NovelToon NovelToon
Dokter Tampan Itu Suamiku

Dokter Tampan Itu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Dokter
Popularitas:42.8k
Nilai: 5
Nama Author: elaretaa

Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!

Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.

Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.

Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mas, Kamu Lihat?

Setelah kepergian Jihan yang tertunduk malu dan penuh air mata, suasana di nurse station masih terasa mencekam. Para perawat yang tadi sempat menyaksikan amukan Arthur memilih kembali sibuk dengan pekerjaan mereka, takut terkena percikan amarah sang Kepala Departemen.

Kayla melangkah masuk ke ruangan Arthur dengan bahu yang merosot, di depan cermin kecil di kamar mandi ruangan Arthur, ia membasuh wajahnya. Air dingin itu sedikit meredakan rasa panas di pipinya, namun rasa sesak karena dikhianati oleh sahabat sendiri masih membekas.

"Sudah selesai?" tanya Arthur saat Kayla keluar dari kamar mandi.

Pria itu kini sudah duduk di balik meja, mengenakan kacamatanya, kembali ke mode profesional.

"Sudah, Dok," jawab Kayla.

Arthur menutup berkas di depannya, lalu menatap Kayla lekat. "Ingat ini, Kayla. Di rumah sakit, teman bisa menjadi lawan saat ego dan ambisi terlibat, jadi jangan terlalu naif. Hari ini untung aku yang memeriksa, jika ini sampai ke tangan farmasi dan obatnya disuntikkan, kau bukan hanya kehilangan gelar dokter, tapi juga kebebasanmu," ucap Arthur.

"Iya, Dok. Terima kasih," ucap Kayla.

Satu jam kemudian, Kayla sudah berdiri di samping Arthur di Ruang Poli Saraf. Pasien datang silih berganti, Arthur bekerja dengan kecepatan dan ketelitian yang luar biasa, namun ia tidak membiarkan Kayla hanya menjadi penonton.

"Kayla, lakukan pemeriksaan refleks fisiologis pada pasien ini," perintah Arthur pada pasien pria paruh baya yang mengeluh kesemutan.

Kayla melakukannya dengan hati-hati, ia merasa setiap gerakannya diawasi secara mikroskopis oleh Arthur. Namun, alih-alih merasa tertekan seperti dulu, kini ia merasa ada jaring pengaman yang menjaganya.

"Refleks patella meningkat, Dok," lapor Kayla dan diangguki Arthur.

Setelah sesi poli yang melelahkan berakhir, jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Arthur meminta Kayla untuk membereskan berkas-berkas terakhir, sementara ia harus ke ruang rapat direksi.

Saat Kayla berjalan menuju loker untuk menyimpan tasnya, ia berpapasan dengan William di taman kecil dekat lobi. William tampak menunggu seseorang dan begitu melihat Kayla, wajahnya langsung cerah.

"Kayla! Tunggu sebentar," panggil William.

"Ada apa, Will?" tanya Kayla.

"Kay, aku minta maaf soal kejadian tadi siang. Gara-gara aku, kamu jadi kena semprot Dokter Arthur," ucap William.

"Nggak apa-apa, Will. Itu bukan salahmu, itu memang kecerobohanku juga," jawab Kayla sopan dan berusaha menjaga jarak.

Namun, tiba-tiba saja William meraih tangan Kayla. "Kay, sebenarnya aku melakukan semua itu karena aku peduli sama kamu. Aku nggak suka lihat kamu ditekan terus sama Dokter Arthur, kalau kamu butuh tempat cerita atau merasa nggak kuat di sini, aku ada buat kamu. A-aku suka sama kamu," ucap William.

"Apa sih, maaf aku gak suka sama kamu. Mulai sekarang kamu jangan dekat-dekat aku lagi, aku gak nyaman sama kamu," ucap Kayla lalu menarik tangannya dan pergi meninggalkan William.

Di lantai dua, tepat di jendela besar ruang rapat yang menghadap taman, Arthur berdiri diam. Tangannya mengepal kuat di dalam saku jas putihnya, rahangnya mengeras saat melihat tangan William menggenggam tangan istrinya. Meskipun Arthur sedang berada di tengah rapat penting, fokusnya benar-benar teralih pada pemandangan di bawah sana.

