa bedanya?" Kimy menyolot. 

"Kalau ngecup itu kayak gini." Satria kembali mengecup bibir dengan mata yang melotot itu. 

"KAKAAAAAK!"

"Kalau nyium kayak gini!" Kedua tangan si Profesional dengan cekatan menarik pinggang dan tengkuk istrinya, bibirnya kembali mendarat di bibir Kimy, tapi kali ini bukan sekedar mengecup tapi melum*tnya dengan rakus. Satria yang benar-benar haus menyetubuhi seorang wanita terus mengikis jarak dirinya dengan Kimy, dorongan serta pukulan yang Kimy daratkan ke tubuhnya seolah bukan apa-apa bagi Satria yang tiba-tiba berubah menjadi serigala lapar. Hingga akhirnya dia tersadar saat mendengar isak tangis istrinya.

"Kakak jahat! Aku takut!" Kimy melipat lututnya, berusaha menyembunyikan tubuhnya dari Satria yang berubah liar.

"Becanda Cil!" Satria berusaha mencairkan suasana yang mulai memanas. Dia yang tadinya hanya berniat menggoda istrinya malah terpancing untuk menggagahinya. 

"Tapi aku gak suka digituin." 

Air Mata Kimy kembali meleleh, bukan lagi karena menangisi pria lain, tapi karena kelakuan dirinya. Dan itu lebih baik, menurut si Sableng. 

"Iya, iya, maaf!" Satria memilih meminta maaf. "Elah Cil, gue cuma ngajarin elu jadi istri soleha."

"Aku gak mau!"

"Berarti nanti-nanti deh gue ngajak elu ke tempat yang seindah surganya."

"Bodoamat!"

"Jangan galak-galak sama suami! Harusnya elu ngerasa beruntung punya suami ganteng, kaya, baik lagi." Satria sedang memamerkan kelebihan dirinya. 

"Juga mesum!" 

"Emang udah kewajiban suami itu mah." Dia menyeringai. 

"Tuh kan!" Kimy masih menyolot. "Keluar sana! Aku mau ganti baju."

"Mau gue bantuin? Kayak di film-film."

"Ogah!"

Satria memilih mengalah tanpa perlawanan, dengan lunglai Satria yang biasanya hanya butuh waktu lima menit menelanjangi wanita, kini malah diusir oleh wanita yang sudah memiliki lebel halal itu, di malam pengantin mereka. Dia berjalan keluar ruang tidur di kamar hotelnya dengan menahan sakit di bagian pangkal pahanya yang pastinya akan membuatnya pusing tujuh keliling. 

Nasib kita begini amat ya Bee. Elu sih dulu gak jadi anak soleh, jadi menderita gini kan kita jadinya. Mau sampe kapan kita harus nerima cobaan ini Bee? Satria malah menyalahkan alat tempurnya. 

...Hayoooo......

...Kira-kira siapa ya, yang lagi Satria ajak bicara itu??...

...🤭🤭🤭...