NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:46.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 10

"Hai Shen, kau sudah pulang?" sapa Jessica saat melihat Shenina masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, Shenina mengacuhkan Jessica yang menurutnya tak penting untuk diladeni.

Jessica mendengkus kemudian ia ikut mensejajari langkah Shenina yang sedang menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua, sama seperti kamarnya.

"Shen, kau tahu tadi aku bertemu dengan Theo di cafe saat makan siang. Dia juga mentraktirku. Kau beruntung sekali memiliki kekasih yang royal seperti Theo," ucap Jessica memasang wajah sumringah.

Shenina mendelik tajam. Ia lantas menghentikan langkahnya dan membalikkan badan hingga mereka kini saling berhadapan.

"Jangan mencoba bermain licik lagi, Jes! Sudahi sifat iri dengki mu itu karena itu terlalu memuakkan," desis Shenina dengan sorot mata mengejek.

"Apa maksudmu?" tanya Jessica memasang wajah polos.

Shenina tergelak, "kau pikir aku bodoh? Sama seperti sebelum-sebelumnya kan kau selalu ingin memiliki apa yang aku miliki termasuk kekasihku. Kau pikir aku tak tahu apa yang kau lakukan selama ini sampai-sampai setiap aku memiliki kekasih, tiba-tiba saja mereka berpaling padamu."

"Aku tidak melakukan apapun. Justru mereka lah yang datang padaku. Aku bisa apa saat seorang laki-laki tiba-tiba menawarkan cinta dengan penuh perhatian. Aku hanya perempuan rapuh yang mudah tersentuh saat ada seorang laki-laki yang memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya padaku. Jadi jangan salahkan aku bila mereka berpaling darimu kepadaku." Jessica terus saja berkelit.

Jelas saja ia tak mau jujur kalau dirinya lah yang membuat mereka berpaling dari Shenina. Laki-laki itu ibarat kucing yang akan mudah tergoda saat disodorkan ikan segar. Apalagi dari segi penampilan, Jessica selalu lebih unggul sejak dulu.

Jelas saja, Jessica selalu dilimpahi fasilitas yang tidak main-main. Belum lagi ibunya sangat memanjakannya. Ibunya mengatakan penampilan itu nomor satu. Yang laki-laki lihat pertama kali itu adalah penampilan. Oleh sebab itu, Jessica selalu menjaga penampilannya. Ia juga kerap perawatan kecantikan agar kulitnya selalu terlihat cantik dan menawan.

Berbanding terbalik dengan Shenina. Ia tidak mendapatkan fasilitas yang mumpuni. Biaya sekolah pun ia mendapatkan dari hasil beasiswa. Ia hanya ditanggung makan saja, selebihnya ia berusaha sendiri. Bahkan uang saku pun ayahnya tidak pernah memberinya. Tapi beruntung Shenina dikaruniai otak yang cukup cemerlang jadi teman-temannya sering meminta bantuannya bila ada pekerjaan rumah maupun mengajari bila mereka belum paham. Sebagai imbalannya, mereka akan memberikan Shenina uang yang dimanfaatkan Shenina untuk sesekali jajan, tapi lebih sering ia tabung untuk keperluan sekolah.

Lalu bagaimana dengan ibu tiri Shenina? Di depan ayahnya, Ambar selalu bersikap manis. Ia bermetamorfosis seperti seorang ibu peri yang baik hati. Padahal aslinya Ambar merupakan jelmaan iblis. Sama seperti putrinya, Jessica.

Shenina terkekeh melihat wajah sok polos saudara tirinya itu, "terserah kau sajalah. Iblis betina seperti dirimu, mana mau mengaku kebusukannya."

Shenina berkacak pinggang. Kemudian ia segera membalikkan badannya yang di saat bersamaan Jessica menubrukkan tubuhnya ke tubuh Shenina. Lalu dalam hitungan detik, Jessica kehilangan keseimbangan dan jatuh terguling ke bawah tangga.

"Jessica," pekik Ambar panik sambil berlari saat melihat Jessica telah terguling di lantai. Harold pun ikut berlari melihat putri tirinya itu telah tergeletak di lantai bawah, sedangkan Shenina tampak mematung di ujung tangga.

"Gadis sialan! Apa kau ingin membunuh Jessica, hah!" Raung Harold murka dengan wajah merah padam.

