Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salting Brutal
Pagi ini keadaan mulai normal seperti semula. Tentang drama kehidupan antara Dion dan Keisya pun sudah diperjanjikan untuk berakhir. Kini mereka sedang menjalani kehidupan layaknya sebuah kenyataan tanpa adanya banyak drama.
Suasana di sekolahan terdengar ricuh ketika ada murid kelas sebelah bertengkar dengan kakak kelasnya. Hal itu membuat Keisya serta anak Ragalaxy berdecak heran.
"Cuma masalah cewek, Bre." Dafa menanggapi keributan itu dengan wajah datar.
Mereka sedang duduk di bangku panjang depan kelas. Reaksi Keisya hanya acuh, begitu juga dengan Dion. "Kakak kelas macem apa kayak gitu." cibir Aurel yang duduk berhadapan dengan Keisya. Karena, bangku panjang di depan kelas mereka ada dua.
"Itu nggak ada yang misahin apa gimana sih? Malah ditonton kayak pertunjukan berfaedah aja." Keisya memutar bola matanya malas.
"Padahal sangat unfaedah." sahut Aurel.
Disaat suasana sekolah sedang berisik dan membuat telinga anak Ragalaxy panas, tiba-tiba Keisya merasa ada sesuatu yang kurang.
"Eh? Hp gue di mana ya? Wait wait wait, di saku kok nggak ada?!" pekiknya pelan sambil merogoh beberapa lubang saku di seragam nya. Berharap menemukan benda pribadinya itu, namun hasilnya nihil.
Aurel menatap malas pada sahabatnya tersebut. "Lah tadi lo taro di mana, Sya."
Gadis bernama Keisya itu bolak-balik ditengah-tengah mereka. Temannya pun hanya berdecak heran. "Di dalem kelas kali," sahut Jean bosan.
Akhirnya Keisya berlalu masuk ke dalam kelas guna mencari ponselnya. Setelah dirasa benda miliknya ketemu, ia segera keluar dari kelas namun saat dirinya melangkah di ambang pintu tiba-tiba ada suara bel yang rusak berbunyi.
Ting ting ting...
Bukan seperti bunyi bel yang biasanya, Keisya mempunyai trauma masa kecil dengan suara lonceng berwarna kuning keemasan. Hingga gadis itu sontak ketakutan sambil menutup kedua telinganya.
Dirinya berlari kecil sampai tak sadar jika ia memeluk Dion yang tengah berdiri di samping pintu kelasnya. Ehm, suasana kini berubah aneh. Pasalnya, anak Ragalaxy tidak tahu mengapa Keisya begitu takut pada bunyi lonceng.
Bahkan Dion saja tidak tahu tentang itu. "Gu-gu-gue nggak denger apa-apa! Nggak! Gue nggak denger itu! Gue nggak denger, plis! Gue nggak tau soal itu!" pekiknya sangat ketakutan.
Disisi lain, posisi Dion tentu tidak diam saja. Lelaki itu menunduk memposisikan kepalanya sejajar dengan kepala Keisya. Gadis itu masih memeluk Dion tanpa menutup telinganya lagi. Karena dirasa bunyi seperti lonceng tersebut sudah menghilang.
Anak Ragalaxy menatap momen itu dalam mata kepala mereka sendiri, bahwa Keisya mungkin memiliki trauma dimasa kecilnya. Meskipun terdengar sepele, namun tidak bisa diubah jika itu sudah dinamakan sebagai trauma.
Dion menatap wajah Keisya yang masih nyempil di dada nya. Terlihat mungil dan menggemaskan, lelaki tersebut membuka mulutnya perlahan. "Udah hilang bunyi nya. Kamu punya trauma ya sama bunyi itu?" Suara lembut milik Dion membuat Keisya menoleh kecil sampai telinga kirinya menempel pada dada Dion, hingga mampu mendengar suara detak jantung lelaki tersebut yang terdengar tenang.
Gadis itu mengangguk kecil. Dion yang melihatnya pun terkekeh pelan. "Em, sorry ya. Gu-gu-gue nggak sengaja meluk lo." ucap Keisya baru sadar lalu dengan cepat ia melepas pelukannya.
Karena merasa risih terus ditatap oleh Dion. Keisya berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya. "Kenapa lo ngeliatin gue mulu sih!" teriaknya sangat kesal.
"Karena lo cantik." celetuk Dion memecahkan tawa anak Ragalaxy.
Teman-temannya tertawa kompak. Lah, baru sadar gadis itu memeluk Dion sejak tadi? Huft, kalo gengsi jangan terlalu tinggi atuh, Sya. Nah, gimana tuh? Udah dua kali salting kah? Hahaha.
"Hahaha."
"Diem dih!" ketus Keisya melotot tajam.
Reaksi Dion menggeleng pelan sambil menatap gadis cantik yang ia sayangi itu. Ternyata gengsi nya Keisya masih belum berakhir.
"Kenapa muka lo merah gitu?" tanya Dafa menyelidik.
