Anindiya Dianka Putri
Gadis cantik yang harus rela menelan pil pahit di hari pernikahan nya. Sang calon suami membatalkan pernikahan mereka tepat di hari pernikahan mereka karena dia harus menikahi gadis lain setelah empat tahun mereka menjalin asmara namun semua nya hancur dalam sekejap
Sekuat apakah hati Anin menghadapi semua ini, akan kah kebahagian datang menghampiri serta bisa mengobati luka hati yang sedang dia derita dan apakan Anin mau membuka hati nya kembali setelah pengkhianatan itu.
Hingga datang seseorang di hidupnya, mengacaukan kinerja otak nya, mengenalkan diri dengan status yang berbeda dengan diri Anin.
Bagaimana kelanjutan nya apa mereka bisa menerima status satu sama lain
Cerita hasil karya sendiri....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seuntai Doa Untuk Anin dan Damar
Anin terus saja membawa Damar menjauh dari sana dengan kain yang masih menyelimuti kepalanya. Anin membawa Damar keruangan yang di pakai oleh nya dan para model nya ketika berganti baju.
"Ada apa sih Nin kok kepala kakak di tutupin gini."
Setelah merasa keadaan sudah kondusif Anin membuka selimut itu dari kepala Damar. Anin masih menetral kan detak jantung nya, dia tidak mengira kalau Damar akan datang di saat Uriena setengah polos. Bagaimana kalau Damar melihat tubuh bagian atas Uriena yang polos itu, kan nanti Damar bisa bisa membayangkan hal yang tidak ti.....heh Anin baru ingat, Uriena kan mantan istrinya Damar sudah tidak bisa di pungkiri kalau Damar juga sering melihat tubuh polos milik Uriena kan dulu.
Mengingat hal itu membuat Anin berdecak kesal, lalu untuk apa tadi dia sok sokan pakai acara nutupin kepala Damar kalau Damar mampu melihat tubuh setengah polos Uriena menggunakan mata batin nya.
Damar yang mendengar decakan kesal yang keluar dari mulut Anin hanya mengerutkan kening nya. Kenapa gadis yang ada di hadapan nya ini terlihat kesal, perasaan tadi biasa biasa saja saat menyeretnya seperti buronan.
"Kamu kenapa sih kok kayak nya kesel gituh sama kakak. Oh kakak tau kamu masih kesel gara gara kakak gak bisa ngantar kamu kesini tadi iya gituh hm."
Damar mengulurkan tangan nya untuk menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah Anin yang masih terlihat dalam mode kesalnya. Anin yang mendapat perlakuan serta mendengar ucapan Damar tadi langsung menatap tajam pada Damar. Anin menghela napas nya dalam dalam, bukan itu yang sudah membuatnya kesal tapi kejadian tadi yang ternyata hanya membuang buang tenaganya saja.
"Udah lah gak usah di bahas, Aku gak marah kok kalau kakak gak bisa ngantarin aku tadi. Aku cuma lagi kesel aja udah buang buang tenaga tadi buat nutupin mata kakak dari pemandangan haram yang tadi ada di belakang aku. Tapi kayak nya percuma deh, kalau kakak tau itu pemandangan apa pasti walaupun mata kakak di tusuk sama garpu juga kakak bakalan bisa ngelihatnya pake mata batin."
Damar semakin mengerutkan dahi nya mendengar ucapan Anin yang menurutnya terkesan tengah membicarakan seseorang bukan soal pemandangan apa pun itu.
"Kamu lagi kesel sama orang."
Anin yang tadi mengalihkan pandangan nya kearah lain kini menatap Damar kembali " Enggak kok cuma lagi kesel sama keadaan aja."
Damar hanya manggut manggut saja tanda mengerti padahal asli nya dia tidak paham apa makna yang ada di dalam ucapan Anin tadi.
"Jangan sok manggut manggut kalau gak ngerti makna nya kak, nanti malah bikin kakak susah sendiri."
Damar berhenti memanggut manggutkan kepalanya mendengar ucapan Anin " Ya udah kasih tau dong makna nya biar kakak gak bingung inih."
Anin menghela nafas nya sejenak " Tadi waktu aku nutupin kepala kakak pake kain, sebenarnya di belakang aku tuh si Uriena mantan istri kakak lagi setengah polos karena gaun yang dia pakai gak sengaja di robek oleh desainer nya saat mereka bertengkar adu mulut dan akhirnya saling tarik menarik gaun yang udah aku turunin sleting nya terlebih dahulu karena jengkel dia sudah menghina karya orang lain, tapi nyatanya dia masih memakai karya itu di tubuhnya yang katanya mahal itu. Makanya aku buru buru nutupin kepala kakak waktu kakak datang, takutnya mata kakak berdosa lihat yang begituan, pemandangan pintu neraka jahanam milik mantan istri kakak. Eh ternyata aku salah , percuma juga aku tutupin orang kakak udah pernah lihat semuanya dulu, tanpa mata pun kakak bisa melihat nya lewat mata batin kan."
