Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan?
Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan—dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya.
Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja.
Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Kamu Dimana Buah Hatiku?
Namanya Bayu Firmansyah.Seorang pria berparas rupawan yang dikenal calm dan tidak banyak tingkah. Tidak suka bergaul dan lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di luar kota. Ia bahkan menjadi anak kebanggaan ibunya. Namun, siapa sangka dibalik sikap pendiam itu ada jiwa brutal yang tersembunyi.
Duduk di meja bartender, sudah beberapa gelas minuman haram ia tenggak. Membuat sekeliling terasa berputar dalam pandangannya.
"Tambah lagi!" ucapnya kepada seorang wanita berpakaian terbuka yang duduk di samping.
Bayu mengulas senyum tipis. Mengeluarkan selembar pecahan 10 O ribuan yang kemudian diberikan kepada wanita tadi.
"Hey, dari mana saja kamu? Lama tidak ke sini." Seorang pria tiba-tiba menepuk bahunya.
Bayu mendongakkan kepala demi menatap pria itu. Itu Bima, seorang teman yang bekerja sebagai petugas keamanan di tempat hiburan malam tersebut.
"Hey, Bro! Beberapa minggu ini kerjaanku banyak. Makanya baru sempat datang."
"Oh ...." Bima mengangguk pelan, kemudian duduk di samping temannya itu. "Tidak main lagi? Ada banyak barang baru di sini," tawarnya, seraya menunjuk beberapa wanita yang duduk berjejeran dengan pakaian kurang bahan. Salah satu di antaranya bahkan melambaikan tangan sambil mengelus paha.
"Aku lagi malas sama yang ada di sini. Sedang tertarik dengan yang ada di rumah."
"Wohoo! Siapa?"
Bayu tertawa pelan. "Penyewa di rumah ibuku. Masih muda dan cantik, sayang sudah punya anak."
"Janda?"
"Bukan. Dia masih lajang, tapi punya anak."
"Tidak masalah punya anak.Yang penting layanan memuaskan ."
"Itu sih, harus!"
Keduanya masih menikmati minuman, mengobrol sambil tertawa ketika beberapa pria berpakaian hitam datang. Menghampiri beberapa orang sambil bertanya. Sebagai orang kepercayaan pemilik Club yang bertugas menjaga keamanan, tentu saja Bima langsung maju.
"Apa Tuan Rizal tidak ada di sini?" tanya pria itu.
"Bos Rizal sedang keluar kota," jawab lelaki itu. "Memangnya ada perlu apa?"
"Saya sedang mencari seorang wanita yang pernah dijual Tuan Rizal kepada majikan saya beberapa bulan lalu."
"Memangnya wanita mana yang dicari?"
Pria berpakaian hitam itu menunjukkan layar ponsel yang menampilkan foto seorang gadis. Dahi Bima berkerut tipis, mencoba mengingat wanita itu.
"Oh, ini si gadis satu miliar, namanya Ajela. Tapi maaf, saya tidak tahu di mana dia. Karena kami hanya bertemu dengannya malam itu. Dia juga bukan anggota di club ini."
"Kapan Tuan Rizal pulang?"
"Mungkin besok."
"Baik, kalau begitu besok saja saya datang lagi."
Pria misterius itu langsung pergi tanpa permisi. Membuat Bima mendengkus kesal. Enak sekali datang mencari informasi, lalu pergi tanpa permisi.
Tanpa disadari oleh Bima, raut wajah Bayu sudah berubah mendengar nama yang baru saja disebut temannya itu.
"Bro, memang siapa yang dicari tadi?"
"Seorang gadis perawan yang pernah dijual bos seharga satu miliar. Yang beli orang kaya raya. Entah mereka mau apa lagi dengan gadis itu."
"Tadi aku dengar kamu menyebut namanya Ajela.
Memang orangnya secantik apa sampai dibeli satu miliar?"
Bima langsung mengeluarkan ponsel dari saku jaket. Lalu membuka galeri dan mencari sebuah foto. Beruntung foto wanita yang ia maksud masih ada di galerinya.
