Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Kita ke rumah kamu dulu ya," ucap Tania menatap Candy. Candy mengerutkan keningnya bingung.
"Ngapain? Kalian pulang aja udah malam tahu," ujar Candy.
"Kita harus jelasin kenapa kamu telat ke ayah kamu," ujar Tania di angguki oleh Naysa.
"Padahal gak usah repot-repot ngejelasin," meski Candy berbicara seperti itu di dalam hatinya ia merasa tersentuh dengan tindakan yang dilakukan oleh Naysa dan Tania.
"Setidaknya kita bisa buat ayah kamu gak marah atau paling tidak marahnya gak lama," ucap Naysa.
Mereka pun berjalan menuju ke rumah Candy. Perjalanan terasa sunyi apalagi angin malam terasa sangat dingin. Suasana yang sepi ini membuat mereka merinding. Meski begitu untungnya setiap jalan ada lampu sehingga jalanan tidak gelap.
Sesampainya mereka di rumah Candy, mereka meneguk ludahnya susah payah begitu melihat Arya berdiri menjulang di depan pintu. Tatapannya sangat dingin membuat mereka merasa merinding. Mereka lebih takut ketemu Arya di bandingkan ketemu hantu.
"Kenapa baru pulang? " tekan Arya menatap ketiga gadis kecil yang menatapnya takut.
"Tadi kita ngaji lagi habis shalat isya om," ucap Tania gemetar. Ia takut melihat Arya, apalagi ia sedang bohong semoga Arya tidak menyadarinya.
"Iya om kan satu bulan sekali setiap habis shalat isya kita ngaji bareng dulu om," ujar Naysa yang sama gemetar karena takut. Demi apapun ayahnya Candy ini sangat menakutkan.
"Iya Ayah jadi Sesel pulangnya telat," ucap Candy.
"Kenapa kalian gemetar gitu ngomongnya? " tanya Arya menatap Naysa dan Tania.
"E-enggak kok om," ucap Tania berusaha berucap biasa saja, namun ucapan yang terlontar di mulutnya masih gemetar.
"Ki-kita gak ge-gemetar kok om," ucap Naysa gugup dan gemetar.
Candy menatap kedua temannya yang takut kepada ayahnya. Bahkan suara mereka sampai gemetar saking takutnya. Candy menatap Arya, pantas saja teman-temannya ketakutan berbicara dengan Arya. Mungkin mereka takut karena matanya yang tajam dan dingin tidak tersentuh lalu wajahnya yang selalu berwajah datar dan auranya terasa menakutkan. Pantas saja mereka takut kepada ayahnya.
"Ayah mereka takut karena ayah natap mereka tajam dan dingin," ucap Candy.
"Ayah natap mereka biasa saja," ujar Arya.
Arya menatap kepada Naysa dan Tania."Sudah malam sebaiknya kalian pulang nanti orang tua kalian mencari kalian, atau mau om antar jika kalian takut? "
"Gak usah om," ucap Naysa cepat. Mana mau ia di antar oleh Arya yang lebih menyeramkan dari hantu sekalipun. Lebih baik ia pulang sendiri saja.
"Iya gak usah om, kita pulang sekarang. Om jangan marahin Sesel ya karena telat pulang," ucap Tania.
"Saya tidak akan memarahi Sesel," ujar Arya.
"Kalau gitu kita pulang ya om," ujar Naysa.
Naysa dan Tania pamit dengan menyalimi Arya. Setelah itu mereka pergi, namun sebelum itu suara Arya membuat mereka berhenti berjalan.
"Terima kasih sudah mengantar Sesel," ucap Arya. Naysa dan Tania menoleh ke belakang.
"Iya sama-sama om," ucap mereka berbarengan lalu pergi meninggalkan rumah Candy.
Arya menatap Candy dengan wajah datarnya."Apa wajah ayah seseram itu? "
"Iya wajah ayah tuh seram banget, lagi ngomong biasa aja seram apalagi kalau marah. Maka dari itu ayah tuh jangan marahin Sesel terus, Sesel kan jadi takut sama ayah," setelah Candy mengucapkan itu ia masuk ke dalam rumah.
