NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Bersemi

Ketika Cinta Bersemi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.

Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.

Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.

Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 MENGHIBUR ANDINI.

Andini berdiri di depan gerbang asrama dengan koper kecil di tangan dan mata yang sedikit bengkak. Angin sore menyapu rambut panjangnya, membawa aroma daun basah dan tanah yang baru disiram hujan. Langkahnya berat, tapi tegas. Ia kembali, meski hatinya belum utuh.

Andini merasa seolah dunia yang dia bangun dengan susah payah. kuliah, organisasi, sahabat, bahkan rencana-rencananya sendiri. harus ia tinggalkan begitu saja demi ambisi yang bukan miliknya. Setelah semalaman menangis, pagi harinya ia kembali ke kampus setelah menginap di penginapan semalam.

Di dalam asrama, suasana masih sama. Sunyi, hangat, dan akrab. Nana. sahabat sekamarnya, terkejut saat melihat Andini muncul di depan pintu.

“Din? Kamu balik? Aku pikir kamu…”

Andini langsung memeluk nana, menahan air mata yang nyaris tumpah lagi.

“Aku nggak bisa, nana… Aku nggak sanggup hidup buat mimpi orang lain.”

Malam itu, di dalam kamar asrama yang sempit tapi penuh cerita, Andini menceritakan semuanya. Tentang kecewanya, tentang rencana yang harusnya dia jalani, dan tentang keberaniannya untuk pulang.

PAGI HARI.

Alarm Andini berbunyi pukul 05.30. Tapi kali ini, ia tidak menekan tombol snooze. Ia membuka mata perlahan, menatap langit-langit kamar asramanya yang biasa saja. tapi pagi ini terasa berbeda.

Tak ada air mata. Tak ada perasaan berat di dada. Hanya sunyi yang damai.

Ia duduk di tepi tempat tidur, menarik napas panjang. Ada bekas-bekas kesedihan yang belum benar-benar hilang, tapi tidak lagi menenggelamkannya. Ia tidak menang hari ini, tapi juga tidak kalah.

Di luar jendela, langit mulai berwarna jingga. Ia menyeduh teh hangat, membuka jendela, dan duduk di lantai, memeluk lutut sambil memandangi pepohonan di halaman asrama yang mulai bergoyang pelan diterpa angin pagi.

" Din, kamu sudah bangun? " Tanya nana membuka kedua matanya.

"Eum " Jawab Andini,

Nana mengambil posisi duduk," pagi-pagi gini kamu mau kemana? apa sekarang kamu sudah mulai lega? "

Andini menganggukkan Kepala pelan " Lumayan, terimakasih ya. kamu sudah mau mendengar keluh kesah ku "

" Santai saja. kita itu sahabat jadi jangan pernah sungkan oke. "

Seketika nana memiliki ide yang bagus untuk menghibur Andini.

“Andini! Ayo cepet siap-siap!” suara Nana terdengar bersemangat

Andini mengernyit. “Siap-siap apa? "

Nana siap dengan jaket jeans, sneakers, dan wajah penuh semangat. “Kita jalan-jalan. Hari ini kamu nggak boleh sedih. Udah, ikut aku aja.”

Tanpa banyak pilihan, Andini akhirnya menurut. Mereka pergi naik motor, angin pagi menyapu wajah Andini yang masih datar, tapi mulai merasa sedikit lebih ringan.

Tujuan pertama taman kota. Nana membelikan Andini es krim kesukaan mereka, rasa cokelat kacang.

Mereka duduk di bangku kayu, menyaksikan

anak-anak bermain dan burung-burung berkicau di pepohonan.

“Lihat tuh,” kata Nana sambil menunjuk seekor kucing yang mengejar daun tertiup angin. “Kalau kucing aja bisa sebahagia itu cuma karena daun, masa kamu enggak?”

Andini tertawa kecil. “Kamu itu ya…”

Lalu mereka lanjut ke tempat favorit mereka. bukit kecil di pinggiran kota, tempat mereka biasa nongkrong di saat sedang penat. Langit mulai berubah warna biru, dan matahari terlihat sejuk.

“Kadang yang kita butuhin cuma waktu, dan temen yang enggak ninggalin,” kata Nana sambil menatap langit.

Andini menoleh ke arah sahabatnya itu. “Terima kasih, Na. Hari ini rasanya... beda.”

Nana tersenyum. “Besok kita cari daun lagi, siapa tahu bisa bikin kamu ketawa lebih kenceng.”

Ada kehangatan yang tumbuh kembali di hati Andini. Bukan karena semuanya sudah baik-baik saja, tapi karena ia tahu, selama ada Nana, ia tak akan pernah benar-benar sendirian.

" Ngomong-ngomong apa Raka tau jika kamu kembali ke asrama? "

Andini menggelengkan kepalanya " Tidak. aku belum memberitahu nya "

" Kenapa? "

" Mungkin besok atau lusa, baru aku memberitahu Raka "

Nana menepuk pundak Andini pelan " Baiklah.. " Jawab nana, mengerti.

Matahari semakin gelap, Angin mulai menusuk kulit, dan perut Andini pun mulai ikut protes.

“Na, lapar,” gumam Andini sambil memegangi perutnya.

Nana langsung menoleh dengan senyum lebar. “Akhirnya kamu bilang juga! Dari tadi aku nunggu momen ini. Ayo, ada tempat makan baru yang pengen aku cobain bareng kamu.”

Mereka pun meluncur ke sebuah warung makan kecil. Lampu-lampu gantung kekuningan dan aroma masakan rumahan yang bikin ngiler.

Begitu duduk, Nana langsung memesan dua porsi nasi goreng spesial, satu mie godog Jawa, dan teh manis hangat. Andini menatap daftar menu sambil nyengir.

“Kamu mau mengelus dada atau mengelus perut habis ini?”

Nana ketawa. “Kalau kamu udah senyum, semua worth it!”

Setelah piring-piring kosong dan teh tinggal ampas, Andini menyandarkan kepalanya di bahu Nana.

“Terima kasih ya. ”

Nana tersenyum kecil. “ itulah gunanya ada aku di sini "

Malam itu mereka pulang dengan hati yang lebih ringan. Bukan karena semua masalah hilang, tapi karena ternyata... makan enak dan sahabat yang tulus bisa jadi penyembuh terbaik.

1
Kim Bum
titip sandal ya kak. nanti kalo udah rame balik lagi😁
Marchel: Terimakasih kak, sudah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!