NovelToon NovelToon
Ratunya Sang Miliarder

Ratunya Sang Miliarder

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: widyaas

Alisha (22) gadis malang yang dibuang oleh keluarganya sendiri. Awalnya Alisha pasrah akan takdirnya yang mengenaskan. Tapi, tiba-tiba Ansel (27) Miliarder tampan yang datang mengejutkan Alisha dan langsung mengajaknya menikah.

Ansel adalah pria tampan yang sukses membangun perusahaan keluarganya. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar. Ansel dikenal sebagai Miliarder tampan yang sukses. Tak sedikit kaum Hawa yang mengincarnya.

Lalu, bagaimana nasib Alisha, jika Miliarder tampan itu menikahinya? Apakah pernikahan mereka akan dibumbui cinta yang manis atau sebaliknya?

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 22

Michael masuk ke ruangan Ansel setelah mengetuk pintu. Di tangannya ada selembar undangan untuk bosnya.

"Anda mendapat undangan dari Tuan Derta, Tuan," ucap Michael setelah meletakkan undangan mewah itu di atas meja kerja Ansel.

Ansel hanya melirik undangan itu tanpa mengambilnya.

"Keluarga anda juga mendapat undangan yang sama. Apa anda akan menghadiri pesta itu?" tanya Michael.

Ansel berdehem singkat sebagai jawaban. Pria berjas abu-abu itu fokus pada tablet yang ada di tangannya.

"Musuh bisnis anda juga akan menghadirinya, Tuan," ucap Michael lagi.

"Aku tau," balas Ansel. Ia menatap datar Michael.

Michael berdehem canggung. Apakah ia terlalu banyak bicara?

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" tanya Ansel.

"Tidak ada, Tuan. Kalau begitu, saya permisi," pamit Michael. Segera ia keluar dari ruangan Ansel.

Ansel meletakkan tabletnya dan mengambil undangan itu. Ternyata undangan pesta memperingati hari pernikahan Tuan Derta yang diadakan besok lusa. Sudah dipastikan pestanya sangat mewah. Terlebih Tuan Derta adalah seorang CEO yang tak kalah terkenalnya dengan Ansel, beliau seumuran Ayah Pieter.

Tentu saja Ansel akan datang bersama Alisha.

Ia meletakkan undangan itu di atas meja dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

****

Alisha dalam perjalanan menuju mansion utama. Ibu Maira menyuruhnya datang ke sana. Katanya ingin mengajak berkebun. Dari pada Alisha bosan di rumah, lebih baik ia menyetujuinya.

Langkah kakinya membawa masuk ke dalam rumah besar itu dan langsung disambut oleh pelayan, lalu ia diarahkan menuju belakang rumah yang terdapat kebun kecil berisi buah-buahan.

Ibu Maira menghampiri sang menantu lalu mengajaknya memetik buah anggur hijau.

"Jika kau ingin makan buah yang segar, langsung ke sini saja, ya? Buah-buahan ini sangat terawat, jadi hasilnya tidak mengecewakan," ujar Ibu Maira.

Alisha mengangguk. Ia menerima suapan anggur dari tangan ibu mertuanya.

"Ibu sendirian?" tanya Alisha. Sejak tadi ia tidak melihat para bibi yang lain.

"Iya. Bibi Gina dan Bibi Yasmin sedang ke butik," jawab Ibu Maira.

"Bibi Alina?"

"Dia menghadiri acara di sekolahan si kembar."

Alisha mengangguk paham. Ia melihat-lihat buah-buahan yang memang terlihat subur. Buahnya besar-besar dan manis.

"Setelah ini bantu ibu membuat selai blueberry, ya?" pinta Ibu Maira. Ia mengangkat keranjang kecil yang berisi buah blueberry.

Alisha mengangguk antusias. "Aku ingin belajar banyak hal dengan ibu," ucapnya.

Ibu Maira tersenyum, "Kalau begitu sering-seringlah datang ke sini."

"Baiklah. Aku akan lebih sering datang ke sini untuk berguru dengan ibu," balas Alisha sambil tersenyum.

