Istri Tangguh Duda Dingin

"Tidak. aku akan disini bersama dengan istriku." Abidzar tetap pada pendiriannya. Kinara yang kesal berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

Sreeet

Abidzar menarik tangan Kinara untuk dia peluk tapi sebelum itu terjadi Kinara dengan refleks menendang perut Abidzar. Hingga membuat pria jangkung itu terjengkang dan terjatuh. mengaduh kesakitan di perut dan bokongnya yang jatuh dengan keras ke lantai. Melihat hal itu Kinara kaget dan sekaligus juga tertawa.

"Badan tinggi gede tapi kena tendang saja udah terpental." ledek Kinara saat suaminya terjatuh dan berusaha bangkit memegang perut dan bokongnya.

"Sakit sayang... Kenapa kamu malah tendang suamimu dengan keras seperti itu." rengek Abidzar.

"Refleks..." jawab Kinara santai. Abidzar mencoba duduk di sofa sambil menahan sakit di perutnya.

"Pulanglah. Dan jangan cari aku atau berusaha untuk mengajakku untuk kembali. Aku sudah bulat dengan keputusanku. Sesuai dengan kesepakatan awal kita. Kita berpisah setelah wanita tersayangmu kembali. Karena pernikahan kita sementara, seperti yang selama ini kita yakini." ujar Kinara tanpa melihat ke arah Abidzar.

Dalam hati dia juga tak tega melihat Abidzar yang kesakitan. Tapi dia tak mau jika hanya dengan begitu kembali kepada Abidzar. Hati dan fikiran suaminya masih bersama dengan lama. Dia tak mau kembali dan hidup bersama dalam bayang-bayang wanita di masa lalu. Dia meyakini Abidzar kembali bukan karena mencintainya. Tapi karena di ancam kedua orang tua dan juga karena kekecewaannya melihat wanita yang dia cintai memiliki sifat yang buruk. Dia tak mau menjadi tempat pelampiasan.

"Tak ada pernikahan sementara. Dan tak ada kesepakatan berpisah setelah wanita itu datang. Aku tak mau mempermainkan pernikahan. Kembalilah, kita mulai kembali semua dari awal. aku mohon, aku memang bodoh karena baru menyadari jika sesungguhnya aku juga mencintai kamu Nara. Apa kamu sudah tak mau memulai bersama kembali dan mencintai aku sebagai suamimu?" ujar Abidzar mencoba kembali berdiri dan mendekat ke arah Kinara.

"Gak Pak Abi. Aku tak pernah mencintai suamiku. Karena suamiku mencintai orang lain. Pergilah. Karena semua akan percuma dan sia-sia." jawab Kinara dan pergi masuk kedalam kamar lalu menguncinya.

Abidzar mencoba untuk kembali membujuk istrinya. Dia tau Kinara memang memiliki sifat yang teguh dengan pendiriannya. Tapi kali ini dia tak ingin kehilangan Kinara. Dia tak akan menyerah dengan sikap dingin dan acuh istrinya. Dia sadar dulu juga dia selalu bersikap seperti itu kepada Kinara. Tak masalah, asal Kinara mau kembali kepada dirinya.

"Nara... Sayang... Buka pintunya. Mas mohon. Maafkan kesalahan Mas selama ini." Abidzar mencoba mengetiu pintu kamar Kinara. Hampir satu jam dia berdiri disana dan mengetuk pintu kamar istrinya. Tapi Kinara tak juga mau menjawab apalagi membuka pintu kamarnya. sampai Maya kembali pulang.

"Ck, belum juga bisa meluluhkan hati istrinya? Anda salah alamat membuat dia sakit hati. Gak tau saja anda itu sebagai suami Kinara adalah cinta pertamanya. Dia tak pernah jatuh cinta sama sekali. Mana jatuh cintanya sama suami culun dan tua. Kumis baplang seperti Pak Raden. Hadeeehhh... Otak sahabatku emang sudah konslet. Padahal banyak sekali pria tampan dan kaya yang mengejar dia. Keluar Pak. saya tak nyaman jika anda ada di rumah. Nanti anda salah masuk kamar." usir Maya setelah puas berceloteh kepada Abidzar.

"Tapi aku harus bisa masuk kedalam kamar Kinara. Aku harus mengajak dia kembali. Dan percaya padaku Maya. Aku mohon bantu aku." Abidzar menolak.