Sore harinya, hawa di dalam mobil terasa lebih dingin dari es. Arthur tidak menjalankan mobilnya, ia hanya diam dan mencengkeram kemudi hingga kuku jarinya memutih.

"Mas, ayo jalan," ucap Kayla.

"Apa yang dia katakan padamu di taman tadi?" tanya Arthur.

"William? Dia cuma minta maaf soal tadi siang, Mas," jawab Kayla jujur meski ia sengaja tidak menyebutkan soal pernyataan cinta William.

Arthur tiba-tiba berbalik, menatap Kayla dengan tatapan yang sangat tajam dan posesif. "Hanya minta maaf? Sampai harus memegang tanganmu? Kau pikir aku buta," ucap Arthur.

"Mas, kamu lihat?" tanya Kayla terkejut.

"Iya, apa dia menyatakan perasaannya padamu?" tanya Arthur.

Kayla pasrah, ia tidak bisa menyembunyikannya lagi, Arthur selalu tahu apa saja yang Kayla sembunyikan. "Iya, dia bilang dia suka sama aku, tapi aku udah nolak dia bahkan aku sampai nyuruh dia jangan deket-deket aku lagi karema aku gak nyaman sama dia," ucap Kayla.

"Bagus, sekarang kita pulang," ucap Arthur.

Setelah mendengar penjelasan Kayla, ketegangan di rahang Arthur sedikit mengendur, meski aura dinginnya belum sepenuhnya hilang. Ia mulai menjalankan mobilnya keluar dari area parkir rumah sakit dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya.

​Sepanjang perjalanan, keheningan menyelimuti mereka. Kayla bisa merasakan bahwa kemarahan Arthur bukan lagi ditujukan padanya, melainkan pada William.

.

Keesokan paginya di rumah sakit, sebuah pengumuman mengejutkan keluar dari ruang administrasi medis. William, yang tadinya dijadwalkan masuk ke rotasi bedah saraf selama sebulan ke depan tiba-tiba dipindah tugaskan.

​"Apa? Forensik? Tapi rotasiku baru berjalan satu minggu!" ucap William saat melihat surat tugas barunya di papan pengumuman.

​William segera mencari Arthur di ruangannya, ia masuk dengan napas memburu. "Dokter Arthur, apa maksudnya ini? Kenapa saya dipindahkan ke bagian forensik secara mendadak?" tanya William.

​Arthur bahkan tidak mendongak dari monitor komputer ketika menjawab pertanyaan William, "Bagian forensik sedang kekurangan tenaga untuk penanganan korban kecelakaan massal kemarin, sebagai koas dengan nilai akademis yang lumayan, saya rasa anda lebih berguna di sana daripada hanya menghabiskan waktu di sini," ucap Arthur.

​"Tapi Dok, ini tidak adil!" protes William.

​Arthur akhirnya mendongak dan tatapannya begitu tajam hingga William merasa seolah sedang dibedah. "Di rumah sakit ini, keadilan adalah ketika pasien mendapatkan penanganan terbaik dan saat ini penanganan terbaik bagi anda adalah belajar menghargai batasan profesionalisme di kamar jenazah," ucap Arthur.

"Tapi...," ucapan William terhenti lantaran Arthur yang menyelanya.

"Bukankah anda sendiri yang pernah bilang kalau ingin mencari banyak pengalaman di ruamh sakit ini, bukan hanya di bedah saraf, tapi juga di departemen lain, iya kan? anda tidak ingat pernah mengatakan itu pada saya?" tanya Arthur.

"Saya ingat Dok, tapi saya tidak menyangka jika akan secepat itu saya di pindahkan," ucap William.

"Ya karena waktunya yang tepat saja," ucap Arthur.

Arthur hanya memberikan senyuman tipis yang tidak mencapai matanya, tipe senyum yang justru membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi. Ia kembali menyesuaikan kacamatanya dan fokus pada layar monitor, menganggap pembicaraan itu sudah selesai.

