"Aku rela memberikan segalanya, hanya untuk satu malam dengan mu. Aku rela membahayakan hidupku hanya untuk bersama mu. Aku mencintaimu Badai." __ Cheryl.
"Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun!" __ Badai.
Berawal dari kenakalan remaja sampai melibatkan dendam masa lalu orang tuanya.
Hay gais cerita ini masih prekuel 'Second Wife' juga masih sekuel dari 'Sexy Little Partner' dan semoga menjadi bacaan yang mengisi waktu luang kalian.
Genre Teen-Angst, jadi siapkan jantung waras kalian karena setiap part nya mengandung desir degup yg tak biasa.
Happy reading Baby.... 🥳
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[Menyerah]
Dhyrga, Raja telah sampai di kontrakan milik Badai dan Cheryl, meski sudah menemukan tempat tinggalnya tapi tak semudah itu menemukan sepasang suami istri muda itu.
Ada aturan-aturan yang telah ditentukan dan harus mereka patuhi. Menggeledah properti orang lain termasuk pelanggaran. Entah itu orang kaya, miskin, mereka menetapkan aturan yang sama.
Itu lah mengapa mafia-mafia di kota ini terbilang aman. Bahkan untuk aparat saja, mereka harus memiliki izin penggeledahan resmi bukan?
Kenyataannya adalah, semua harus terjadi sesuai ketentuan yang berlaku. Begitu pula dengan Raja, Dhyrga, dan Gustav. Mereka sama-sama terkatung menunggu keluarnya Cheryl dan Badai yang tak ada nampak bahkan sampai siang tiba.
Brugh...
Raja baru masuk ke dalam mobil miliknya. Ia membawa dua roti lapis besar, satu untuk Dhyrga dan satunya lagi untuknya.
"Kita makan dulu. Setidaknya, kita perlu tenaga ekstra untuk menemukan putra-putri nakal mu!"
Dhyrga terus menatap hunian sederhana yang diduga tempat tinggal putrinya.
"Cheryl yang sedari kecil aku berikan fasilitas terbaik, dia harus tinggal di tempat sederhana seperti ini. Apa setiap malam dia kedinginan? Menurut mu, selama hampir tiga bulan terakhir, putriku makan apa?" Tanyanya.
"Ayolah." Raja berdecak.
"Badai pasti memberikan yang terbaik untuk istrinya. Putrimu sudah besar, sekarang yang mencintainya bukan hanya Abang saja, tapi juga suaminya. Nanti, setelah Chika dewasa, mungkin aku juga tidak rela melepasnya, tapi hidup terus berjalan. Putri yang kita besarkan dengan penuh kasih sayang, juga butuh pasangan."
"Tapi kenapa harus Badai?" Sambung Dhyrga.
"Jodoh." Raja memaksa tangan Dhyrga menerima roti pemberiannya. "Sekarang makan, kita masih perlu banyak tenaga untuk membawa pulang Cheryl kita."
Dhyrga terkekeh getir. Bagaimana bisa Dhyrga berselera untuk memakan roti lapis yang dibandrol dengan harga 300 pound? Sedang ia tahu, tempat tinggal putrinya hanya berkisar 300 pound perbulan.
"Ini definisi cinta yang bodoh. Dan putriku terlalu bodoh. Aku tidak mengerti, meniru siapa dia ini? Tak ada seujung kukunya Queen sama sekali." Dhyrga merutuk.
Raja tersentil hingga gelak tawa tiba-tiba mengudara. "Meniru siapa lagi. Tentu saja Cheryl meniru Abang. Apa Abang lupa? Kau bahkan rela menjadi bujang tua hanya untuk anak bau kencur yang masih duduk di bangku SMA!" Oloknya.
"Sial!" Dhyrga menampik kepala adik iparnya. Dengan tawa cekikikan. Mereka melanjutkan sarapan meski cuaca sudah cukup siang.
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Di tempat yang tak jauh dari mobil Dhyrga Miller. Ada mobil Gustav yang juga siaga. Sama seperti mobil milik Dhyrga dan Raja. Mobil Gustav terparkir di depan gang tersebut demi menunggu keluarnya Badai Laksamana dan Cheryl Arsya.
"Lihat, ternyata tuan Dhyrga dan Tuan Raja juga sampai di sini. Apa mereka juga diberi tahu seseorang?" Kata sopir Gustav.
"Masa bodo. Aku tidak peduli. Terpenting, kita harus cepat memisahkan Badai dan perempuan murahan itu. Mungkin Dhyrga dan Raja ke sini untuk mengambil putri murahan mereka. Dan kita hanya akan mengambil Badai saja." Angkuh Gustav.
"Siap Bos."
...✴️🔸🔸🔸✴️...
^^^Pada lain tempatnya lagi.^^^
"Kenapa kita lewat sini Alice?" Cheryl bertanya pada Alice. Ia bingung saat Alice mengajaknya keluar dari rumah dengan cara yang aneh.
Cheryl harus menerobos ke ruangan bawah tanah yang pengap. Lalu, di ujung ruangan itu ada pintu yang terhubung dengan garasi mobil milik rumah besar Alice. Di tempat tersebutlah, Badai menitipkan mobil milik Endre.
