Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Keberanian dalam Diam
Widuri membaca pesan itu berkali-kali. Kata-kata Damar terasa masuk akal.
“Terima kasih, Damar. Kamu selalu tahu cara buat aku merasa lebih baik.”
“Karena aku peduli sama kamu, Widuri.”
Kalimat itu membuat Widuri terdiam. Dia tidak tahu bagaimana membalasnya, jadi dia memilih untuk mematikan ponsel dan mencoba tidur.
Namun, kata-kata Damar terus terngiang-ngiang di kepalanya.
---
Pagi itu, Widuri bangun dengan perasaan campur aduk. Kata-kata Damar dari malam sebelumnya masih melekat di pikirannya, memberinya keberanian untuk menghadapi apa pun yang terjadi hari ini. Dia tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan gosip Galuh menghancurkan reputasinya.
Saat tiba di sekolah, dia sudah memutuskan untuk tetap tenang, seperti yang disarankan Damar. Widuri berjalan ke kelas dengan kepala tegak, meskipun dia bisa merasakan bisikan dan tatapan teman-temannya.
Di dalam kelas, Rani menyapanya. “Wid, kamu baik-baik aja?”
Widuri mengangguk sambil tersenyum. “Aku baik, kok. Aku nggak mau ambil pusing soal gosip itu.”
Rani menghela napas lega. “Syukurlah. Tapi aku tetap ada di pihak kamu, ya.”
“Terima kasih, Rani. Aku menghargai itu.”
Saat istirahat, Widuri memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Dia berpikir bahwa suasana tenang di sana bisa membantunya mengalihkan pikiran.
Namun, rencananya gagal lagi.
“Widuri,” panggil suara yang sudah dikenalnya.
Dia menoleh dan melihat Galuh berdiri di dekat rak buku. Widuri mendesah, merasa kesal karena dia tidak bisa lepas dari pria ini.
“Ada apa lagi, Galuh?” tanyanya dingin.
“Aku cuma mau bilang…” Galuh berhenti sejenak, terlihat ragu. “Aku nggak pernah menyebar gosip itu. Aku nggak tahu dari mana asalnya.”
Widuri menatapnya tajam. “Kamu serius?”
Galuh mengangguk. “Iya. Aku tahu aku udah nyakitin kamu, Widuri, tapi aku nggak akan sejahat itu.”
Widuri ingin mempercayainya, tapi instingnya mengatakan hal lain. “Kalau bukan kamu, lalu siapa?”
Galuh mengangkat bahu. “Aku nggak tahu. Tapi aku janji, aku akan cari tahu.”
Widuri merasa frustrasi. Dia tidak yakin bisa mempercayai Galuh, tapi dia juga tidak punya bukti untuk menuduhnya.
“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi aku tetap nggak mau ada urusan sama kamu, Galuh. Jadi, setelah ini, tolong jangan ganggu aku lagi.”
Galuh terlihat kecewa, tapi dia tidak memaksa. “Aku mengerti. Maaf udah bikin kamu nggak nyaman.”
Di sore harinya, Widuri duduk di taman sambil merenung. Dia merasa lelah dengan semua drama yang terjadi di hidupnya.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Pesan dari Damar masuk.
“Kamu di mana, Wid? Aku mau ketemu.”
Widuri merasa ragu, tapi akhirnya membalas. “Aku di taman kota. Ada apa?”
“Aku mau ngobrol soal sesuatu. Tunggu aku di sana.”
Tidak butuh waktu lama bagi Damar untuk muncul. Dia datang dengan membawa dua gelas minuman dingin, menyerahkan salah satunya kepada Widuri.
“Ini buat kamu,” katanya sambil tersenyum.
“Terima kasih,” jawab Widuri sambil menerima minuman itu.
Damar duduk di sampingnya. “Aku dengar gosip yang beredar di sekolah. Aku cuma mau bilang kalau aku percaya sama kamu.”
Widuri merasa hatinya hangat mendengar itu. “Terima kasih, Damar. Aku nggak tahu kenapa kamu selalu ada untuk aku, tapi aku benar-benar menghargainya.”
“Karena aku peduli sama kamu,” kata Damar dengan nada serius.
Widuri terdiam. Dia tidak tahu bagaimana harus merespons kata-kata itu.
“Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk ngomong ini, tapi aku nggak mau menunggu lebih lama lagi,” lanjut Damar. “Widuri, aku suka sama kamu.”
Pengakuan itu membuat Widuri terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa Damar memiliki perasaan padanya.
“Aku… aku nggak tahu harus bilang apa,” katanya akhirnya.
“Kamu nggak perlu jawab sekarang,” kata Damar. “Aku cuma mau kamu tahu. Aku akan selalu ada untuk kamu, apa pun yang terjadi.”
Widuri merasa bingung, tapi dia juga merasa lega. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa ada seseorang yang benar-benar peduli padanya tanpa pamrih.
Di malam harinya, Widuri mencoba mencerna semua yang terjadi hari itu. Dia tahu bahwa hidupnya masih penuh dengan masalah, tapi dia juga merasa bahwa dia tidak sendirian.
Dengan senyum kecil di wajahnya, dia berbisik pada dirinya sendiri, “Mungkin hidupku akan lebih baik dari sekarang.”