​"Silakan kemasi barang-barangmu di loker bedah saraf. Dokter di bagian forensik sudah menunggumu untuk otopsi pertama siang ini. Jangan sampai terlambat atau saya sendiri yang akan memberikan nilai merah untuk kedisiplinanmu," ucap Arthur tanpa menoleh lagi.

​William keluar dari ruangan Arthur, William pasrah dan menerimanya karena ia ingat sebelumnya ia memang pernah meminta agar di pindahkan ke departemen lain untuk belajar dan William tidak curiga sama sekali pada Arthur.

.

.

.

Bersambung.....

1
Ariany Sudjana
puji Tuhan, keberanian Kayla terhadap Gilbert ternyata menjadi berkat bagi tenaga medis lainnya, hingga Gilbert dipecat. semangat Kayla, kamu bisa menjadi dokter yang kompeten karena perjuangan kamu, bukan karena ditolong suami kamu
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Kayla juga berusaha menenangkan diri, supaya tidak terbawa emosi, dan Arthur juga menunjukkan meskipun dia sangat sibuk, Arthur tetap melindungi istrinya, benar-benar suami idaman 😄
Naufal Affiq
lanjut kak
Ariany Sudjana
bagus Kayla, jangan takut dengan dokter Gilbert, kamu tunjukkan kamu bukan bisa jadi koas karena koneksi atau apapun, kamu jadi koas karena kerja keras, dan kami tunjukkan kamu memang dokter yang kompeten
Rut Lamrorejeki
jalan ceritanya bagus, karna cowoknya tegas
elaretaa: Terima kasih atas dukungannya Kak🥰
total 1 replies
Ariany Sudjana
bagus Kayla, jangan biarkan gosip soal siapa istri dokter Arthur mempengaruhi kinerja kamu yang sudah bagus. tetap fokus Kayla, dan tetap tunjukkan kamu itu dokter yang kompeten dan hebat karena kerja keras, bukan karena koneksi, apalagi karena nama besar dokter Arthur
Naufal Affiq
romantis banget punya suami seperti arthur,
Ariany Sudjana
benar Kayla, tetap semangat yah untuk jadi dokter yang kompeten dan kamu pantas menjadi istri Arthur 😄💪
Nisa Naluri
akhirnya nyaaa
Naufal Affiq
gimana rasa nya karin,enak kan dimarahin dr arthur satu harian,apa gak sial hidup mu itu
Ariany Sudjana
puji Tuhan, tetap semangat Kayla, kamu sudah membuktikan kamu dokter yang kompeten dan sangat bertanggung jawab. semangat yah Kayla 💪💪
shenina
eh malu nya di usir...nah gitu dong harus tegas
Ariany Sudjana
hahaha Karin kena skak mat Arthur 🤣🤣🤭🤭 maksud hati ingin menarik perhatian Arthur, malah gagal fokus di ruang operasi 🤭🤭🤣🤣 ingat Karin, dokter itu tanggung jawabnya dengan nyawa pasien, salah sedikit saja bisa menghadap Tuhan selama-lamanya pasien kamu
mama
kmrin aj pd ngedukung dokter kariiinn,eee skrg mlh sebalik ny..hadeeeh dasar mulut pd embeer
Naufal Affiq
ehm,rasain,sudah puas dapat kejutan di pagi hari
Ariany Sudjana
hahaha mampus kamu Karin, kena skak mat dari dokter Arthur. kamu dokter lulusan luar negeri, tapi kelakuan kamu kok murahan sekali yah? mampus kamu Nadia, tugas kamu itu belajar jadi dokter yang kompeten, bukan menyebarkan gosip yang tidak benar 😂🤭
Herman Lim
bgs Arthur jgn kasih celah buat bibit pelakor
Nurminah
ah jalang kena mental seneng nih liat yg beginian
Miramira Kalapung
up banyak2 dong thor,lagi nanggung banget bacanya🤭
Naufal Affiq
berantas terus arthur hama yang ada di rumah sakit tempatmu bekerja,kalau di biar kan akan melebar kemana-mana gosip itu berkembang biak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!