"Sayang. Kamu baik-baik saja kan?" Badai menyambut dan memastikan istrinya tidak gemetar setelah melewati ruangan pengap.
Pagi saat berangkat ke bar. Badai melihat Dhyrga dan Raja mondar-mandir di depan gang. Beruntung, kekasih Alice memberikan tumpangan, maka pagi tadi Badai keluar tanpa diketahui.
"Tidak. Tapi kenapa kita harus lewat sini?" Tanya Cheryl kembali.
Alice menyela. "Di depan sana ada beberapa mobil. Dan Mike bilang, mereka itu orang tua kalian." Ujarnya.
"Daddy maksudnya?" Cheryl menatap suaminya. Dan Badai mengangguk. "Kita pergi dari tempat ini." Ajaknya.
"Iya." Setelah cukup lama terdiam Cheryl masuk ke dalam mobil mewah Endre.
"Hati-hati Sayang." Segera Badai berlari memasuki pintu kemudi.
"Terima kasih Alice."
"Sama-sama Misya. Semoga di lain kesempatan, kita dipertemukan kembali."
"Aamiin. Tunggu aku datang lagi Alice."
Cheryl tersenyum pada anak dari pemilik kontrakannya, ia memberikan lambaian tangan perpisahan bersamaan dengan melajunya sang mobil.
Kendaraan itu berlalu dari tempat Alice tanpa melewati mobil- mobil milik Gustav dan Dhyrga.
"Sejak kapan Daddy di depan sana?" Setelah mengumpulkan cukup keberanian, pada akhirnya Cheryl bertanya.
"Sudah dari pagi sekali."
Cheryl mengernyit. "Kakak tahu Daddy dan Uncle di sini dari pagi tadi tapi Kakak baru bilang sama Cheryl sekarang?" Tukasnya.
Badai menoleh sekilas, lalu meraih tangan mulus istrinya. Sejatinya ia menyesal mendapati Wajah kecewa Cheryl.
"Maaf. Tapi Kakak takut Baby menemui mereka. Mungkin Kakak egois. Tapi itu semua karena Kakak tidak mau berpisah dari mu."
Cheryl terdiam. Ia tak tahu harus bicara apa lagi selain berpaling ke arah jendela. Jujur saja ia kecewa dengan sikap suaminya.
Cheryl sangat merindukan ayahnya, tapi demi bersama Badai ia harus lari dari kasih sayang orang tuanya. Cheryl termenung di atas jok mobil milik Endre, sedang suaminya fokus menyetir.
Lihat saja, sebentar lagi Cheryl sudah harus merogoh kocek hampir dua ratus pound hanya untuk bahan bakar mobil mahal Endre.
Dari pemilik kontrakan Cheryl mendapatkan kembalian tiga ratus pound karena waktu sewanya belum penuh tiga bulan.
Dari gaji terakhir Badai Cheryl memiliki tiga ribu pound. Dan dari sisa uang yang ia miliki untuk makan sehari-hari, masih ada dua ribu pound.
Sebesar lima ribu tiga ratus pound uang yang saat ini Cheryl genggam, dan itu belum diambil biaya bensin nantinya.
Bayangkan, jumlah itu bahkan tidak lebih dari uang mingguan Alex dan Axel yang biasa menghabiskan puluhan ribu pound saat berada di negara ini.
Akankah mereka sukses tanpa bantuan orang tua? Saat ini otak Cheryl dipenuhi dengan nominal.
Sewa rumah, kebutuhan dapur, sabun mandi dan sabun cuci, biaya makan sehari-hari, juga keperluan tak terduga seperti obat-obatan.
Kehidupan nyata Badai dan Cheryl sangat jauh dari kisah cinta CEO yang menikahi putri bangsawan.
Badai harus mencari pekerjaan baru di tempat yang baru. Bukankah perkara ini juga terbilang sulit? Terlebih, tanpa ijazah dan kartu identitas yang cukup meyakinkan.
Dua setengah bulan yang lalu saja, ke sana kemari Badai mencari lowongan kerja dan baru mendapatkannya setelah pemilik kontrakan menjadi koneksi untuk mereka.
"Sayang kenapa melamun?" Badai meraih tangan mulus istrinya lalu ia kecup beberapa kali.
Cheryl menoleh nanar. "Seandainya kita pulang ke rumah utama Daddy. Apa Kakak mau?"
"Apa tidak ada usul lagi yang lebih bagus dari menyerah?" Badai mengerut kening tipis.
"Ide itu juga bagus. Daddy Dhyrga baik, dia sayang sama Cheryl, apa lagi Mami, biar jutek begitu, tapi Mami Queen juga sangat baik. Gimana kalo kita pulang saja ke rumah utama Daddy. Kita bisa minta perlindungan ke mereka kan?"
Badai terkekeh getir. "Jadi Baby meragukan kemampuan ku?"
...Akan up lagi yah.. Terima kasih masih setia bersama kooh yang lagi dalam keadaan mabok huhu, semoga nggak mempengaruhi feel dari karya ini 🥳💋...