Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Kalian?
Vino baru saja tiba di rumah, dengan tas kerja yang ia tenteng di tangan kananya, dasi yang sudah ia lepas. Wajah lelahnya terlihat begitu jelas. Saat kedua matanya melihat lampu kamar orangtua nya sudah menyala, pikiran Vino tertuju pada Rahma. Dirinya belum berhasil membawa Rahma pulang, walau sudah beberapa kali ia berusaha untuk mengajak Rahma kembali ke rumah keluarga besar Subagyo.
Bukan tanpa alasan ia mengajak Rahma untuk pulang, karena ia tahu kalau sang papah sangat menyayangi Rahma layaknya seperti putrinya sendiri. Mungkin Nugraha akan bertanya kepadanya ketika melihat dirinya pulang sendiri tanpa sang istri bersamanya.
Vino menegur sang papah tatkala melihat Nugraha yang sedang berada di ruang tamu bersama mamah Amara. Hari ini ia masih mempunyai alasan kalau rahma sedang menginap di rumah orangtuanya. Tapi entah beberapa hari ke depan kalau vino belum juga bisa membawa Rahma pulang, ia haru mencari cara agar bisa mengajak Rahma kembali agar orangtuanya tidak curiga dengan masalah di antara mereka.
"Loh, kok kamu sendirian, Vin... mana Rahma?" Tanya Nugraha saat Vino mencium tangan Amara.
Vino duduk di sebrang sofa dengan meletakan jas dan tas kerjanya di dekatnya. "Rahma masih belum mau pulang, pah. Mungkin masih kangen sama ibu dan ayahnya." Jawabnya tak berani menatap wajah sang papah di hadapannya.
"Oooh, gitu... padahal papah mau kasih dia oleh oleh... Gimana bulan madunya, sukses?" Ledek Nugraha pada putra tunggalnya.
"Apa sih, pah... kaya gak pernah bulan madu aja sama mamah." Sahut Vino
"Papah kamu tuh, waktu bulan madu ke Amrik gak mau ke luar kamar... mamah di kurung terus, sampe susah mau jalan jalan juga." Celetuk Amara menimpali pembicaraan ayah dan anak.
"Udah ahhh, jangan bahas itu,... Vino mau bersih bersih dulu." Vino berjalan meninggalkan orangtuanya yang masih membahas bulan madu mereka kala itu.
Vino menaiki tangga demi tangga, tapi otaknya sedang memikirkan cara untuk membawa Rahma kembali tanpa merasa takut kepadanya dan yang paling penting menutup mulut Rahma untuk tidak membongkar kebusukan dari apa yang ia sembunyikan beberapa tahun belakangan dan sampai sekarang.
Sampainya di kamar, Vino melempar tas kerjanya, merogoh ponsel yang ada di saku celana. Jarinya mencari nomer kontak seseorang untuk ia hubungi, entah apa yang mereka bicarakan lewat panggilan tersebut. Yang pastinya ia memiliki rencana untuk bisa membawa Rahma kembali ke rumah.
"Gue tunggu kabarnya sampai jam sebelas malam... kalau loe gak bisa, gue gak bakalan bayar lo sepeser pun." Ucap Vino setelah ia. menyelesaikan panggilannya.
.
.
.
Di rumah sakit, Rahma sudah sadarkan diri. Matanya berkelana melihat suasana yang nampaknya beda dari rumah kontrakan yang ia tempati. Hidungnya mencium bau dari obat obatan dari rumah sakit. Dan ketika ia melihat tangan kirinya terdapat selang infusan barulah ia tahu kalau dirinya memeng benar berada di rumah sakit.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadarkan diri, Rahma." Ucap Yazid membuat Rahma menoleh ke asal suara Yazid.
"Kenapa aku bisa ada di sini, kak?" Tanya Rahma bingung.
Yazid mendekati Rahma matanya menatap wajah Rahma yang masih begitu pucat pasih.
