Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
“Mbak, tolong panggilkan Naila dong...” Gus An sedang berdiri diambang pintu Ndalem yang ada di depan pesantren putri.
“Mbak dipanggil Gus An... ” ucap salah satu santri kepada Naila.
“Males...” sungut Naila sambil menata buku pelajaran sekolahnya.
“Mbak, masih ditungguin sama Gus An.”
“Biarin... ”
“Terus gimana saya ngomongnya ke beliau Mbak...? ”
“Nggak usah ngomong lah, biarin aja sampai jamuran disitu. Males banget ngadepin orang itu.”
“Mbak gimana sih, nggak sopan tau bilang gitu kepada Anaknya kiyai.”
“Udah tau nggak usah dinasehatin.”
“Mbak Naila di panggil sama Gus An... ” Gus An sudah memanggil Naila yang kesekian kali dan dengan perantara yang berbeda. Tapi Naila tak kunjung menemui putra Abi Amir yang dianggap menyebalkan itu.
“Awas... ada Gus... ” teriak para santri putri karena Gus An sedang menuju ke halaman pesantren.
“Mana kamarnya Naila...? ”
“Yang ini Gus... ”
“Ada yang bisa saya bantu...? ” Naila tiba-tiba muncul, menyilangkan tangannya sambil berkata dengan ketus. Teman-temannya yang menyaksikan saling lirik, mungkin maksudnya Naila kok nggak sopan banget sama Gus An...?.
“Ngapain aja sih dari tadi...? Saya butuh kemeja yang sudah disetrika. Sekarang juga...!!! ”
“Nih ambil... ” Naila menyodorkan kemeja yang sudah licin disetrika olehnya. Gus An menatap Naila tajam. Dalam hatinya mengatakan santrinya yang satu ini telah berkata tidak sopan.
“Jadi nggak...? kalau nggak jadi yaudah...” Naila memutar balik tubuhnya sambil memasang wajah sedatar mungkin.
“Heh jadi dong... ” Gus An menarik tangan kanan Naila. Membuat histeris para santri yang melihat kejadian tersebut.
“Hah... ya salam, Gus An pegang-pegang tangan Mbak Naila...”
”Aku juga mau kok digituin... ” sahut lainnya.
“Ma'af... ” Gus An melepaskan tangannya saat Naila melirik ke arahnya, kemudian meraih kemeja di tangan Naila.
“Ke Ndalem sekarang...” Gus An berkata kepada Naila dengan lirih karena salah tingkah akibat banyak mata yang mengawasi mereka.
“Cepetan, saya tunggu...” Gus An berlalu meninggalkan halaman pesantren. Setelah punggung Gus An memasuki Ndalem, Naila menyusul dibelakangnya.
“Naila...”
“Iya...”
Naila seperti sedang marah, apa ucapanku ada yang salah...? batin Gus An dalam hati.
“Kamu kena masalah lagi...? ”
“Enggak... ”
“Kenapa kamu kelihatan sedih...? ” Gus An menatap wajah Naila lamat-lamat. Dia menemukan sorot mata yang sayu dan kelopak matanya sembab.
“Anda memanggil saya hanya untuk menanyakan itu Gus...? itu nggak penting. Bukan urusan Anda saya bersedih atau tidak... ” Naila berlalu begitu saja tapi suara Gus An membuat langkahnya terhenti.
“Maaf jika saya pernah berbuat salah... ” ucapan Gus An membuat Naila ingin menjitak kepala Gus-nya. Tapi niatnya itu Dia urungkan karena tidak sopan. Dia hanya tersenyum kecut sambil meneruskan langkahnya untuk keluar dari Ndalem.
...****************...
“Huah... ” Naila menguap berkali-kali saat Gus An menerangkan materi pelajaran. Dia sengaja ingin menampakkan rasa tidak sukanya dengan putra Abi Amir yang menurut kacamatanya sangat menyebalkan, perusak moodnya setiap hari.
“Fatma kerjakan nomor 1 di papan, kemudian Laras lanjutannya dan Naila yang terakhir... ” ucap Gus An memeberikan perintah kepada para siswa yang ada di hadapannya.
“Saya nggak mau...” ucapan Naila lolos dari bibirnya membuat seluruh isi kelas menatapnya heran. Kenapa semakin hari anak itu tingkahnya semakin tidak bisa dikondisikan. Tidak ada sopannya sama sekali mengatakan hal itu kepada Guru, apalagi putra kiyai.
“Harus dikerjakan...” titah Gus An dengan nada agak tinggi.
“Yaudah mending saya tidak usah ikut pelajaran daripada harus dipaksa begitu...”
“Aduh, Naila ngapain lagi sih tuh anak... ” Laras duduk dibelakang Naila sampai menepuk jidatnya.
“Kalau itu maumu, keluar... !!! ”
...****************...
Gimana nih, kalian suka nggak sama ceritanya???😍😍