NovelToon NovelToon
Cinta Kita Belum Usai

Cinta Kita Belum Usai

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Lari Saat Hamil / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:652.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Miss Yune

Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.

"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.

Akankah mereka bersatu kembali?

NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Ruangan yang tadinya penuh kehangatan tiba-tiba terasa dingin ketika suara dering ponsel Raka memecah keheningan. Nama di layar membuat jantungnya berdetak lebih cepat—James. CEO Starfood, pria yang karismanya tak pernah luput dari perhatian siapa pun di perusahaan, kini menghubunginya secara pribadi.

Walaupun mengenal James secara dekat, tetapi dia tidak dekat dengan pria itu. Kedekatannya hanya sebatas mengenal karena Raka lebih dekat dengan Silvia dibangingkan James. Itu pun sepertinya, James selalu cemburu dengan kehadiran Raka.

Raka menatap Gendhis sejenak sebelum mengangkat panggilan itu. Gendhis mengangguk sambil menepuk lengan Raka untuk menenangkan suaminya.

“Halo, Pak James?” Suaranya bergetar pelan, mencoba terdengar tenang meski dadanya penuh kecemasan.

“Raka, kau harus lihat media sosial sekarang juga,” suara James terdengar tegas di seberang sana. “Segera.”

Tanpa menunggu jawaban, panggilan terputus.Pria itu tidak menjelaskan lebih lanjut tentang ucapannya.

Raka menatap ponselnya sejenak, napasnya tertahan. Gendhis mendekat, menggenggam tangan suaminya dengan lembut. “Ada apa, Mas?”

“Aku harus cek sesuatu,” jawab Raka singkat. Jemarinya bergerak cepat membuka aplikasi media sosial, perasaannya tak karuan.

Begitu layar menampilkan beranda, Raka membeku.

Fotonya.

Atau lebih tepatnya, foto dirinya yang tertidur di samping Clara. Wajahnya terlihat jelas meski matanya terpejam, sementara Clara—dalam keadaan tidak senonoh—terlihat bersandar dengan ekspresi yang membuat siapa pun akan berpikir mereka baru saja melakukan sesuatu yang terlarang.

Bukan hanya satu foto. Ada serangkaian gambar, diikuti beberapa video pendek yang lebih menjijikkan.

Clara terlihat jelas dalam video itu, dengan pakaian minim, memperlihatkan sikap yang menggoda di depan kamera. Wajah Raka tidak sepenuhnya terlihat dalam video tersebut, hanya siluet samar dari seorang pria yang seolah menjadi "lawan main" Clara. Namun, dengan foto-foto yang tersebar sebelumnya, publik pasti akan mengira itu adalah Raka.

Warna wajah Raka memucat, matanya melebar menatap layar. Tangannya gemetar hebat saat ia menggulir ke bawah, melihat komentar yang bertebaran.

“Gila! Ternyata manajer itu main serong sama bawahannya!”

“Pantas istrinya posesif. Eh, tapi istrinya nggak sadar suaminya doyan jajan.”

“Cowok-cowok kantoran begini emang licik.”

Kata-kata kasar dan tuduhan keji menusuknya lebih tajam daripada pisau. Banyak sekali ketikan yang menyakiti hati dan menyudutkan Raka. Ternyata, Clara melakukan hal yang sangat busuk untuk menjatuhkannya.

Ponsel itu nyaris terlepas dari tangannya jika Gendhis tidak cepat-cepat mengambil alih. Matanya membaca postingan itu dengan cepat, lalu ia menatap suaminya.

Raka menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Aku… aku nggak…”

"Tolong percaya padaku, Sayang. Aku tidak pernah mengkhianatimu. Hanya kamu satu-satunya wanita dalam hidupku," ucap Raka sambil menggenggam tangan Gendhis.

Hati Raka sangat takut, dia khawatir Gendhis akan mempercayai semua unggahan yang ada di media sosial itu. Belum lagi hubungan mereka masih sangat rapuh. Gendhis mungkin saja akan meninggalkannya untuk kedua kalinya.

“Aku tahu, Mas,” Gendhis berbisik, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Ia meraih wajah suaminya, memaksa pria itu menatap matanya. “Aku percaya sama kamu. Mereka hanya mencoba menjatuhkanmu.”

