Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.
Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murid Memusingkan
"AGUUSS!!"
Suara kencang Agam berhasil menginterupsi suara musik yang masuk ke gendang telinga Tina. Gadis itu menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya. Melihat itu, Agam kembali memanggilnya.
"Woi Agus!! Dipanggil Pak Reza nih!"
Kesal dipanggil Agus oleh Agam, murid bersama Tina itu mendekati teman sekelasnya dengan wajah memerah menahan amarah.
"Panggil apa tadi hah?" geram Tina.
"Agus. Nama kamu kan Agustina, lebih cocok dipanggil Agus daripada Tina. Lagian kamu ke sekolah pakai celana bukan rok, cocoklah dipanggil Agus, hahaha.."
Dengan cepat Tina menyumpal mulut Agam dengan tisu yang diambil dari dalam tasnya. Agam mengeluarkan tisu dari mulutnya lalu membuangnya asal. Kesal dengan apa yang dilakukan Tina, Agam pun mendekatinya. Tak takut dengan apa yang dilakukan Agam, Tina jutsru menantangnya. Keduanya kini sudah berdiri berhadapan. Zyan segera melerai dua muridnya yang siap berseteru.
"Tina.. ganti celanamu dengan rok dan rapihkan seragammu, cepat!."
Sambil mendengus kesal, Tina berjalan menuju toilet untuk mengganti bawahannya. Lima menit kemudian dia sudah selesai. Bagian bawahnya sudah berganti rok sepanjang lutut dan kemejanya sudah dimasukkan ke dalam rok. Gadis itu kembali mendekati Zyan.
"Sudah, Pak," ujar Tina sambil melihat pada Zyan.
"Segera masuk ke kelas."
Bertepatan dengan itu, suara bel berbunyi. Semua murid yang berada di lapangan bergegas menuju kelas masing-masing. Zyan pun berjalan menuju ruang guru. Sebentar lagi kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.
***
Bunyi bel terdengar tanda pelajaran terakhir akan dimulai. Zyan yang tidak ada kelas, menyempatkan diri untuk mengelilingi sekolahan. Menurut info dari penjaga kantin, sering ada anak yang kabur menjelang jam terakhir sekolah. Atau juga ada anak yang diam-diam merokok di bagian belakang sekolah. Pria itu segera menuju bagian belakang sekolah. Bagian belakang ini memang jarang terkontrol. Letaknya agak jauh dari bangunan utama dan temboknya gampang dilewati. Suasana sekitar juga sepi, jadi menjadi tempat yang pas untuk merokok.
Zyan sengaja berjalan perlahan tanpa suara ketika hampir mencapai belakang sekolah. Dari kejauhan, dia bisa melihat kepulan asap. Langkah Zyan semakin mendekat sambil mengendap-endap. Ketika sampai di tembok yang menjadi pembatas bagian belakang sekolah, nampak jelas seorang siswi tengah asik merokok dengan tenangnya. Matanya membulat saat mengetahui kalau siswi yang tengah merokok adalah salah satu murid kelasnya. Dengan cepat Zayn mendekat.
Mengetahui ada orang yang datang, siswi tersebut bermaksud membuang rokok, namun sayang, gerakan Zyan jauh lebih cepat. Pria itu menarik rokok yang baru habis setengah dari sela-sela jari sang murid lalu membuangnya.
"Tina!" panggil Zyan.
"Maaf, Pak. Mulut saya asem, habis makan bakso."
"Ikut saya ke kantor!"
Zyan membalikkan badannya. Namun kemudian dia melihat pemandangan lain. Seorang murid laki-laki mengendap-endap memasuki halaman belakang dengan tas tersampir di punggungnya. Kemudian dengan cepat dia berlari menuju tembok pembatas. Zyan pun bergerak cepat untuk menghalangi murid yang hendak kabur. Baru saja murid tersebut menaiki tembok, Zyan langsung menariknya turun lagi.
"Woi.. lepas! Siapa sih? Ah elah..."
