Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH
Aku terbangun dengan sedikit tersentak karena gedoran pada pintu kamar ku dan suara Alexa yang menggema seperti alarm mengagetkan. Dengan sedikit malas aku beranjak, berteriak meminta agar Alexa menunggu sampai aku membukakan pintu.
Dia langsung menyerobot masuk membuat ku sedikit terburu menepikan diri takut dia menabrak ku yang bisa jatuh kapan saja karena masih belum sepenuhnya sadar.
“Ka liat deh liat kak!” pintanya seperti orang kesurupan aku menggeleng pelan, memejamkan mata ku sebentar dan mengisyaratkan agar dia sedikit lebih tenang.
“Liat apa sih de? Kamu sampe semangat banget gitu?”
“Ini ka liat! Jeffery! Jeffery ada di London! Keren banget kak!”
Astaga aku kira apa, aku menggeleng tak habis fikir sebelum melihat ke Handphone Alexa yang menampilkan akun Instagram Jeffery dengan wajah sang pemilik yang terpampang. Aku menggeleng saat mendapati tubuh pria ku sedikit ter-ekspose, sebelum mengulas senyum dan memaklumi hal itu.
“Ouh, ganteng.”
“Dihh kakak, kok ekspresinya gitu doang sih?” aku menggaruk rambut ku yang tak gatal bingung dengan sikap adik ku itu.
“Ya terus kakak harus apa De? Teriak dan loncat-loncat kaya kamu gitu?” Alexa terdiam, setelahnya menggeleng kemudian.
“Ya enggak juga sih” aku hanya mengangguk sebelum kembali terkejut dengan pekikan Alexa juga gerakan berdiri tiba-tiba perempuan itu yang semula duduk di ranjang tidur ku.
“Astaga De, kamu kenapa sih?”
“Ini Ka ini! Jeffery foto sama cewek! Ihh ganjen banget tuh cewek” dia memberenggut, aku mengambil Handphone-nya dan melihat Jeffery yang memang tengah berfoto dengan salah satu model wanita.
Aku terdiam, cemburu membuat ku bangun dengan sempurna sebelum mendesah pasrah dan meminta agar Alexa keluar, aku tak ingin pagi ku di mulai dengan mood yang buruk. Tidak-tidak aku tidak boleh terlalu cemburu, wajar bukan kalau Jeffery berfoto dengan model wanita, pasti sulit untuknya menolak hal itu, aku harus paham situasinya dan meredam cemburu ku.
Aku memutuskan untuk segera mandi, dan melakukan kegiatan ku seperti biasanya, bekerja. Menepikan rasa cemburu juga rindu. Aish padahal aku dan Jeffery baru berpisah kemarin sebelum keberangkatannya menuju London dan sekarang aku sudah merindukannya.
Niat ku menelfon tapi, aku urungkan saat mengingat perbedaan waktu antara London dan Indonesia. Disana pasti sudah malam, dan aku yakin Jeffery pasti tengah beristirahat, aku tak ingin menganggunya.
..._...
Makan malam keluarga sederhana kami selalu membuatku merasa nyaman. Walau lelah karena pekerjaan yang menumpuk tak ada habisnya menghantam tubuh ku tapi kala semua anggota keluarga bersama di meja makan yang sama, menikmati hidangan dengan nikmat dan syukur selalu bisa menenangkan hati ku. Aku berharap bisa seperti ini saat dengan Jeffery nanti. Astaga aku merindukan pria itu.
"Ka..." aku menoleh pada papah yang memanggil.
"Gimana kantor? Papah liat kakak pulang malem terus akhir-akhir ini" aku mengulas senyum kecil tak lupa memperlambat gerakan makan ku.
"Aman kok Pah. Ya emang lagi banyak yang harus di kerjain aja makanya kakak pulang malem terus, biasa proyek pembangunan lagi" aku sedikit menjelaskan tentang alasan mengapa aku selalu pulang larut. Karena sungguh di tengah populasi yang semakin meningkat, proyek pembangunan tak bisa dihindarkan salah satu yang paling penting adalah rumah. Dan karena perusahan tempat ku bekerja adalah perusahaan bidang interior untuk perumahan dan aku bekerja pada bagian keuangan jadilah pekerjaan ku ikut meningkat sebanyak populasi. Sedikit menguras energi juga otak. Karena bukan hanya harus mengurus data tapi pemasukan dan pengeluaran juga pajak semua harus di hitung dengan cermat, salah sedikit saja bisa panjang lagi pengulangan nya dan berbahaya juga. Memang paling krusial bagian ku itu.