"Kakak yang bawa kamu kesini, kakak datang ke kontrakan kamu, setelah menerima telepon dari kamu yang kakak dengar suara orang yang jatuh kelantai, dan kakak lihat kamu sudah pingsan waktu kaak buka pintu bersama bu Atikah." Jawab Yazid menceritakan apa yang terjadi dengan Rahma.
Rahma berusaha untuk bisa duduk, tapi pada akhirnya ia tidak bisa karena ia. merasakan perut sebelah kananya terasa sakit.
Yazid berusaha untuk membantu, namun tangan Rahma menyingkirkan tangan Yazid untuk tidak menyentuh bagian pinggulnya saat ini.
"Awww" Keluh Rahma
"Apa perut kamu masih sakit Rahma?" Tanya Yazid meyakinkan.
Rahma menganggukkan kepalanya, matanya terpejam meringis menahan sakit.
Yazid menekan tombol pada sisi kiri tempat tidur Rahma, untuk memanggil suster atau dokter.
Beberapa menit kemudian suster datang bersama dokter. Dokter minta Yazid untuk keluar sebentar karena dokter akan memeriksa kembali keadaan Rahma. Dokter memberikan banyak pertanyaan kepada Rahma, untuk memastikan sakit yang dirasakan Rahma. Dokter meminta Rahma untuk tetap berbaring.
"Suster, tolong siapkan ruang operasi sekarang juga." Ucap dokter memerintah kan satu suster untuk melakukan tindakan pada Rahma.
"Operasi, dok?" Tanya Rahma yang masih menahan rasa sakit pada perutnya.
"Saya sudah melakukan pemeriksaan sebelumnya, dan kami temukan kalau usus dalam perutmu sudah harus ditindak lanjuti, kalau tidak akan berakibat fatal pada kesehatanmu." Jelas dokter.
Deg
Rahma terkejut dengan apa yang dokter katakan, bagaimana ia bisa seperti ini. Dalam kondisi nya saat ini, ia memikirkan biaya rumah sakit, karena uang dalam ATM sudah berkurang, dan bila dokter melakukan operasi sekarang darimana ia mendapatkan tambahan untuk membayarnya.
"Tidak bisa ditunda kah, dok?... masalahnya bulan depan atau dua minggu lagi, karena jujur saya tidak mempunyai banyak uang untuk biaya operasi nya." Tolak Rahma.
"Untuk biaya sudah dibayarkan oleh suami anda, mba."
Rahma terdiam dengan apa yang dikatakan dokter barusan.
"Suami?... suami saya ada di sini, dok?" Tanya Rahma kembali.
Dokter mengiyakan apa yang Rahma tanyakan kepadanya, karena yang dokter tahu Yazid setia menunggu Rahma sampai sadar dan Yazid pula yang membayar biaya rumah sakit untuk Rahma.
Rahma ingin menjelaskan namun rasa sakitnya bertambah sakit saat ini, sehingga ia tidak bisa menjelaskan kepada dokter tentang Yazid.
Suster mendorong ranjang yang sedang Rahma tiduri ke ruangan operasi. Saat itu juga Yazid melihat dokter dan suster membawa Rahma.
Yazid menghentikan langkah kaki suster yang membawa Rahma yang saat ini terbaring lemah, dengan mata yang memerah dan mengeluarkan air mata.
Dokter memberi tahu Yazid kalau operasi harus dilakukan malam ini juga, kalau tidak Rahma akan terus merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perut nya.
Yazid mengikuti langkah kaki dokter dan suster sampai ke pintu ruang operasi.
"Anda bisa menunggu istri anda di sini!" Ucap Dokter menghentikan langkah kaki Yazid.
Yazid diam, tak ingin berdebat untuk menjelaskan status nya dengan Rahma hanyalah seorang teman saja.
Yazid duduk menunggu di depan ruang operasi, dalam kondisi dan situasi seperti ini. Ingin rasanya ia memberi tahukan kondisi Rahma kepada Kia, kakaknya Rahma. Tapi ia sudah berjanji pada Rahma untuk tetap menyembunyikan semua yang terjadi pada Rahma.