"Maaf aku gak bisa bantu apa-apa. Bantu doa saja. Kalau saya bantu anda yang ada namanya saya bunuh diri. Kinara bakalan ngambek. Tau sendiri kan kalau udah ngambek susal lagi. Dah sana Pak, usaha yang lebih keras untuk membuat istrinya percaya dan memaafkan kesalahan anda." jawab Maya dan mendorong Abidzar untuk keluar dari rumahnya. Tapi Abidzar masih tetap diam.

"Mau keluar sendiri atau saya teriak maling? Biar anda tidak bisa membujuk istrinya lagi." ancam Maya. Akhirnya Abidzar menurut dan keluar dari rumah Maya sambil menatap kamar Kinara yang lampunya masih menyala. Dia masuk kedalam mobil dan memandangi kamar Kinara.

"Jadi aku adalah cinta pertamanya. Memang benar apa yang dikatakan Maya. Banyak sekali pria yang menyukai Kinara. Kenapa aku malah menyia-nyiakan istriku demi wanita jadi-jadian seperti Gladis. Semoga Kinara akan memaafkan dan kembali lagi padaku. Aku harus berusaha meyakinkan dia. Aku tak mau kehilangan Kinara. Sekarang mungkin dia masih marah dan kesal. Aku harus buktikan kalau aku benar-benar mencintai kamu Nara." ujar Abidzar.

Lewat tengah malam, Kinara baru mematikan lampu kamarnya. Abidzar yang berada di dalam mobil juga ikut tertidur. Subuh menjelang dia mencari mushola untuk melaksanakan sholat dan juga membersihkan badannya. Setelahnya dia nongkrong di depan warung rumah Maya.

"Bapak ini teh siapanya neng Maya?" tanya ibu warung. Disana juga ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang sekedar ngopi dan juga berbelanja.

"Saya bukan siapa-siapanya Maya Bu. Tapi saya adalah suami dari sahabatnya Maya, Kinara. Dia sedang marah kepada saya. Biasalah Pak, Bu.. masalah rumah tangga kami yang baru seumur jagung. Jadi ada kesalahpahaman. Saya kesini untuk membujuk istri saya untuk pulang. Tapi sepertinya saya harus lebih banyak sabar dan berusaha keras lagi." jelas Abidzar sambil terkekeh.

"Harus itu mah. Sebagai seorang suami mah harus bisa menurunkan ego kepada istri. Apalagi dia yang selama ini merawat dan mengurus kebutuhan kita. Jangan buat istri marah karena akan membuat rezeki seret." jawab salah satu bapak-bapak disana.

"Oh, teman Maya yang baru datang kemarin itu ya? Yang tinggi dan cantik tapi rada sedikit tomboy?" tanya salah satu tetangga di sebelah rumah Maya.

"Iya betul Bu. Do'akan agar saya bisa menyelesaikan masalah saya dan bisa kembali membuat istri saya percaya." jawab Abidzar.

"Sok lah, sama ibu mah di do'ain. Sebentar lagi juga Maya keluar untuk kerja. Bisa jadi si enengnya ikut. Tapi kalau Ujangnya pake mobil mah gak akan kekejar. Harus pake motor." ujar tetangga Maya.

"Nih pake motor saya saja Asep. Sok ku bapak mah di do'ain supaya kalian bisa menyelesaikan masalah kalian. Bapak mah asa inget zaman muda." ujar pria di sebelah Abidzar memberikan kunci motornya.

"Ini serius Pak? Terimakasih banyak. Ini saya sewa sementara sampai istri saya mau kembali. Karena sepertinya dia sangat kesal." jawab Abidzar memberikan lima lembar uang seratus ribuan kepada bapak tersebut.

"Eh, gak usah Asep pake saja." tolak Bapak itu.

"Terima saja Pak. Saya pinjam motornya. Anggap saya menyewa." jawab Abidzar. Akhirnya bapak itu menerima uang dari Abidzar.

"Yang itu kan Ujang istrinya? Meni geulis pisan." tunjuk ibu penjaga warung.

"Iya Bu, itu istri saya." jawab Abidzar sambil tersenyum lebar menatap ke arah Kinara yang baru saja memanaskan motor. Dia akan mengantarkan Maya bekerja kemudian akan jalan-jalan sendiri. Kinara tak menyadari jika Abidzar ada di warung. Dia hanya melirik ke arah mobil Abidzar yang masih terparkir disana.

"Ck, aku kira dia sudah pulang." kesal Kinara.