Arya berdiri di teras rumah lalu melihat wajahnya dari HP."Apa wajah saya emang seseram itu? "
*******
"Semoga Candy gak di marahin ayahnya," ujar Tania.
"Iya semoga aja, gak kebayang sih kalau Sesel di marahin sama om Arya seseram apa wajah om Arya," ucap Naysa. Ia bergedik ngeri membayangkan wajah Arya saat memarahi Candy.
"Gak marah aja nyeremin apalagi kalau marah beh gak kebayang seramnya," timpal Tania.
"Jangan di bayangin seram tahu," ujar Naysa.
"Nay mau nginap lagi di rumah aku? " tanya Tania mengalihkan pembicaraan. Ia merasa merinding kalau terus membahas itu. mereka sedang berjalan bersama di jalanan yang sunyi.
"Aku terlalu lama nginap di rumah kamu gak enak," ujar Naysa.
"Jangan merasa gak enak kayak sama siapa aja," ucap Tania.
"Tetap aja, aku merasa gak enak."
"Jangan merasa gitu, aku suka tahu kamu nginap di rumah aku dengan gitu aku gak merasa kesepian."
Mendengar ucapan Tania, Naysa menjadi ingat perkataan Rangga tadi. Tania pasti sakit hati mendengar ucapan Rangga apalagi dia adalah pamannya orang terdekat Tania. Tapi Rangga malah berucap seperti itu. Tania saat ini pasti sedang tidak baik-baik saja.
Naysa berniat pulang hari ini,tapi melihat kondisi Tania yang butuh tempat bersandar ia mengurungkan niatnya untuk pulang hari ini.
"Kalau gitu aku nginap sehari lagi ya?" tanya Naysa.
"Selamanya juga gakpapa kok,"
"Ngaco kamu," Naysa tertawa di akhir ucapannya. Tania pun ikut tertawa.
Naysa sudah menghentikan tawanya lalu menatap Tania."Makasih Yaya, udah mau nampung aku di rumah kamu," ucap Naysa tulus. Ia menatap Tania berkaca-kaca.
"Nanay jangan nangis ih, kamu ini gak perlu kayak gitu, kita kan teman anggap aja rumah aku rumah kamu juga," ucap Tania tersenyum.
"Pokoknya kalau ada apa-apa kamu harus cerita sama aku, setidaknya aku harus balas budi ke kamu, karena kamu udah ngebolehin aku nginap di rumah kamu, sebagai gantinya aku akan jadi tempat bersandar kamu, kamu boleh cerita apapun sama kamu mau mengeluh atau apapun itu kamu ceritain sama aku, jangan dipendam sendirian soalnya pasti bikin sesak dan sakit hati karena hanya memendam tidak di bicarakan," jelas Naysa panjang kali lebar, Tania tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Kenapa kamu ketawa? " tanya Naysa bingung. Tania meredakan tawanya lalu menatap Naysa.
"Kamu tadi bicara terus gak di rem," ujar Tania.
"Ih Yaya aku serius kamu malah ketawa," kesal Naysa.
"Aku terharu tahu kamu ngomong kayak gitu, biar gak kelihatan aku ketawa aja, kalau aku terharu nanti kamu pasti tersentuh terus nangis kayak tadi," ujar Tania.
"Aku gak nangis ya, " ucap Naysa.
"Iya sih gak nangis tapi matanya berkaca-kaca," goda Tania. Naysa menatap kesal Tania.
"Kamu ngejek aku? " kesal Naysa mengembungkan pipinya.
"Enggak Nanay, jangan ngambek dong liat pipi kamu udah kayak ikan buntal," ejek Tania.
"Tuhkan kamu ngejek aku lagi," Naysa memalingkan wajahnya agar tidak menatap Tania.
"Ututu Nanay ku yang cantik jelita jangan marah dong aku kan bercanda," ujar Tania membujuk Naysa agar tidak marah kepadanya.
"Aku gak marah kok karena aku baik hati dan tidak sombong," ucap Naysa.
"Iya-iya kamu mah baik hati dan tidak sombong."
Di sepanjang perjalanan menuju rumah Tania, mereka terus berbicara. Suara canda tawa membuat jalanan yang sunyi terasa lebih hangat.