Raka menggeleng pelan, napasnya memburu. “Tapi semua orang nggak bakal percaya. Mereka pasti pikir aku benar-benar melakukannya.”

“Kita bisa jelaskan semuanya,” jawab Gendhis tegas. Ia mencoba tetap tenang meski hatinya remuk melihat suaminya dihancurkan dengan cara sekeji ini.

"Tolong jangan tinggalkan aku, Sayang. Aku mohon." ujar Raka.

"Tentu aku tidak semudah itu percaya pada fitnahan mereka. Kamu tenang saja, aku tidak akan pergi lagi." Gendhis memeluk Raka untuk menenangkan sang suami.

Namun, rasa sakit Raka lebih dari sekadar reputasi. Harga dirinya diinjak-injak. Ia merasa tak berdaya, tak mampu melindungi dirinya sendiri, apalagi keluarganya.

Amarah mulai menguasainya. Ia bangkit, meraih jaketnya dengan gerakan kasar. “Aku harus ke kantor. Aku nggak bisa diam saja.”

Gendhis berdiri, menghalangi langkahnya. “Mas, tenang dulu. Pergi dalam keadaan marah nggak akan menyelesaikan apa-apa.”

“Aku nggak bisa diam, Ndhis! Mereka sudah melewati batas!” bentaknya, lalu terdiam sejenak, menyadari nada suaranya. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Maaf… aku… aku cuma…”

Gendhis meraih tangan suaminya, menggenggam erat. “Kita pikirkan baik-baik. Kalau Mas ke sana sekarang dalam keadaan emosi, Clara  justru bisa memanfaatkan situasi.”

Nama Clara membuat amarah Raka semakin memuncak. Ia tahu pria itu sejak lama mengincar posisinya. Tapi Raka tidak pernah menyangka perempuan licik itu akan bermain sejahat ini.

“Clara… dia pasti dalangnya,” gumam Raka penuh dendam.

Gendhis mengangguk pelan. “Iya. Tapi kita harus punya bukti sebelum bertindak. Kalau Mas cuma marah-marah tanpa bukti, mereka bisa balik menuduh Mas nggak profesional.”

Raka terdiam, mencoba mencerna kata-kata istrinya. Ia sadar Gendhis benar. Amarahnya hanya akan menjadi senjata bagi musuh-musuhnya.

Setelah beberapa saat hening, Raka berkata pelan, “Aku nggak bisa diam. Tapi aku janji, aku akan lebih tenang.”

Gendhis mengangguk. “Istirahat dulu, besok kamu bisa menjelaskanya pada Pak James.”

"Tapi, aku harus...."

Namun, Gendhis menggeleng keras, wanita hamil itu mencium bibir Raka dengan lembut. "Aku membutuhkanmu saat ini, perempuan itu sudah menyentuhmu. Aku ingin menghapus jejaknya."

Mata Raka mengerjap mendengar ucapan Gendhis. "Sayang, aku tidak pernah...."

"Stttt.... malam ini milik kita. Jadi, lupakan semuanya, Mas. Aku janji hal itu akan kita lewati bersama," tukas Gendhis membuat tubuh Raka tidak bisa menolak keinginan wanita tersebut.

Raka tak bisa membantah. Ia tahu, Gendhis adalah kekuatannya. Pria itu memilih untuk mewujudkan keinginan sang istri. Mereka mengarungi surga dunia bersama, walau hati Raka masih dipenuhi amarah pada Clara.

***

Keesokan harinya, Gendhis dan Raka menuju kantor. Walau sudah berusaha untuk mencegah agar Gendhis tidak ikut, wanita itu menolaknya. Gendhis bersikeras ingin mendampingi sang suami. Di perjalanan menuju kantor, suasana di dalam mobil terasa tegang. Raka menggenggam setir dengan erat, sementara Gendhis duduk diam di sampingnya, menatap keluar jendela.

Setibanya di kantor, suasana lebih panas dari biasanya. Bisik-bisik karyawan terdengar jelas saat mereka melewati lorong. Beberapa menunduk menghindari tatapan Raka, sementara yang lain menatapnya penuh rasa ingin tahu.

