Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alaska Selingkuh ?
Semuanya berjalan serba cepat. Setelah menikah dengan Alaska , Dionna benar-benar dikenalkan dengan realita kehidupan. Bayangan memiliki suami kaya yang romantis musnah karena sifat Alaska yang pelit , irit dan juga anti yang dengan yang namanya romantis. Hidup memang sebercanda itu memutar balikkan keadaan.
Tapi menikah dengan Alaska juga mengharuskan Dionna menguasai beberapa hal, salah satunya memasak ada sisi positifnya yang Dionna dapat. Meski belum selihai Alaska saat memasak tapi Dionna sudah bisa memasak beberapa menu simple berkat ancaman yang selalu Alaska berikan tiap hari.
Kejadian kemarin juga memberikan banyak pelajaran pada Dionna. Saat itu Dionna merasa diberkati secercah cahaya dari langit, dan cahaya itu adalah Alaska. Semua masalah yang disebabkan Dionna memang dibereskan Alaska, Dionna menang tuntutan dan Vanesa dan Ayahnya memberikan klarifikasi dan juga permohonan maaf yang dirasa Dionna agak berlebihan. Dan sekarang secerca cahaya yang Dionna kira akan bertahan lama kini jelas padam. Alaska berubah lagi menjadi iblis.
"Dimana-mana itu yang namanya pengantin baru itu wajahnya berseri-seri, segar , ini wajahmu makin hari makin masam. Perasaan kemarin sama Alaska keliatan mesra." Komentar Jenava sembari sesekali menyeruput es jeruknya. Damai sekali hidup Jenava.
"Aku menyerah Jen. Punya suami macam Alaska untung tampangnya saja, pelit, dikit-dikit ngomel, kecepatannya ngomelnyapun melebihi Mama, tidak boleh ini -- itu, jadinya serba salah. Kau tahu sampai detik ini , pesan yang kukirim dari seminggu yang lalu belum pernah dibaca. Aku ragu pernikahan ini akan bertahan lama." Sedang miris-mirisnya mengeluh tentang kesulitan hidupnya pada Jenava, ponsel Dionna berdenting tanda pesan masuk. Bak mendapat uang tunai satu miliyar, Dionna nyaris berteriak tidak percaya karena pesan yang baru saja dikatakan akhirnya dibalas Alaska akan tetapi balasan yang diberikan berbeda dari konteks pesan sebelumnya.
"Jen , Alaska balas pesanku !" pekik Dionna heboh.
"Dia balas apa?" tanya Jenava ikut penasaran.
Dionna langsung menunjukkan balasan pesan dari Alaska, sengaja pamer pada Jenava.
"Sumpah, ini kejadian langkah." Jenava geleng-geleng kepala."
"Sebentar mau ku abadikan dulu." Dionnapun segera menangkap layar isi pesan Alaska. Hitung-hitung sebagai kenang-kenangan yang entah kapan lagi pesannya akan dibalas Alaska.
Memang isi pesan Alaska tidak terdapat unsur romantisme, hanya ada dua gelembung chat dan setiap kata yang terkandung dalamnya datar-datar saja tak ada emotikon ataupun tanda baca sekedar menambah emosi. Lempeng-lempeng saja seperti sifat kadang-kadang Alaska .
Alaska
Kamu dimana
aku akan menjemputmu pulang
Dionna tersenyum miris sadar akan apa yang baru dia hebohkan ternyata hanyalah sebuah pesan biasa.
"Sejak menikah dengan Alaska perlahan-lahan kamu mulai berubah . Kamu jadi lebih hemat dan kini jadi pandai memasak." Puji Jenava merasa bangga dengan pencapaian sahabatnya.
"Hemat apanya ? Suamiku memang terlalu pelit untuk berbagi kekayaannya." Dionna mendengkus membuat Jena tergelak.
"Tapi ada bagusnya juga Alaska menyita kartunya, setelah dipikir-pikir kamu jadi terhindar dari masalah . Coba ingat kapan terakhir kali kamu membuat kekacauan karena berburu belanja?"
"Eumm, tiga bulan yang lalu ? "
"Mungkin juga kapoknya Alaska saat kejadian itu." Dionna mangut-mangut.
Kejadian itu cukup menggegerkan dunia, dari perusahaan Alaska yang merugi dan juga mental Dionna yang diserang habis-habisan. Sebenarnya bukan cuma Alaska yang kapok, Dionnapun begitu . Ia sampai mengurung diri sebulan karena trauma dengan hujatan orang-orang.
"Jen, aku ketoilet dulu." Kantung kemih Dionna sudah penuh karena meneguk jus jeruk cukup banyak, ia pun beranjak menuju toilet namun matanya menangkap sosok famillier ada cafe seberang tak jauh dari cafe tempatnya bertemu Jenava.