Lantas dengan langkah panjang, Harold mendekati Shenina dan menarik lengannya kemudian mendorongnya hingga ikut jatuh ke lantai.

Shenina tentu saja syok. Meskipun ia sering mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya yang selalu saja menyalahkan dirinya bila terjadi sesuatu pada Jessica, tapi tetap saja ia terkejut saat mendapatkan perlakuan kasar serupa dari ayah kandungnya itu.

"Anak sialan. Kenapa kau tak mati saja ikut ibumu yang jalaang itu, hah! Daripada kau hidup tapi selalu saja membuat ulah," teriak Harold sambil menendang kaki Shenina.

Mata Shenina memerah, tapi tak ada air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Mungkin karena terlalu sering mendapatkan rasa sakit dari sang ayah sampai membuatnya seakan mati rasa.

"Dad, kepala Jessi berdarah!" pekik Ambar panik membuat Harold pun gegas menghampiri sang putri tiri.

"Jessi," pekik Harold panik.

"Dad, jangan marah dengan Shen. Jessi yakin, Shen tidak sengaja. Jessi lah yang salah karena ... aaaarghhh ... " pekik Jessica sambil memegang kepalanya.

"No! Bertahan, Jessi. Kita ke rumah sakit segera. Ini bukan salahmu, tapi salah gadis sialan itu. Ayo, Daddy gendong!" Harold lantas menggendong Jessica dan membawanya ke mobil. Sebelum menjauh, Harold kembali menoleh ke arah Shenina. "Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jessi, aku pastikan aku akan menghabisi mu dan mengirim mu ke neraka," desis Harold tajam dan menusuk. Shenina yang mendengar kalimat penuh ancaman itu hanya bisa terkekeh miris.

"Mom, andai boleh, aku ingin ikut denganmu. Aku lelah. Benar-benar lelah," lirih Shenina yang benar-benar tak habis pikir dengan sikap ayah kandungnya yang seakan tidak memiliki rasa kasih sedikitpun padanya. Rasa sayangnya justru sangat besar untuk Jessica.l

...***...

"Shen, kau sakit?" tanya Axton setibanya di kantor. Wajah Shenina memang akhir-akhir ini tampak lebih pucat dari biasanya. Apalagi ia kerap makan terlambat membuat wajahnya kian tirus.

Shenina menggeleng sambil memaksakan tersenyum, "tidak, pak. Saya baik-baik saja."

Axton menghela nafasnya, "ya sudah kalau tidak apa-apa. Tapi kalau kau merasa sakit, pulang saja. Aku yang akan menghandle pekerjaanmu. Maaf, aku belum mendapatkan sekretaris penggantimu."

Shenina mengangguk. Ia paham, tidak mudah mencari sekretaris yang sesuai kriteria sang bos.

"Tidak apa, pak. Terima kasih."

"Tak perlu sungkan," sahut Axton seraya tersenyum kemudian membalikkan badannya menjauhi Shenina.

Shenina menghela nafasnya sambil menatap ponselnya. Ia membaca pesan Theo yang belum lama laki-laki itu kirimkan. Kekasihnya itu protes karena sudah beberapa hari Shenina tak mau menemuinya. Padahal hari ini ia ada dinas ke luar kota. Shenina lantas mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan balasan.

[Maaf, aku sibuk beberapa hari ini. Hati-hati di jalan, okey. See you.]

...***...

Jam pulang kerja telah tiba, seperti biasa Shenina pun bergegas membereskan barang-barangnya dan bersiap pulang.

Namun saat tiba di depan lift khusus karyawan yang biasa ia gunakan, tiba-tiba saja lift itu tak bisa terbuka meskipun ia telah beberapa kali memencet tombolnya.

Shenina menghela nafas berat. Tidak mungkin ia menggunakan lift eksekutif yang dikhususkan untuk para petinggi perusahaan. Meskipun dirinya sekretaris CEO perusahaan ini, tetap saja, statusnya hanyalah bawahan dan tak selayaknya menggunakan fasilitas khusus petinggi perusahaan tersebut.

