SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Perpisahan
Malam harinya Sonia mengobati luka di wajah anaknya, Gavin mengatakan semuanya pada Sean dan Sonia atas apa yang terjadi pada mereka tadi namun tidak mengatakan apa yang telah menimpa Gaby.
Zoya sudah mengetahui semuanya dari Gavin, mereka tetap menghormati keputusan Gaby yang tidak ingin siapapun mengetahui termasuk orang tua mereka.
“Mama jadi takut ya nak, kalau nanti bakalan ada Aditya selanjutnya yang bakalan jahatin kamu Zee.” Sonia mengemukakan kekhawatirannya pada Zoya, di dalam kamar itu ada Zeline dan Sean sedangkan Zay bersama dengan Gavino di ruang tamu.
“Papa akan kirimkan bodyguard untuk menjaga kamu Zee, papa nggak akan biarin semua ini terjadi lagi.”
“Nggak usah pa, aku bisa jaga diri aku sendiri kok, lagian Aditya dan teman-temannya kan udah nggak ada lagi, papa jangan terlalu khawatir begitu oke.”
“Gimana papa nggak khawatir, ada pria yang nyakitin kamu sampai wajah kamu begini, papa nggak mau ambil resiko apapun untuk kamu Zee.”
“Papa, please, semua udah baik-baik aja, papa nggak perlu khawatir begitu.” Zoya terus meyakinkan Sean kalau dirinya tidak apa-apa, selesai diobati, Sonia dan Sean kembali ke kamar mereka.
Zoya sendiri di dalam kamar, dia memutuskan untuk tidur karena memang tubuhnya lumayan sakit, Zeline memberi kabar pada Gaby kalau Aditya dan kedua temannya telah berhasil dibunuh oleh Gavino.
“Syukurlah Zeline, aku lega pria bajingan begitu akhirnya mati,” ujar Gaby dengan nada puas.
“Kakak masih suka diancam sama Damar ya?”
“Enggak kok, aku sama dia baik-baik aja, malah kami dekat.”
“Kakak dekat sama orang yang udah perkosa kakak?”
“Nggak ada salahnya kan, dia juga udah berubah kok.”
“Maafin aku ya kak, kalau aja waktu itu kakak nggak bareng sama aku, mungkin kakak nggak akan mengalami hal buruk begini,” sesal Zeline.
“Udah, kamu jangan begini, kakak udah berdamai sama semua ini kok, mending kamu pulang terus tidur, kakak mau istirahat juga, makasih ya informasinya.”
“Iya kak.”
Di dalam kamarnya, Sean dan Sonia sama-sama larut dalam pikiran masing-masing, mereka berdua sama-sama memikirkan kejadian yang menimpa Zoya hari ini.
“Aku lihat Zoya sama Gavino itu saling suka, apa kita jodohin aja mereka sayang?” Sonia mengemukakan pendapatnya.
“Son, Gavino itu seorang mafia, pemimpin mafia malah, kamu kan tau sendiri kalau Zoya nggak bakalan bisa hidup dengan seseorang yang hidupnya dipenuhi dengan kekerasan.” Sean menolak mentah-mentah pendapat Sonia.
“Tapi Gavino bisa melindungi Zoya Sean, aku nggak mau kalau putriku dijahati sama orang terus, dari kecil Zoya sering sekali dijahati orang, dulu aja ada Zain sama Zay tapi sekarang Zay tentu tidak sepenuhnya bisa menjaga Zoya, aku takut Sean.”
“Sayang, semua bisa kita atasi, aku akan menjaga putriku, kamu harus percaya padaku.” Sean memeluk Sonia, dia mengerti dengan kecemasan yang dirasakan oleh Sonia saat ini.
“Sekarang aku mengerti sayang, bagaimana perasaan ayahmu ketika aku menyiksa kamu dulu, pasti dia begitu menderita.” Sonia menatap wajah suaminya, dia bisa melihat penyesalan di wajah sang suami.
“Udah jangan diingat lagi, semua udah berlalu, jika kamu terus mengingatnya maka aku juga akan sulit untuk melupakannya Sean, jangan diingat lagi ya.” Sean mengeratkan pelukannya pada Sonia.
...***...
Gavino melirik jam yang saat ini menunjukkan pukul 1 dini hari, matanya sedari tadi tidak bisa terpejam karena memikirkan Zoya.
“Apa dia sudah tidur?” pikir Gavino ketika panggilannya tidak dijawab oleh Zoya.
Tak lama, ada pesan masuk dari Zoya padanya yang membuat Gavino tersenyum senang.
[Ada apa tuan mafia? Apa kau tidak bisa tidur karena memikirkan aku? Turunlah, aku ada di dapur, perutku lapar, jika kau mau, aku akan melebihkan makanan untukmu.]
