Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Ancaman Besar.
Mahira kembali ketakutan ketika melihat mobil itu bergerak yang seperti ingin menyerang dirinya. Vanisa yang semakin takut tidak tahu harus melakukan apalagi, dirinya bahkan sangat mudah sekali jika harus ditabrak karena sudah terduduk di aspal yang sangat sepi.
Tetapi hal itu tidak jadi terjadi ketika dengan cepat orang-orang berlarian menuju ke arahnya yang akhirnya membuat mobil itu pergi melaju dengan kencang.
Hahhhhh.
Suara nafas panjang Vanisa terdengar begitu luas yang merasa lega. Vanisa melihat kembali kondisi Mahira yang memeriksa apakah Mahira terluka dan Untung saja tidak terjadi apa-apa kepada Mahira.
Mahira juga sangat baik sampai tidak menangis, dia mungkin sangat mengerti dengan kondisi yang di hadapi Vanisa.
"Neng baik-baik saja?"
"Apa yang terjadi?"
"Siapa orang itu?"
Vanisa mendapatkan banyak pertanyaan dari orang-orang sekitarnya yang mempertanyakan apa yang terjadi kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Vanisa yang masih mengatur nafas dengan jantungnya yang masih berdebar kencang tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu.
Dia juga tidak tahu apa yang terjadi dan hal itu baru terjadi kali ini yang memang sangat mengejutkannya.
****
Setelah kejadian itu membuat Vanisa yang masih schok. Tetapi untung saja dia dan Mahira selamat yang sekarang Vanisa sudah berada di dalam kamar dan Mahira yang tertidur di atas ranjangnya.
Vanisa berjalan menuju meja rias yang melihat dahinya terluka parah akibat benturan pada setir mobil.
"Siapa orang itu. Kenapa dia melakukan semua itu. Apa sebelumnya aku mencelakai dirinya. Maka dari itu dia mengejar ku. Tetapi kenapa dia tidak berbicara dan mencoba untuk bertanya padaku. Bukan malah menyerang begitu saja," ucap Vanisa yang benar-benar masih sangat takut yang membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu.
"Aku bahkan bersama anak kecil. Apa dia tidak melihat itu. Dia bahkan ingin menabrakku secara langsung. Apa yang ada di pikiran dia. Ya Allah tentang perjuangan kau masih memberikan aku keselamatan. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa ya Allah," batin Vanisa yang sampai detik ini perasaannya belum tenang.
Sementara Di Perusahaan Arvin yang baru saja membubarkan rapat dengan para pengusaha yang menjadi tamu di Perusahaan.
Seperti biasa setelah rapat itu selesai Arvin akan berjabat tangan dengan mereka semua yang memberikan senyuman palsu. Arvin tahu semua orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu adalah saingannya. Hanya saja ada etika profesional yang ditanamkan dalam dirinya.
Jadi hanya sekedar menyambut dan menghormati saja. Arvin berada di dalam dunia bisnis bukan hanya sekali ini saja. Dia sudah berada dalam tahap puluhan tahun.
"Tuan Arvin kami menunggu acara peresmian kepemimpinan tuan yang menjadi perwakilan dari semua kalangan bisnis," ucap salah seorang pria yang menjadi terakhir kalinya berjabatan tangan dengan Arvin.
Pria itu sekitar berusia 50 tahun yang tersenyum tampak ada maksud di wajahnya.
"Tuan tidak perlu menunggu acara peresmian. Karena saya juga mengundang tamu secara teliti dan tidak semua tamu diundang," jawab Arvin dengan sindiran.
"Ha-ha-ha!" pria itu tertawa membahana yang menutupi rasa malu yang sangat percaya diri akan di undang.
"Saya tahu dan saya juga tidak berharap hadir dalam acara itu. Karena belum tentu juga ada acara seperti itu dan belum tentu juga tuan akan diresmikan," ucap pria itu.
Arvin melepas jabatan tangan itu dengan tersenyum miring.
"Tuan Arvin ternyata istri anda sangat cantik! Kenapa tidak pernah mengajaknya dalam pertemuan bisnis," ucap pria itu yang membuat Arvin mengerutkan dahinya.
"Anda mengetahui istri saya?" tanya Arvin.
"Wajah Anda terlihat begitu shock. Memang ada yang tidak mengenal Putri pertama dari tuan Daniel?" tanya pria itu. Arvin tampak menghela nafas lega.
"Atau jangan-jangan sebenarnya bukan itu istri Anda?" pria itu menduga kembali yang membuat Arvin menatap serius.