Shenina menyandarkan punggungnya di dinding tepat di samping pintu lift. Kepalanya berdenyut nyeri. Ia ingin segera pulang dan merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur. Ingin menggunakan tangga darurat rasanya tak mungkin. Posisinya ada di lantai 13 lalu apakah ia harus menjejakkan kakinya di 13 tangga? Bukannya sampai di lobby, dirinya kemungkinan sudah terlebih dahulu pingsan atau terkilir kemudian jatuh terguling ke ujung tangga. Shenina bergidik sendiri dengan pikirannya itu.

Sampai pintu lift di sebelahnya terbuka membuat Shenina terlonjak. Dan matanya kian terbelalak saat mendapati sosok gagah nan tampan atasannya tengah menatap ke arahnya. Shenina lantas memperbaiki posisinya sambil menundukkan kepala.

"Kenapa belum pulang?" tanya Rainero heran saat melihat sekretarisnya bersandar di dinding samping pintu lift.

"Pintunya tidak mau terbuka, Pak," jawab Shenina apa adanya.

"Nanti hubungi teknisi kantor. Masuklah ke dalam lift ini," Rainero mengajak Shenina masuk ke dalam lift khusus dirinya dan anggota eksekutif.

Sebenarnya Shenina ragu. Ia merasa canggung berada di dalam satu lift dengan Rainero, tapi menunggu teknisi kantor memperbaiki lift membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan bisa jadi mereka akan memperbaikinya esok hari karena hari ini sudah terlampau sore.

Dengan setengah hati, Shenina pun masuk ke dalam lift tersebut. Mungkin bila ada Axton ia tidak akan merasakan kecanggungan seperti ini. Tapi sayang, Axton sedang ada urusan jadi ia pulang lebih awal dari biasanya.

Sepanjang lift bergerak, keduanya hanya diam seribu bahasa. Canggung. Ta, bukan hanya Shenina yang merasakan kecanggungan, tapi Rainero juga.

Sepanjang lift bergerak, Rainero beberapa kali menahan nafas. Alasannya aroma tubuh Shenina yang masuk ke indra penciumannya. Padahal Shenina tidak melakukan apapun, hanya aromanya saja yang menusuk-nusuk lubang hidungnya. Tapi anehnya, aroma itu justru mampu membangkitkan sesuatu yang ada di balik celananya. Sesuatu yang seakan mati suri beberapa waktu ini justru bangkit dengan gagahnya membuat kepala Rainero seketika berdenyut nyeri.

'Double shittt! Kenapa harus bangun di sini sih?'

... HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
joey
(si Bastian) jantan mana yang kata di mulut tak punya rasa cinta tapi boleh pula punya anak sampai 2 sama isterinya sungguh celaka dia😡
sutrisno eba
so far ITS oke
Rita Sari
Luar biasa
Trisna
udah sampai di bab ini.
gue masih nunggu gimana hubungan Theo dan istrinya.
aryuu
Sanchez itu temennya kuchansong di drama hotel de luna/Chuckle/
aryuu
Luar biasa
aryuu
suara pup kaliya hehe bersyanda
aryuu
dibali emang jarang ada bule /Chuckle/
aryuu
otor maennya kurang jauh
Trisna
waduh apakah itu perbuatan orang-orang di masa lalu daddy Reeves di masa lalu
Trisna
fitnah dan hasutan Ambar sangatlah kejam terhadap ibu kandung shenina sampai Harold sangat membenci istri pertama dan shenina anak kandungnya sendiri.
Trisna
senjata makan tuan
mau mempermalukan Shena
Jessica yang kena batunya
Trisna
Theo....
ikhlas Theo biarkan Shena bahagia dengan laki-laki yang telah merenggut kehormatanny
Trisna
axton ini kadang bijak kdang bikin emosi
Trisna
tolong lebih gercep lagi Rain
kasihan Shena.
dia telah bertemu orang-orang
baik tapi Shena dan anak-anak mu membutuhkan mu Rain
Trisna
Lo terlalu lemah Shena.
Lo bis melawan secara mulut sama saudara dan mama tiri Lo, tapi tidak dengan kelicikaan mereka
ken darsihk
Ooh seperti itu cerita nya
Kenapa juga Rainero tidak mau mendengar kan penjelasan dokter , kenapa juga langsung menjudge diri sendiri
ken darsihk
Rainero sombong ada saat nya nanti lo yng mengejar Shenina
ken darsihk
Rainero ternyata hanya seorang banci 😠😠
ken darsihk
Ya ampyun syedih bngttt untuk Shenina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!