Devan tersenyum miring. "Salting dia." Jawaban crush nya Aurel membuat Keisya melotot tajam pada pemuda itu.
Aurel cengingisan sembari melirik sahabatnya yang sudah menahan malu. "Yaelah, Sya. Tinggal ngaku aja kalo lo salting ditanggapin gitu sama Dion. Kalo menurut gue nih ya, cuma dia yang bisa gitu ke lo." goda cewek tersebut.
"Lo jadi temen gue sotoy banget sih!" Keisya geram tapi tak bisa menutupi wajahnya yang memang merasa salah tingkah pada Dion.
Dion kembali duduk dibangku panjang itu. Karena ada seseorang yang sedang berjalan menuju kelasnya, ia segera mengajak teman-temannya untuk masuk ke kelas.
"Eh, masuk buruan. Ada Bu Lidya tuh," titah Dion membuat teman-temannya menoleh terkejut.
"Weh, iya iya cabut, Bre!" Gugup Dafa panik.
"Yaudah buru masuk! Malah panik doang lo, cepetan masuk bego!" timpal Jean langsung mendorong punggung Dafa agar cepat masuk ke kelas.
°°°°°
Setelah pulang sekolah Keisya meminta Dion dan anak Ragalaxy untuk ke rumahnya. Karena Ragalaxy bukan sebuah geng motor yang ugal-ugalan, ternyata mereka adalah mantan anak tongkrongan. Disisi lain anak-anak itu memiliki kemampuan multitalenta yang cukup unik.
"Mana tugas yang belum kamu kerjain?" tanya Dion duduk di sofa panjang ruang tamu rumah Keisya.
Gadis itu berdecak kesal. "Aku nggak bisa ngerjain Matematika, hehe." balasnya cengengesan.
"Yaudah, mana bukunya?" tanya lelaki tersebut menatap Keisya yang ada di depannya.
"Ambilin itu bukunya ada di laci meja ini, tadi aku nggak mau ribet disuruh Papah buat beres-beres ruang tamu. Jadi aku masukin aja ke laci, eh malah nggak bisa diambil dari tadi." Curhatnya dengan mengerucutkan bibirnya.
Anak Ragalaxy menggeleng heran. Ada ada aja tingkah Keisya pada Dion itu. "Yaelah, tinggal minta tolong aja pake nyusahin. Lo mau minta tolong apa mau caper sih?" sindir Dafa meledek.
"Diem lo! Gue nggak suruh lo ngomong!" timpal Keisya menatap Dafa dengan tatapan tajam.
"Udah-udah, kamu duduk di sini aja. Biar aku coba bukain." lerai Dion beranjak dari duduknya lalu membungkukkan tubuhnya.
Ketika Dion sedang berusaha menarik gagang laci meja di ruang tamu itu, tampak ada momen yang membuat Ragalaxy heboh.
Pasalnya, disaat Dion tengah menarik gagang laci tersebut yang begitu sulit untuk dibuka, ia tak sadar jika kepalanya hampir menubruk wajah Keisya. Namun, bukan hal itu yang mereka hebohkan. Melainkan rambut Dion ternyata sudah mengenai wajah Keisya.
Gadis tersebut tentu sedikit memundurkan jarak wajahnya dari Dion. Tetapi ia juga ingin melihat cara lelaki itu membuka gagang laci.
"Ini bukunya?" tanya Dion setelah mendapatkan buku dari dalam laci tersebut.
Keadaan Keisya masih mematung, tapi berbeda dengan kondisi hatinya sekarang. Berdebar-debar? Tentu.
Aurel pun terlihat menahan senyum baper melihat kedua manusia itu terlalu menggemaskan. "Keisya?" panggil Dion begitu menatap gadis itu melamun.
"Salting dia, Bro!" Kompak kaum Adam hingga membuyarkan lamunan Keisya.
Gadis tersebut terkesiap lalu tak lama tatapannya kesal pada anak Ragalaxy. "Muka lo merah gitu, Sya? Baper ya? Eh, atau nggak— rambut Dion wangi banget ya? Ciah elah, tinggal jujur aja kalo lo salbrut dari tadi di sekolah juga iya." goda Aurel dengan tampang meledeknya.
"Idih, siapa juga yang salting. Jangan bikin anak orang kepedean! Dia nya baper, kalian yang tanggung jawab!" elak Keisya merasa terpojokkan.
Dion menatap perempuan tomboy di hadapannya. "Kenapa emangnya?" Lelaki ketua Ragalaxy itu malah tidak paham.
"Itu si Keisya salting sama lo. Gegara pas lo usaha narik itu laci, rambut lo kena ke mukanya Keisya. Nah, pasti dia nyium wangi rambut lo tuh. Makanya tadi keliatan kek ngelamun gitu. Palingan lagi halu." celetuk Jean ikut menjadi kompor.
"Iya, Sya?" Dion kini beralih menatap Keisya.
Cewek itu jelas mengutamakan gengsinya. "Ng—nggak! Kepedean banget lo!"