Ibu Maira terkekeh kecil. Ia suka dengan Alisha karena gadis itu selalu ingin mempelajari hal-hal yang belum diketahui. Selain itu, Alisha juga cepat dalam memahami sesuatu yang ia ajarkan.

"Jika kau ingin belajar sesuatu, datanglah pada ibu. Ibu akan mengajarimu hingga kau bisa," ucap Ibu Maira sambil mengelus kepala Alisha.

"Baik, ibu..."

Alisha tersenyum teduh. 22 tahun lamanya berada di dunia ini, ia baru merasakan ketulusan seorang ibu.

Ternyata begini rasanya diperhatikan ibu. Batinnya.

Kedua wanita beda generasi itu masih fokus memetik buah yang sudah matang. Sesekali Alisha bertanya-tanya hal random dan dengan senang hati ibu menjawabnya. Hati Alisha terasa damai melihat Ibu Maira dengan tangan terbuka menerimanya.

"Ayo makan siang dulu, setelah itu kita membuat selainya," ucap Ibu Maira. Mereka berjalan menuju ruang makan.

Alisha mengangguk patuh. Ia mencuci tangan dan kakinya terlebih dahulu sebelum duduk di kursi.

Ponsel Alisha yang diletakkan di atas meja makan berdering. Pemiliknya tidak mendengar karena sedang mencuci kaki di kamar mandi.

Ibu Maira yang sedang memilih buah untuk Alisha bawa pulang pun langsung mengambil dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata Ansel yang menelpon. Ia terkekeh kecil melihat nama yang tertera di sana.

Ansel si menyebalkan

Segera Ibu Maira menggeser tombol hijau yang ada di sana. Dan ia langsung disambut dengan ocehan Ansel.

"Kenapa tidak mengantar makan siang untukku? Seharusnya kau biasakan meskipun aku tidak memintanya. Mau ku kurung di kandang River lagi, heh? Cepat bawakan aku makan siang sekarang!"

Ibu Maira mendengus kesal. Rupanya jika dengan Alisha, anaknya itu akan menjadi pria cerewet. Jika bersama keluarga sendiri, tidak pernah Ansel berkata panjang lebar seperti omelan.

"Jadi begini ucapan mu jika bersama istrimu?" Ibu Maira melihat Alisha yang baru saja datang. Gadis itu terlihat kebingungan, tapi Ibu Maira mengisyaratkan Alisha agar diam.

"Ibu? Kenapa ponsel Alisha ada pada ibu?"

Di seberang sana, Ansel yang awalnya duduk santai langsung berdiri ketika mendengar suara ibunya yang menyapa.

"Apa kau suka mengancam istrimu seperti itu?" Bukannya menjawab, Ibu Maira malah mengomeli anaknya.

"Tidak, Bu! Apa Alisha berada di sana? Kenapa ibu yang menjawab teleponku? Di mana dia?"

Ibu Maira menghela nafas, "Dia sedang istirahat. Kami baru saja memetik buah. Jangan mengganggunya."

"Baiklah. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya."

"Tidak ingin bicara dengan istrimu dulu?" tanya Ibu Maira sambil menatap Alisha yang ikut membantu pelayan menyajikan makan siang di meja makan.

"Nanti saja. Sepulang dari kantor, aku ke sana. Katakan pada Alisha, tunggu aku pulang dulu."

"Baiklah. Jangan lupa makan siang," ucap Ibu sambil menahan tawanya.

"Yaa... Aku akan makan siang bersama Michael."

Ansel menutup teleponnya setelah berpamitan pada sang ibu. Ia menggerutu karena bukan Alisha yang menjawab. Buruk sudah citra kalemnya di depan ibu. Padahal di keluarga, Ansel di kenal pria kalem dan bicara seadanya. Tapi, berbeda jika bersama Alisha. Entah ia merasa nyaman atau apa.

"Apa kau sering mengantar makan siang untuknya?" tanya Ibu Maira pada sang menantu. Ia menyerahkan ponsel Alisha kepada pemiliknya dan langsung diterima oleh Alisha.