Ucapan Anin yang jarang sekali bisa sepanjang garis khatulistiwa itu membuat Damar berdecak kagum. Baru kali ini dia mendengar seorang Anindiya berbicara panjang lebar kali tinggi dengan nya biasanya cuma hm, ya ,apa, terserah kakak aja.
"Wow."
Anin mendengus mendengar tanggapan Damar yang hanya bilang 'Wow' saja setelah mendengar celotehan nya yang sangat langka itu melebihi langka nya bunga Rafflesia Arnoldi.
Anin salah paham pada Damar, Anin kira kata wow yang di ucapkan oleh Damar merupakan pujian laki laki itu untuk mantan istrinya padahal kata Wow itu Damar tunjukan untuk nya.
"Udah ah aku mau kedepan, kakak mau keluar atau gak terserah kakak, Percuma juga aku tutupin kok gak ada gunanya."
Anin keluar dari ruangan itu meninggalkan Damar yang masih mematung di tempat, masih mengingat celotehan panjang Anin yang sangat langka menurut nya.
"Wow."
Kata itu terlontar dari mulut Damar lagi, namun kemudian senyum lebar terbit dari bibir nya. Dan seketika Damar melompat kegirangan seperti orang yang baru saja menang lotre.
"Akhirnya Aninku mulai nyaman, sedikit demi sedikit lama lama menjadi gunung. Woles Damar woles perjalanan masih panjang, siapkan mental serta modal mu GANBATTE!!"
Damar meninju udara saat dia menyemangati diri sendiri karena tidak ada orang yang mau menyemangati nya saat ini . Dia bahkan tidak ingin mengingat soal mantan istrinya yang hampir telanjang itu, yang ada di dalam otak Damar saat ini hanya Anindiya Dianka putri seorang.
Damar terlihat keluar dari ruangan itu sembari masih membawa satu buket bunga uang yang sudah disusun sebegitu rupanya untuk dia berikan pada Anin.Namun karena kejadian tadi Damar lupa untuk memberikan buket spesial itu pada sang gadis pujaan nya.
Damar kembali keluar untuk duduk di depan panggung megah yang di jadikan panitia untuk para model memamerkan berbagai macam pakaian hasil rancangan para desainer termasuk karya Anin di dalam nya.
Tepuk tangan yang gemuruh dari para audient saat melihat para desainer yang mengikuti event ini keluar dan berdiri rapu saling besejajar di atas panggung. Mata hitam legam Damar yang sedari tadi melihat ke arah panggung seketika tersenyum saat melihat Anin juga sudah berdiri disana.
"Itu Anin Yah."
Bunda Mella yang sedari tadi duduk di samping Damar langsung berseru senang saat melihat putri kesayangannya berdiri diatas panggung sana.
Ayah terlihat tersenyum melihat putri kesayangan nya terlihat bahagia di atas panggung. Mama Rika dan Papa Delon pun terlihat datang untuk melihat Anin dalam event besar ini. Sebenarnya para orang tua ini Damar yang menjemput nya untuk supriese. Anin tidak tahu kalau Damar tadi berbohong kalau dia akan meeting padahal dia menjemput Bunda serta Ayahnya, sedangkan Mama Rika dan Papa Delon mereka pergi keacara ini dengan mobil sendiri.
"Aduh Pah calon mantu kita itu."
Papa Delon hanya tersenyum mendengar ucapan bisik bisik istrinya tepat di telinganya. Delon hanya bisa berdoa yang terbaik untuk putra nya serta putri dari sahabatnya itu. Kalau memang mereka berjodoh ya Alhamdulilah tapi kalau tidak ya tidak apa apa, jangan di paksakan karena sesuatu yang di paksa tidak akan berakhir bahagia, belajar dari pengalaman saja.
"Doakan yang terbaik saja untuk putra kita Mah, jangan terlalu menekan mereka agar bisa bersatu. Mama tidak mau kan Damar berubah lebih parah dari sebelum nya, jalani saja dan biarkan hubungan mereka mengalir seperti air, biarkan mereka merasakan nyaman serta dekat terlebih dahulu okey."
Mama Rika terlihat menghela nafasnya dalam dalam, wanita paruhbaya itu menatap bergantian antara putra nya Damar yang tengah memandang Anin tanpa berkedip serta senyum nya tidak pernah luntur, dengan Anin yang terlihat tengah menatap kearah kursi yang tengah mereka berlima duduki sekarang dengan senyum yang mengembang dan melambaikan sekilas tangan nya pada mereka ,sepertinya Anin sudah menyadari kehadiran para orang tua itu di sini. Anin tersenyum lebih lebar lagi saat matanya mengarah pada Bunda dan juga Ayah.
"Ya Allah berikanlah anak anak kami kebahagian, satu kan lah mereka dalam hubungan suci yang kau ridhoi Aamiin yarobalallamin."
***HOLLA MET PAGI EPRIBADEH.....
JANGAN LUPA GOYANG JARI JEMARINYA BUAT MAS DUREN
BUAT NGELIKE NGEVOTE NGOMEN YANG SERU YA
SEE YOU NEXT PART
BABAYYYY....MUUAAACCCH***...