"Ini orangnya!" ucap Bima sambil menggeser ponsel ke hadapan Bayu.
Bola mata Bayu seketika melebar setelah melihat foto tersebut. Ya, itu benar-benar Ajela. Bayu hampir tak percaya dengan temuan mengejutkan ini.
"Berarti benar dugaanku bahwa anaknya Ajela itu hasil hubungan gelap. Seorang pria pernah nekat membayarnya satu miliar? Hemm menarik sekali!" Bayu bergumam dalam hati.
**
**
Pagi hari Ajela sudah berada di teras rumah. Duduk berselonjor dengan membaringkan Baby Boy di kakinya. Menikmati mentari pagi yang hangat. Sebuah kain tipis ia gunakan untuk menutup mata bayi mungil itu.
Ajela tertawa kecil melihat putranya yang bergerak-gerak gelisah akibat matanya ditutup. Baby Boy yang kini berusia satu bulanan itu sudah bisa melihat objek dari jarak dekat. Terkadang ia merespon dengan senyum tipis jika Ajela berbicara dengannya.
"Uh, gantengnya anak mama. Mirip siapa ini?" Ajela seketika tersadar dengan ucapannya barusan. Tentu saja bayi kecil itu sangat mirip dengan papanya.
Ajela membelai puncak kepala putranya. Menarik napas dan menyakinkan diri dalam hati,bahwa ia sanggup membesarkan anaknya seorang diri. Mungkin setelah semuanya membaik Ajela akan mulai mencari pekerjaan.
Beberapa hari lalu, Bu Rina telah menawarkan diri untuk menjaga Boy, sehingga Ajela bisa bekerja. Tentunya, jika kondisi fisik Ajela sudah sehat dan siap untuk bekerja.
"Ibu mau ke mana?" tanya Ajela ketika melihat Bu Rina keluar dari rumah dengan membawa koper kecil.
Wanita itu tersenyum ramah.Menghampiri Ajela yang masih duduk di teras. "Ibu mau keluar daerah dulu, ada acara keluarga. Cuma tiga hari, kok."
"Ibu perginya sendirian?"
"Iya, Ajela. Bayu tidak bisa ikut. Semalam keluar dan baru pulang subuh. Makanya sekarang tiduran aja di kamar."
"Jadi perginya naik apa, Bu?"
"Naik mobil, ini ada saudara yang mau jemput. Paling sebentar lagi sampai."
Senyum tipis terlukis di sudut bibir Ajela. "Kalau begitu hati-hati di jalan, Bu."
"Kamu juga hati-hati di rumah. Kalau mau masak ke sebelah saja. Di kulkas ada banyak bahan makanan."
"Terima kasih, Bu."
**
**
Di kantor ...
"Kamu di mana sih, Nak?
Kenapa susah sekali menemukan kamu?" Alvian mendesahkan napas panjang sambil memandangi foto putranya.
Tak tahu harus melakukan apa lagi untuk mencari Ajela. Semua cara sudah dilakukan. Melibatkan anak buahnya, menggunakan bantuan polisi, menyewa detektif, bahkan Alvian membayar mahal seorang hacker untuk meretas CCTV di jalan-jalan. Namun, petunjuk terakhir Ajela turun dari bus dan menghilang di lautan manusia.
Ingin sekali Alvian melakukan usaha yang menurutnya akan berhasil, yaitu memasang iklan pencarian dengan imbalan uang banyak bagi yang menemukan.
Namun, ia takut Ajela mengetahui itu dan bersembunyi lebih jauh.
Tentu saja hal itu akan semakin menyulitkan pencarian. Selain itu, Ajela dan anaknya bisa saja menjadi target kejahatan orang-orang tak bertanggung jawab.
"Al, ada petunjuk tentang Ajela!" Galih tiba-tiba memasuki ruang kerja Alvian dengan tergesa-gesa.
Bersambung ~