Murid yang ternyata adalah Agam langsung membalikkan badannya. Kemarahannya seketika hilang dan berganti cengiran saat tahu kalau yang memaksanya turun adalah Zyan.
"Bapak.. hehehe.."
"Ikut saya ke kantor!"
Mau tidak mau Agam mengikuti langkah Zyan. Pria itu juga menggerakkan jarinya ke arah Tina, meminta gadis itu mengikutinya juga. Dengan kepala tertunduk, keduanya berjalan di depan Zyan. Sang guru Memang meminta keduanya berjalan di depan, agar tidak berusaha kabur lagi. Ketika melewati kelas yang menjadi tanggung jawabnya, matanya melihat ke kursi paling belakang. Nampak seorang siswa tengah tertidur dengan pulsanya. Murid itu sama sekali tidak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas.
Zyan berinisiatif masuk ke dalam kelas. Dia meminta ijin pada guru yang bersangkutan untuk membawa salah satu muridnya. Semua mata terus mengikuti Zyan yang berjalan ke arah belakang kelas. Teman duduk murid yang tertidur mencoba membangunkan temannya, tapi tidak berhasil. Sesampainya di depan meja murid itu, Zyan mengetuk meja dengan kencang. Sontak sang murid pun terbangun.
"Apaan sih!" sentak murid itu.
Kekesalan di wajahnya langsung berubah ketika tahu orang mengetuk mejanya adalah sang wali kelas. Murid tersebut langsung mengusap wajahnya, mencoba menghapus cairan yang sempat keluar dari sudut bibirnya sambil menegakkan diri. Semua penghuni kelas langsung melayangkan pandangannya pada keduanya, termasuk guru yang mengajar.
"Kamu.. ikut saya!"
Setelah mengatakan itu, Zyan segera berbalik dan berjalan menjauh. Mau tak mau sang murid mengikuti keinginan wali kelasnya. Di luar kelas dia bergabung dengan Agam dan Tina.
"Ketahuan tidur di kelas lagi ya, dasar PENTI!"
Dengan kesal, murid yang dipanggil Penti itu mengeplak kepala bagian belakang Agam. Namun pemuda itu tidak peduli. Dia meneruskan langkahnya menuju ruang guru. Sesampainya di sana, ketiganya duduk berhadapan dengan Zyan. Dengan wajah tanpa ekspresi, Zyan memandangi ketiga muridnya yang kerap membuat kepalanya pusing.
"Tanpa saya jelaskan, kalian sudah tahu apa kesalahan kalian."
"Iya, Pak," kompak mereka.
"Tina, kamu tahu kalau merokok itu dilarang di lingkungan sekolah. Apalagi kamu perempuan. Kamu belum bekerja, dapat uang dari mana kamu untuk membeli rokok?"
"Uang jajan, Pak."
"Apa Mamamu bekerja keras memberimu uang jajan hanya untuk dibelikan rokok? Apa Mamamu tahu soal ini?"
"Ngga, Pak. Tolong jangan kasih tahu Mama. Saya janji ngga akan ngrokok lagi," ujar Tina sungguh-sungguh.
Sebadung-badungnya Tina, gadis itu tetap tidak mau membuat Mamanya kecewa. Dia hanya hidup berdua saja dengan Mamanya setelah orang tuanya berpisah. Sang Mama bekerja keras membanting tulang demi memenuhi kehidupan mereka berdua karena ayahnya tidak pernah memberi nafkah untuknya.
"Agam, kenapa kamu mau kabur? Ini sudah ke sekian kalinya saya mendapat laporan kalau kamu sering mabal."
"Jam terakhir ada ulangan mendadak, Pak. Saya belum belajar soalnya, hehehe.."
"Terus, kalau kamu kabur, apa memberikan solusi untukmu?"