Tanpa membuang waktu, Gavino langsung turun ke bawah menuju dapur, benar saja, gadis yang dia cintai tengah memasak mie goreng. Aroma masakan Zoya menusuk ke dalam hidungnya dan menggugah selera Gavino.
“Sebagian perempuan akan menghindari makan tengah malam begini, tapi kau sama sekali tidak peduli, apa memang kebiasaanmu begini hm?” Gavino melingkarkan lengan kokohnya di perut Zoya dan meletakkan dagunya di bahu kanan Zoya.
“Yaa, kalau kata mama, ini sebuah anugerah dari tuhan untukku, makan banyak tapi badanku tetap ideal,” jawab Zoya yang tidak terganggu sama sekali dengan pelukan Gavin di belakang tubuhnya.
“Mama kamu memang benar.” Gavino menggoda Zoya dengan mengecup leher, telinga dan pipi Zoya berkali-kali, sesekali dia memainkan lidahnya di leher putih Zoya.
“Jangan mulai adegan mesum mu tuan mafia, aku sedang memasak.”
“Apa kau terganggu?”
“Iya, aku lapar, jangan ganggu aku.”
“Oke baiklah.”
Gavino duduk sambil memperhatikan Zoya memasak, dua porsi mie goreng siap untuk disantap dan juga dua cokelat panas untuk menambah sensasi lidah mereka.
Zoya dan Gavino menikmati makanan itu, setelah selesai dan kenyang, Zoya kembali membersihkan semua peralatan yang kotor.
“Udah selesai, ayo tidur!” ajak Zoya pada Gavino, mereka berjalan menuju kamar masing-masing tapi Gavino malah mengikuti Zoya ke dalam kamarnya.
“Mau ngapain kamu di kamar ku?” tanya Zoya yang melihat Gavino ikutan masuk dan mengunci pintu kamarnya.
“Besok aku akan kembali ke Italia, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu Zee.” Wajah Zoya yang tadinya ceria berubah menjadi murung.
“Bukannya kamu seminggu di sini?”
“Organisasi membutuhkan ku, Robert sedikit kewalahan dalam mengurus semuanya, Zen Zephyrs kembali aku dirikan dan sekarang aku juga yang memimpin sendiri, aku tidak bisa meninggalkan semuanya terlalu lama.” Zoya menghela nafasnya, dia mengerti dengan semua pekerjaan Gavino tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menghentikan Gavin.
“Apa kita bisa bertemu kembali?”
“Entahlah Zee, mungkin akan sangat jarang tapi aku janji, aku akan selalu mengabari mu setelah menyelesaikan beberapa misi.”
“Misi? Apa kamu kembali karena ada misi penting?”
“Iya, paling hanya dua mingguan.”
“Itu sangat lama Gavin.”
“Itu kenapa aku ingin bersamamu malam ini sebelum aku pergi Zee.” Zoya memeluk erat Gavino, air matanya membasahi kaos yang digunakan oleh Gavino.
“Wanita tangguhku kenapa menangis?” Zoya hanya menggeleng lemah dalam pelukan Gavino.
Gavino menangkup wajah Zoya, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Zoya dan menautkan bibirnya pada bibir gadis itu, sepersekian detik berlalu, kini Gavino mulai liar menciumi Zoya, dia menggigit bibir bawah Zoya hingga Zoya membuka mulutnya, hal itu digunakan oleh Gavino untuk menelusup kan lidahnya ke dalam mulut Zoya.
Tangan Zoya memeluk leher Gavino dan menekan tengkuk Gavino agar ciuman itu semakin dalam dan menuntut. Gavin lebih leluasa untuk memainkan lidahnya dalam rongga mulut Zoya, lidah Gavin membelit lidah Zoya dengan lihai sehingga gadis itu semakin melayang dibuatnya.
“Nnghh.” Desahan Zoya tertahan karena mulutnya disumpal oleh lidah Gavino, tangan Gavin mengusap lembut leher dan punggung Zoya.
Mata mereka saling terpejam menikmati ciuman panas malam itu, lumatan demi lumatan serta permainan lidah membuat mereka berdua terbuai.
Gavin menurunkan ciumannya ke leher Zoya, lalu mengecup telinga gadisnya dengan mesra, lidah basah Gavin membuat sensasi luar biasa untuk Zoya.
Zoya juga membalas ciuman dari Gavin dengan mencium leher dan rahang tegas Gavin. Seakan menandakan kalau Gavin adalah miliknya.
Malam itu dilalui oleh Zoya dan Gavin dengan adegan ciuman yang begitu mesra dan membangkitkan gairah namun Gavino masih tetap menahan diri untuk tidak menyentuh Zoya secara lebih, baginya, mendapatkan ciuman dan menghirup aroma wangi dari tubuh Zoya sudah lebih dari cukup baginya.
...***...