NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Tawaran Arya

...0o0_0o0...

...Naya menarik napas pelan, mencoba menenangkan diri. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar lebih cepat, bukan hanya karena nyeri di dada, tapi juga karena tatapan serius dari pria di depannya....

...Arya mendekat, berhenti tepat di hadapan-nya. “Duduk dulu,” ucapnya tenang....

...Nada suaranya rendah, tapi entah kenapa membuat Naya menurut tanpa berpikir. Ia duduk di tepi sofa, menunduk malu....

...Arya mengambil handuk kecil dari nakas, lalu berjalan ke wastafel di dalam kamar mandi. Ia merendam handuk itu ke air hangat, memerasnya, lalu kembali mendekat....

...“Coba kompres perlahan. Air hangat bisa bantu meredakan tekanan itu,” katanya sambil menyerahkan handuknya....

...Naya menerima-nya, jemarinya sedikit bergetar. “Terima kasih, Tuan…” ucapnya lirih....

...Saat gadis itu menempelkan handuk hangat ke dadanya, wajahnya meringis kecil. “Sakit sekali rasanya,” gumamnya lirih....

...Arya menatap sejenak, lalu berjongkok di depan-nya. “Apa sesakit itu ?” tanyanya lembut....

...Naya hanya mengangguk, masih berusaha menahan rasa sakit yang menyerang dadanya....

...Tanpa banyak bicara, Arya mengambil alih kompres dari tangan-nya. “Biar saya saja.” Suaranya serak namun tenang....

...Duda itu menempelkan handuk itu ke payudara-nya dengan hati-hati, gerakannya pelan seolah takut menyakiti Naya lagi. ...

...Uap hangat dari kain itu menembus udara, menguar di antara jarak mereka yang semakin rapat....

...Glek..!...

...Arya menelan ludahnya kasar, jakunnya naik turun dengan berat. Tatapan matanya tak lepas mengamati dada sintal Naya yang begitu sangat besar dan meng-goda secara bersamaan....

...Naya menunduk, matanya bergetar. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak tak beraturan. “Tuan... sepertinya cara itu tidak terlalu membantu,” bisiknya gugup. "Aku butuh mengeluarkan Asinya segerah." sambung'nya bergetar....

...Arya tidak menjawab....

...Pandangan-nya sekilas bertemu dengan mata Naya—dan dalam tatapan singkat itu, ada sesuatu yang tak terucap: kekhawatiran, rasa ingin, dan mungkin... sesuatu yang lebih dalam dari sekadar penasaran....

...“Naya,” ujarnya pelan, “Rebahkan tubuhmu di sofa..biar aku bantu hisab.” katanya serak. Ia menaruh handuk itu di meja, lalu menuntun-nya agar terlentang di sofa....

...Naya menurut, menatapnya dengan napas tercekat. Ada kehangatan yang aneh terasa di dadanya—bukan hanya dari handuk yang tadi, tapi dari cara Arya memperlakukan-nya. Lembut, namun menyimpan badai yang tak bisa di jelaskan....

...Naya menatap wajah Arya yang begitu tampan dan meng-goda. Apalagi saat melihat duda itu menahan gairah-nya sendiri....

..."Tuan Arya," Cicit Naya bergetar. Wajahnya merah padam. "Apa anda yakin ?" Bisiknya bertanya....

...Arya tidak menjawab, hanya menatap balik dan dalam tatapan itu, ada sesuatu yang tidak semestinya tumbuh....

...Senyap. ...

...Hanya suara napas dan detak jam dinding yang kembali terdengar....

...Arya melepas dasinya yang terasa mencekik, lalu melempar ke belakang. Ia bahkan membuka 3 kancing kemejanya hingga menampilkan dada bidangnya. Tidak lupa lengan kemeja yang di gulung ke atas sampai sebatas siku....

...Glek..!...

...Naya menelan ludahnya kasar. Tatapan matanya tidak lepas mengati Arya dari bawah. Rasanya tubuh'nya meremang bak tersengat listrik dengan pikiran negatif berkeliaran di otaknya....

...Arya mengukung tubuh setengah telanjang Naya, tatapan tajam kini sudah di penuhi kabut gairah. "Bukankah tidak ada cara lain... Selain menghisap-nya." Bisik-nya serak....

...Naya memegang pundak Arya dan menatap'nya menggoda Sabil menggigit bibir bawahnya. "Kalau begitu cepat lakukan, Tuan..." Bisiknya sensual. "Aku sudah tidak tahan."...

...Mendengar kalimat ambigu keluar dari mulut Babysitter itu, Arya langsung mengsip salah satu payudara-nya....

...Hening...!...

...Hanya tersisa hembusan nafas patah-patah dan suara detak jantung bercampur dengan suara dentingan jam dinding....

..."Sssstt, tuan pelan-pelan." Desis Naya lirih....

...Arya abai dan terus menghisap putingnya dengan kuat, dan ASI-nya terasa mengalir deras di mulutnya....

...Hari ini terjawab sudah rasa penasaran duda itu, yang selama ini menghantui otaknya setiap hari. Kini Arya bisa merasa Asi Babysitter putranya....

..."Sial..!" Umpat Arya dalam hati. "Rasa'nya begitu gurih dan manis. Pantas saja Karan begitu lengket pada gadis ini" mulutnya semakin menghisap rakus sumber kehidupan-nya....

...Senyap. ...

...Hanya suara napas dan detak jam dinding yang kembali terdengar....