Orang-orang memang tahu jika dia sudah menikah. Pengumuman pernikahan itu sangat jelas di undangan siapa calon istri Arvin dan orang-orang juga sangat mengenal Putri pertama dari Daniel Ahmad jaya. Tetapi perkataan pria itu barusan membuat Arvin sedikit panik. Karena tidak ada yang tahu bahwa Vanisa adalah istrinya yang sesungguhnya.
"Anda kenapa tiba-tiba shock seperti itu? apa yang saya katakan benar?" tanya pria itu.
"Apa maksud Anda?" tanya Arvin.
"Tidak apa-apa. Saya hanya bercanda saja. Saya tadi bertemu dengan istri Anda dan saya rasa tidak salah melihat. Saya sertemu dengannya memeluk anak kecil yang dikerumuni orang-orang yang sepertinya baru saja mengalami kecelakaan," ucap pria itu seperti mengetahui sesuatu yang membuat Arvin mengerutkan dahi.
"Hmmmm, mungkin saja saya hanya salah lihat. Saya permisi tuan!" ucap pria itu tersenyum yang tampak jelas terbesit maksud.
"Apa maksud dia? Bagaimana mungkin dia melihat Angela dan sampai saat ini Angela tidak kembali," ucapnya dengan pelan.
Ketika ruang pertemuan itu sudah kosong. Arvin yang seketika panik dan mengambil ponselnya.
"Hallo Arvin?" sahut suara wanita dalam telepon tersebut.
"Apa Mahira hari ini bersama dengan Vanisa?" tanya Arvin dengan suaranya yang bergetar.
"Iya. Tadi pagi aku ke rumah kamu dan menitipkan Mahira pada Vanisa," jawab Mitha yang membuat Arvin kaget.
"Jadi anak kecil itu Mahira!" batinnya.
"Tapi Vanisa juga bertemu dengan Mama. Mereka sedang makan siang bersama," lanjut Mitha.
Arvin yang membuang nafas panjang ke depan yang merasa lega.
"Memang ada apa Arvin?" tanya Mitha.
"Oh. Tidak apa-apa. Aku mungkin berselisih di jalan. Aku pikir itu bukan Vanisa," jawab Arvin bohong.
"Begitukah," sahut Mitha.
"Ya. Sudah kalau begitu aku tutup teleponnya dulu," ucap Arvin yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
"Kurang ajar. Apa maksudnya berbicara seperti itu. Dia hanya berusaha untuk mengecoh ku saja," umpat Arvin yang terlihat begitu kesal yang sudah terpancing oleh rekannya itu
"Lalu apa sekarang Vanisa masih bersama Mama?" tanya Arvin.
Tidak membuang waktu membuat Arvin langsung menelpon.
"Mama makan bersama Vanisa?" tanyanya to the point.
"Hanya sebentar saja. Aku meninggalkan dia dan ibunya," jawab Lara.
Arvin yang langsung mematikan telepon tersebut tanpa berpamitan. Arvin mengubah panggilan yang sekarang menelpon Sarah.
"Ada apa Arvin?" tanya Sarah dengan sangat lembut.
"Vanisa bersama dengan Mama?" tanya Arvin.
"Tidak! Kami bertemu tadi siang dan hanya sebentar saja. Mama tidak tahu sekarang dia dimana," jawab Sarah.
Wajah Arvin yang terlihat begitu khawatir.
"Memang ada apa?" tanya Sarah.
"Tidak ada apa-apa," jawab Arvin yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
Arvin kembali menscroll ponselnya yang melihat kontak istrinya, tangannya sudah ingin menekan tombol hijau itu. Tetapi tiba-tiba tidak jadi membuat Arvin kembali memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. dan langsung pergi dengan buru-buru.
Mobil Arvin berhenti di parkiran Apartemen dan langsung buru-buru keluar dari rumah dengan berlari. Dia tampak tergesa-gesa yang akhirnya memasuki Apartemennya dengan nafas naik turun.
Arvin baru bisa bernafas lega ketika melihat di ruang tamu ternyata Vanisa yang ada di sana yang sudah tertidur dengan Mahira yang tengkurap berada di atas tubuhnya. Posisi Vanisa yang duduk dengan kepala mendongak ke atas. Mahira mungkin lebih nyaman tertidur tengkurap di atas tubuhnya dengan posisi seperti itu.
Walau dapat di pastikan tubuh Vanisa pasti pegal-pegal yang tidak bisa tidur dengan nyaman.
Bersambung......
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