Raka melangkah cepat menuju ruangannya. Begitu pintu tertutup, ia menghempaskan dirinya ke kursi kerja, menarik napas panjang.

Beberapa menit kemudian, ponselnya kembali berdering. James.

Raka segera mengangkatnya. “Halo, Pak.”

“Raka, aku ingin bertemu denganmu di ruanganku. Sekarang.”

Nada suara James terdengar dingin dan tegas.

Raka menutup telepon, lalu menatap Gendhis. “James mau ketemu.”

Gendhis mengangguk. “Aku ikut.”

Sesampainya di ruang James, mereka mendapati pria itu duduk di belakang meja kerjanya, wajahnya penuh ketegasan. Di sampingnya, Silvia duduk dengan tatapan tajam, seolah mencoba membaca situasi.

“Saya ingin penjelasan,” kata James tanpa basa-basi, menunjukkan ponselnya yang menampilkan foto-foto itu.

Raka berdiri tegak. “Saya dijebak, Pak. Saya tidak melakukan apa pun.”

James menatapnya lekat-lekat, lalu mengalihkan pandangannya ke Gendhis. “Dan kamu percaya padanya?”

Gendhis mengangguk tegas. “Saya mengenal baik suami saya. Dia nggak bersalah.”

James terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Baik. Aku beri waktu untuk membuktikan bahwa ini jebakan. Tapi ingat, reputasi perusahaan juga dipertaruhkan.”

Raka mengangguk. “Aku akan buktikan, Pak. Aku janji.”

Namun, sebelum mereka keluar dari ruangan, pintu terbuka. Clara masuk dengan senyum sinis di wajahnya, ditemani Abram.

“Pak James, saya ingin bicara tentang masalah ini,” ucap Clara penuh percaya diri.

Raka mengepalkan tangannya, menahan amarah yang hampir meledak. Abram menatapnya dengan penuh kemenangan, pria itu seolah mengejeknya.

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca...

1
Heryta Herman
untuk hal profesional,clarq bisa di acungi jempol..tapi hal pribadi..itu sdh termasuk obsesi yg berlebihan...bisa di artikan dia ini pelakor yg pantang menyerah krna obsesi...profesional yg slh tmpt lah jau clara.../Chuckle/
Siti Kholimah
👍👍👍👍
irma hidayat
janji tak akan menyakiti lagi malah egomu hampir buatmu menyesal Raka bodoh
irma hidayat
salah sendiri harusnya tak ada suami jangan menerima tamu laki2 apalagi laki2 terang2an ingin merebut
Liliek Retno Yuwanti
durasi iklannya kepanjangan
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gt aja, terimakasih./Joyful/
total 1 replies
Habiba Habiba
bagus
Nasywa Humaira Zidny
terlalu berbelit belit jadi pusing
Nasywa Humaira Zidny
huh jadi bosan kalau cerita selalu ada calon pelakornya bikin enek maaf yach thor bisa gak cerita berumah tangganya jangan melibatkan pelakor kalau bisa cerita kehidupan yang harmonis saja tanpa embel embel pelakor sekali lagi maaf ya thor 🙏🙏🙏
Lita
pusing kan
tini karim
mau cerai saat hamil .. mirip novel2 lain pd umumnya
tini karim
kenapa kl ada masalah harus pk cara minggat ... sdh terlalu umum alur spt ini ...
Parah Sekali
nggak konsisten nih, kadang Surabaya kadang Jakarta, nama fajar kadang pandu, kadang fajar🤦
Parah Sekali
tadi katanya berisi
antha mom
makasih thor 👍
Aura Berlian
Luar biasa
septiana
siap kak...
nia maryana
Kecewa
Miss Yune: lain kali ga usah baca novel saya ya.
Miss Yune: waduh, kakak. dah saya bilang jgn tinggalkan rating jelek. nyebelin km rating saya turun karena kamu!
total 2 replies
Maria Magdalena Indarti
Abram & Clara terima hukuman mu
Maria Magdalena Indarti
sesal kemudian ga ada gunanya
Maria Magdalena Indarti
Clara & Abram saling bermusuhan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!