Dua jam berlalu, operasi pun telah selesai di lakukan, selang beberapa menit suster membawa Rahma ke ruang pemulihan, dan Yazid pun menunggu dengan setia.
"Kenapa di usia mu yang masih muda, kamu harus memikul ini sendirian Rahma? kakak gak tahu apa yang kakak lakukan saat ini benar atau tidak, karena menutupi apa yang terjadi pada dirimu!" Lirih Yazid yang merasa sedih dengan kondisi rahma saat ini.
Mata Rahma masih terpejam, dengan baju pasien yang ia kenakan. Yazid menunggu di sofa di dekat ranjang pasien. Baru saja ia akan memejamkan mata, tiba tiba empat orang dengan wajah yang ditutup topeng menerobos masuk ke ruangan Rahma.
Yazid sontak kaget dan berusaha untuk melindungi Rahma.
"Siapa kalian?" Tanya Yazid
Tiga orang mengepung Yazid, dan satu orang mendekati Rahma yang masih belum sadarkan diri.
satu suster yang akan masuk ke dalam ruang Rahma mendengar keributan di dalam sehingga suster yang akan melihat kondisi Rahma sampai berbalik arah, dan memanggil penjaga kemananan di dekat ruangan tersebut dan memberi tahukan bahwa ada keributan di dalam ruangan Kencana 003.
Yazid menendang satu orang diantara mereka hingga jatuh ke lantai, dengan sigap Yazid membalas setiap pukulan yang mereka layangkan kepadanya, dua orang berusaha untuk memegangi tubuh Yazid hingga akhirnya Yazid pun terkena pukulan dari lami laki bertubuh tinggi besar.
Kedua sudut bibir Yazid mengeluarkan darah, amarah dalam hatinya bergejolak, ketika melihat salah satu dari mereka berempat melepaskan infusan yang ada di tangan Rahma. Dengan sekuat tenaga Yazid bisa terlepas dari dua orang yang menahannya.
Yazid tak ingin wanita yang ia sayangi di sakiti oleh penjahat tersebut, sehingga Yazid menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkan seluruh tenaganya agar bisa terlepas dari dua laki laki yang memegangi nya.
Yazid membenturkan kedua penjahat terebut ke dinding, dan dengan mudahnya ia berlari untuk menghentikan penjahat yang satu yang akan membawa Rahma pergi, darah di tangan Rahma menetes ke lantai akibat penjahat itu dengan paksa melepas infusan yang ada di tangan Rahma.
Rahma yang belum sadarkan diri akan dibawa pergi oleh penjahat berbadan kekar, namun langkahnya terhenti ketika ada empat security datang memasuki ruangan yang sudah berantakan akibat ulah ke empat penjahat tersebut.
Penjahat yang akan membawa Rahma tak bisa berkutik ketika dua security menahannya, Yazid dengan sigap menahan bobot tubuh Rahma yang hampir jatuh.
Dua penjahat tertangkap dan dua lagi melarikan diri lalu di kejar oleh dua orang security. Suster langsung menangi Rahma yang belum sadarkan diri, dan memasangkan infusan pada tangan Rahma. Yazid yang terluka cukup parah di bagian wajahnya ditangani oleh perawat laki laki yang kebetulan berjaga jaga untuk melawan empat penjahat tadi.
"Mas, lukanya biar saya obati... hidung dan bibirnya mengeluarkan darah bila tidak di obati akan mengalami pendarahan yang lebih banyak lagi." Ucap perawat pria yang membawa Yazid ke ruang perawatan.
Yazid masih memikirkan kondisi Rahma saat ini, ia akan merasa bersalah bila terjadi sesuatu yang fatal pada Rahma, sehingga ia meminta suster untuk menempatkan Rahma di ruangan yang lebih aman agar tidak lagi terjadi hal seperti ini.
Yazid masih memikirkan siapa orang yang tega melakukan hal ini kepada Rahma, padahal Rahma dalam. kondisi yang lemah tak berdaya. Apa motif dari penjahat penjahat itu akan membawa Rahma.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/