"Tidak. Biasanya jika dia yang meminta, aku akan mengantarnya. Tapi, hari ini dia tidak memintanya," jawab Alisha dengan jujur.

"Apa Kak Ansel memintaku agar mengantar makan siangnya?" tanya Alisha. Sengaja ia menyematkan kata 'kak' di depan nama Ansel. Tapi panggilan itu lumayan cocok juga. Apakah ia akan memanggil Ansel seperti itu mulai sekarang?

"Iya. Tapi tidak usah. Jarak dari sini ke kantor sangat jauh. Lain kali saja," ucap Ibu. Bagaimana bisa ia membiarkan Alisha mengantar makan siang untuk Ansel? Jaraknya sangat jauh jika dari mansion utama.

Alisha mengangguk paham. Sedetik kemudian ketiga bibi Ansel datang bersamaan. Ada anak kecil yang berada dalam gendongan Bibi Yasmin. Sepertinya masih sekolah TK.

"Kalian sudah pulang? Cepat sekali. Ku pikir sampai sore," ujar Ibu Maira sekaligus menyindir kedua adik iparnya.

"Alisha, kau di sini? Sejak kapan?" Bibi Alina menghampiri Alisha lalu mengelus kepalanya dengan lembut.

"Tidak lama, Bibi. Aku dan ibu baru saja memetik buah," jawab Alisha diiringi senyumnya.

"Kakak cantik?" sapa gadis kecil yang kini sedang berdiri di samping Bibi Yasmin.

Alisha menunduk untuk menatapnya, "Hai..." sapanya. Ia berjongkok di depan gadis kecil itu.

"Aku Cila. Nama kakak siapa?" tanya Cila dengan suara lucunya.

"Namaku Alisha. Senang bertemu denganmu," jawab Alisha sambil mengelus kepala Cila.

"Nama yang cantik!" seru Cila antusias.

Alisha terkekeh kecil, "Namamu juga cantik. Seperti orangnya," balas Alisha.

Cila langsung tertawa lucu. Dia menempeli Alisha seolah Alisha adalah ibunya. Padahal ada Bibi Yasmin di sana. Bibi Yasmin pun hanya diam melihat anaknya mudah akrab dengan Alisha.

Anak dan ibu sangat berbeda. Batin Alisha.

***

1
Anonymous
Malam pertama nya gak seru thor🤭
niluh eka karyani
bayi 4 bln emg sdh bs ngomong ya, ajaib
niluh eka karyani
Suka dgn tipe suami spt ini, tdk memberi celah pada pelakor
Mₐₑ.Sy
bener adanya bila perasaan akan tumbuh seiring waktu
Osie
awal baca dah bikin esmosi
Cut Risnawati
Luar biasa
Anonymous
Arsen nama bapaknya atau anak nya torr
Widya: Arsen itu anaknya Ansel yaa
total 1 replies
Anonymous
Tadi 4 bulan (4+2=6) harusnya 6 bulan torrrr
Royani Arofat
g ada syukur2nya.ngatain suami iblis.emang apa yg dilakuin suamimu? ap a kabar keluagamu yg kejam bin sadis kpd mu? lbh dari ibliss dong
Royani Arofat
saking kuatnya alisha, yg awalnya jln tertatih2 karena disiksa jd" lupa" ketika sdh ketemu ansel
Cherry Bloosem
kelamaan muter2 d situ terus
Mattea Bee
Terus semangat berkarya thor ‼️‼️
Mattea Bee
Jadi bapak kok bisa2nya sejahat itu?! Berry juga harusnya ya tau diri sedikit!! Sabar sekali Alisha ini.. /Good/
Mattea Bee
kalo jadi Alisha pasti aku udah pingsan duluan🤭
Arya Dmasid
Lumayan
Herni Marianty
Luar biasa
Herni Marianty
Lumayan
siti rohimnah
Luar biasa
siti rohimnah
Lumayan
nasra Wati
aku suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!