Sekali lagi kening Dionna mengkerut , kenapa Alaska muncul disini ? bukankah pria itu setahunya ada dikantornya ?
Raut Dionna berubah masam melihat ada wanita yang duduk semeja dengan Alaska. Seketika pikirannya mulai campur aduk dengan prasangka. Untuk memastikan Dionnapun masuk kedalam cafe dan duduk di kursi kosong tepat dibelakang Alaska. Sepertinya suaminya itu tidak menyadari kehadirannya.
Dengan posisi yang membelakangi, Alaska tampak begitu santai. Diatas meja selain minuman, ada juga portofolio. Sepertinya pertemuan itu tentang urusan pekerjaan .
"Jadi kamu sudah menikah dan tidak mengundangku?" Suara wanita itu terdengar pelan. Begitu dalam dan terkesan menyedihkan.
"Seperti yang kamu dengar, aku sudah menikah. Aku rasa tidak ada pentingnya mengundangmu atau tidak." Seulas senyum terbit dibibir Dionna, ternyata bibir Alaska pedasnya merata tidak hanya pada dirinya.
"Tidak penting ? Walau begitukan kita pernah punya hubungan." Dionna sangat ingin melihat ekspresi Alaska saat ini, pria itu memilih diam padahal biasanya dia punya jurus seribu kata yang selalu siap sedia ia lontarkan untuk membuat lawan bicaranya diam tak berkutik.
"Kaluna, jangan buat istriku salah paham."
DEG !
Dionna menegang ditempat, ia tak bisa menahan kepanikannya saat Alaska menoleh kebelakang , kearahnya. Sementara wanita cantik itu tersenyum. Dionna terciduk.
"H-hai.." Sapa Dionna gugup sudah berdiri dari duduknya.
Memalukkan bagaimana bisa dia ketahuan secepat ini ? Apa jangan-jangan Alaska sudah mengetahui keberadaannya sedari tadi ? Sekarang Dionna bingung harus memberi Alasan apa. Tidak mungkinkan dia mengatakan hal yang sebenarnya ?
"Aku penasaran suamiku bersama selingkuhannya atau calon selingkuhannya" Sialan. Dionna tidak mungkin mengatakan kalimat itu.
"Hai, aku Kaluna ." Wanita itu menyodorkan tangannya pada Dionna.
"Dionna." iapun membalas jabatan tangan Kaluna
Wanita itu tampil modis dengan tatanan rambut yang sudah pasti sehabis dari salon.
Membandingkan dengan penampilan Dionna, jelas Dionna kalah telak. Semua yang digunakan wanita itu adalah edisi terbatas bulan ini. Meskipun sudah jarang belanja tapi kebiasaan Dionna yang selalu memeriksa updatetan katalog terbaru sulit untuk dihilangkan. Ya, meskipun pada akhirnya Dionna hanya bisa menelan ludahnya menyayangkan barang-barang itu habis dalam sekali kedipan mata.
Dionna melirik Alaska yang tampak duduk tenang, sulit sekali menebak apa yang dipikirkan pria itu.
"Aku pergi dulu, sepertinya pesananku sudah selesai." Kilah Dionna , padahal dia tidak memesan apapun. Dionna butuh alasan untuk melarikan diri dari tempat itu.
"Duduk dulu. Aku tidak akan lama." Alaska menarik tangan Dionna untuk duduk disampingnya.
Canggung.
Dionna seperti seekor nyamuk. Planga-plongo memasang telinga , mencoba ikut mencerna apa yang sedang dibahas Alaska dengan wanita itu . Walaupun kapasitas otaknya dibawah rata-rata tapi Dionna paham inti dari pembicaraan itu. Alaska sedang menawarkan wanita itu untuk bekerja sama menjadi model untuk perusahaannya.
"Oke deal."
Begitulah akhir dari pertemuan Alaska dan Kaluna hingga mereka berpisah ditempat parkir. Dionna sudah berada dimobil , menunggu Alaska yang masih berada diluar mobil.
"Yang, bantuin"
Sepasang kekasih yang baru saja memarkirkan mobil menyita perhatian Dionna, mobil mereka tepat berada disamping sisi mobil yang diduduki Dionna.
Pria itu mendekati kekasihnya lalu mengambil alih beberapa barang yang ada ditangannya. Kejadian sekilas itu membawa Dionna untuk kembali memutar ingatannya. Jika dipikir-pikir Dionna tidak pernah diperlalukan seperti itu. Suaminya memiliki tingkat ketidak pedulian yang tinggi alias masa bodoh terhadap apapun apalagi terhadap dirinya.