Tidak ada jawaban dari Agam. Sesungguhnya kepergian dari sekolah bukan untuk menghindari ulangan dadakan. Tapi melakukan sebuah pekerjaan. Selama tiga bulan terakhir, dia menjadi joki game online. Terkadang orang yang membutuhkan bantuannya meminta pemuda itu datang saat masih di jam sekolah. Selain bisa mendapatkan uang, Agam juga jenuh kalau harus dihadapkan pada pelajaran yang membuat kepalanya ingin meledak.
"Lalu kamu, Febri! Kenapa kamu selalu tidur di kelas? Apa orang tua kamu tahu kalau kamu ke sekolah cuma pindah tidur saja?"
"Orang tua saya mana peduli, Pak."
Febri berasal dari keluarga berada. Tapi dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Ayahnya adalah salah satu pejabat dan Ibunya adalah istri kedua ayahnya. Sehari-hari sang Ibu sibuk melakukan kegiatan sosial demi bisa mendapat pengakuan dari suaminya. Seminggu hanya satu hari saja waktu yang diluangkan ayah Febri untuk mengunjungi istri keduanya. Dia juga tidak pernah peduli pada Febri, membuat anak itu berlaku seenaknya. Setiap hari dia hanya menghabiskan waktu di depan komputer untuk bermain game online atau mempelajari software. Untuk urusan pelajaran apapun Febri tidak peduli, tapi dia sangat mahir menggunakan komputer, laptop dan sejenisnya. Bahkan dia pernah meretas salah satu situs judi online dan mendapatkan uang banyak darinya. Karenanya Agam memberinya julukan Pentium padanya.
"Sebentar lagi akan ujian akhir. Kalau kalian terus seperti ini, bisa-bisa kalian tidak lulus. Apa kalian mau mengulang pelajaran bersama adik kelas?"
"Ngga, Pak."
"Oke.. saya akan kasih hukuman buat kalian. Hari Senin besok sudah mulai Minggu tenang sebelum ujian akhir berlangsung. Saya mau kalian bertiga ikut bersama saya ke suatu tempat. Kalian akan tinggal bersama saya di sana sampai satu Minggu ke depan. Dan tidak ada alasan untuk menolak, mengerti?!"
"Mengerti, Pak."
"Sekarang kembali ke kelas. Selesai sekolah, kalian tidak boleh langsung pulang. Kalian bersihkan dulu seluruh toilet yang ada di sekolah!"
Ketiganya hanya menganga mendengar hukuman yang diberikan oleh sang wali kelas. Zyan memberi isyarat pada ketiganya untuk kembali ke kelas. Dengan langkah gontai, mereka keluar dari ruang guru dan kembali ke kelas.
***
Di hari yang dijanjikan, Zyan membawa muridnya ke tempat yang direncanakan. Pria itu ingin memberikan suasana baru pada ketiga murid badungnya. Selain itu, dia juga akan memberikan les privat agar semuanya mendapat nilai memuaskan.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam dengan mengendarai bus, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Tempat yang mereka datangi masih berada di desa yang sama. Semua desa yang ada di Tanjung Harapan memiliki luas seperti sebuah kecamatan. Zyan berjalan di depan, memandu ketiga muridnya. Jalan yang mereka lalui memiliki rute menanjak dan kanan kiri jalan hanya ditumbuhi pepohonan membuat suasana sekitar cukup adem.
Setelah berjalan selama kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Mata ketiga murid Zyan langsung tertuju pada Plang yang terletak di dekat Pagar besi. Di sana jelas tertera keterangan PONDOK PESANTREN ULUL ILMI.
***
Besok novel ini libur🤗
Ini aku kasih penampakan tiga murid Zyan yang bikin puyeng
Bobi alias Agam
Agus alias Tina
Pentium alias Febri
Minal aidin walfaidzin jg mak mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰
keburu lebaran ketupat belum di tangkap. hehehe
Goodlah Zyan dan Armin, setelah ini tinggal pantau aja kegiatan Marwan melalui cctv dan penyadapan.
tunggulah akan ada masa naya kau kena karma barli