...Naya menutup matanya, mulutnya setengah terbuka dengan desisan bercampur erangan lirih yang keluar dari mulutnya. Dan itu sukses membuat tubuh Arya semakin panas-dingin di buatnya....

...Kini mulut Arya berpindah ke sisi dada satunya, ia langsung menghisap rakus bak bayi Dugong yang kelaparan. semakin lama hisapan itu semakin kuat....

...Dan itu membuat Naya semakin mengerang antara nikmat dan ingin lebih dari sekedar hisapan. Namun gadis itu menahan diri sekuat tenaga....

...Plup..!....

...Arya melepas putingnya. ...

...Duda itu menatap wajah Naya yang masih terpejam. keringat sebiji jagung mengalir di pelipisnya, sebagai tanda bahwa reaksi tubuh-nya menikmati....

...“Saya akan tambahkan satu perjanjian baru dalam kontrakmu,” bisik Arya tiba-tiba....

...Suaranya rendah, nyaris seperti dengungan yang menyusup di antara jarak sempit di antara mereka. Jemarinya menyapu peluh di pelipis Naya, gerakan lembut yang justru membuat dada gadis itu bergetar....

...Naya membuka mata perlahan. Bagian tubuhnya yang tadi terasa berat kini mulai ringan, tapi degup jantungnya justru semakin tak beraturan....

...“Perjanjian baru ?” tanyanya pelan, seolah takut mendengar jawaban-nya sendiri....

...Arya mencondongkan tubuh, menatap-nya tanpa berkedip. “Gajimu naik tiga kali lipat,” ucapnya perlahan, tiap katanya jatuh dengan bobot tertentu. Ia menahan jeda sejenak. “Dengan satu syarat — Susui aku setiap hari.”...

...Hening....

...Hanya suara napas keduanya yang terdengar, bergantian dan semakin berat....

...Naya menatapnya tak percaya. Kata-kata itu terdengar seperti penawaran dan peringatan dalam satu kalimat yang sama....

...“Tiga kali lipat…?” suaranya nyaris bergetar....

...Arya mengangguk. “Kau tahu apa artinya. Kau bisa menolak, tentu saja. Tapi jangan bohong — aku bisa lihat jawaban-nya di matamu.”...

...Tatapan Naya bergetar. Ia mencoba menahan diri, tapi tubuhnya justru semakin diam....

...“Saya setuju,” jawabnya akhirnya. Suaranya pelan, tapi tegas seperti seseorang yang baru saja menandatangani perjanjian dengan sesuatu yang tak kasat mata....

..."Aku tahu apa yang ku pilih barusan bukan sekadar angka di atas kertas. Kalimatnya, tatapan-nya, semuanya terasa seperti perjanjian tanpa tinta." Batin Naya berteriak....

...Tiga kali lipat gaji. Tawaran yang sulit di tolak oleh siapapun, termasuk gadis itu. Tapi bukan itu yang membuat Naya mengangguk....

...Bukan uangnya....

...Melainkan rasa penasaran yang aneh… seperti ingin tahu, siapa sebenar-nya pria yang bersembunyi di balik dingin-nya Duda berbuntut satu itu....

...Arya menyipitkan mata, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Cepat sekali kau mengambil keputusan,” katanya datar. “Pada dasarnya semua perempuan sama... Mata duitan.”...

...Naya tersenyum samar. “Bukan mata duitan, Tuan… hanya realistis.” Ia menarik napas, lalu menatapnya lurus. “Uang memang tak bisa membeli segalanya. Tapi tanpa uang, kita akan kesulitan bertahan lama di dunia ini.”...

...Arya tertawa pelan. Nada tawanya serak, dalam, dan entah kenapa justru menambah panas di antara keduanya. ...

...“Benar. Tapi kalau begitu… apa yang sebenarnya kau cari, Naya ?”...

...Tatapan Naya melunak, namun tak goyah. “Mungkin sesuatu yang tak bisa di beli dengan uang,” katanya perlahan. “Sesuatu yang membuat ku berhenti berlari.”...

...Arya menatapnya lama. Pandangan itu berat — seperti ada banyak hal yang ingin di ucapkan tapi terpenjara di tenggorokan....

...“Berhati-hatilah,” katanya akhirnya. “Semakin kau mendekat, semakin sulit untuk pergi.”...

...Naya tersenyum samar. “Siapa bilang aku ingin pergi, Tuan ?”...

...Dan keheningan kembali turun....

...Bukan keheningan kosong, tapi keheningan yang penuh bunyi — bunyi napas, jantung, dan sesuatu yang sedang tumbuh di antara keduanya....

..."Dia tak tahu betapa sulitnya aku menahan diri saat ini. Tatapan Naya, suaranya, bahkan caranya menatap balik tanpa takut — semua itu membuat ku terjebak dalam permainan yang seharusnya aku kuasai."...

...Arya hanya ingin menegaskan batas, memberi tahu bahwa hidup di sekitarnya berarti hidup dalam aturan yang dia tentukan. Tapi Babysitter itu… membuat segalanya kabur....

..."Saat gadis itu berkata “saya setuju”, aku tahu aku yang kalah lebih dulu. Gadis itu mungkin tampak rapuh, tapi di balik sorot matanya ada keberanian yang nyaris melumpuhkan."...

...Mungkin itu yang membuat Arya ingin terus menguji — sampai sejauh mana dia bisa bertahan. Atau mungkin, Duda itu hanya ingin tahu… sejauh mana dirinya sendiri akan kehilangan kendali....

...0o0_0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!