Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 28
"Eh, mau minum kan? Ta bawain minum dulu..." ujar Leta mengalihkan pembicaraan dan langsung melesat ke dapur demi menghindari Aul serta Rahma.
Baik Aul ataupun Rahma nyatanya bukan gadis kritis, sehingga tak begitu memperdulikan hal itu, dan menganggap kejadian janggal itu bukanlah sesuatu yang besar, keduanya justru ketawa tiwi saja sembari menceritakan kembali kejadian yang terjadi di sekolah tadi, menutup kasus sepatu besar di depan.
Ketika Leta kembali membawa dua gelas kosong bersama seteko air syrup keduanya masih asik cekikikan dalan obrolan.
"Kalian berdua tuh jenguk cuma modal mata doang, to? Mbok ya besuk orang sakit tuh bawa buah tangan gitu! Malah yang sakit yang kasih suguhan, ngga ada akhlak!" omel Leta ditertawai Rahma dan Aul, "eh, sembarangan! Ada bawa kok, rasa iba dan perhatian! Kita datang kesini justru bawa jasa dan do'a...Ta. Sebaik-baiknya hadiah atau buah tangan, do'a yang tulus dari lubuk hati terdalam lebih mujarab, get well soon sistah! Sini ta pijitin!"
Leta merotasi bola matanya malas, "emoh..."
"Ta, tadi ada yang nanyain kamu di sekolah, keliatannya sedih kamu ndak ada...bak dunia tanpa matahari!" ujar Aul berlebihan yang dihadiahi dorongan di pundaknya oleh Rahma, "maksudnya gelap?! Dingin? Apa sunyi? Soalnya Leta adalah salah satu hal terberisik di dunia?" keduanya tertawa sementara Leta menghadiahi Rahma dengan tepukan di pundak gadis itu.
"Sopo? Pak Ruli?" tanya nya.
"Bukanlah. Tebak dong tebak....." pinta Aul, namun belum Leta menebak Rahma sudah nyeletuk duluan.
"Arkan beneran suka sama kamu kayanya, Ta...tadi tuh ceritanya dia mau ikut kita kesini buat njenguk koe, tapi ternyata dia mesti basket."
Leta ber-oh singkat, ohhh Arkan... "janganlah rumahku jelek. Malu aku---dia kan orang kaya, ntar yang ada gatel-gatel masuk rumahku."
Rahma hampir tersedak mendengarnya karena harus refleks menahan tawanya, "bak langit dan inti bumi, yo? Kesianan..."
"Emhhhh!" Aul menggoda kawannya itu dengan mencolek lengan Leta bersama lengkungan bibir, "malu karena rumah apa rumah nih?"
"Cieeee!" seru Rahma heboh, "iki ceritane cinta berbalas apa ndak? Sikattt Taaa!"
"Apa sih!" sergah Leta.
"Bukannya kamu juga suka dia, udah lama e, Ta? Kalo doi nembak atau nyatain langsung terimo aja...lumayan tiap hari bisa jajan gratis! " usul Aul memberikan saran. Leta terkekeh gemas, "suka bukan berarti kepengen memiliki, suka juga bukan berarti jadiin crush...." akui Leta.
"Sama aja rengginang!" timpal Rahma. Dan Aul tertawa atas kebo dohan temannya itu.
"Ya engga lah! Maksudnya suka kan suka apanya dulu, cuma suka gantengnya, atau suka sifatnya atau cuma suka karena dia anak basket atau apa bukan berarti ada perasaan lebih e..." debat Leta dibalas debat Rahma juga yang semakin meramaikan ruang depan, hingga terbukanya pintu kamar Leta membuat keriuhan itu mendadak terhenti.
Apalagi dengan jelas, mata mereka melihat sesosok lelaki keluar dari sana.
"Aduhhh..." Leta memejamkan matanya, terlupa jika Gio menunggunya di dalam kamar, untuk keluar mengingat di rumahnya pun ada Mus.
"Ta...iku.." tunjuk mereka tergagap saking terkejutnya melihat Gio keluar dari kamar Leta, persis natap roh halus.
Gio berjalan saja santai dari kamar Leta menuju dapur, membawa sepiring klepon dan menatap Leta datar, "dipikir cuma kamu aja yang ada temen...lupa, kalo koncoku juga nungguin di rumah?"
~ Gio ~
Leta menubruk dirinya dan mencegah ia keluar dari kamar, mengingat kedua temannya datang membesuk. Mamposs! Ia terjebak disini, sementara Mus menunggunya di rumah.
Ck! Tak ada yang aneh juga yang bisa di eksplore dari kamar dan barang-barang Leta, selain dari potret foto yang terbingkai jelas begitu banyak dalam satu frame besar dimana setiap usia Leta terabsen disana, mulai dari foto usang Leta balita hingga beranjak tumbuh menjadi gadis cantik dan tanpa ijin dari si pemilik, Gio mengambil salah satu foto Leta yang sepertinya baru-baru ini ia cetak.
Tiga orang berasa satu rw, obrolan ketiga gadis itu nyatanya begitu berisik, sampai-sampai bisa terdengar sampai ujung kampung rasanya. Terlebih dengan tak ada akhlaknya mereka kini membicarakan tentang seseorang bernama Arkan yang sepertinya menyukai Leta.
Mendadak hati Gio ngebul, apa-apaan pula Leta ini! Mbok ya ngomongin cowok lain itu jangan di depan dirinya, atau minimalnya saat dirinya tak ada.
Rupa-rupanya Leta butuh diberi sedikit pelajaran berbakti sama suami. Maka yang Gio lakukan adalah nekat keluar dari kamar Leta dan menunjukan dirinya di depan Aul serta Rahma. Masalah kedua gadis ini tau kebenarannya itu masalah nanti!
Dan benar saja, kedua gadis itu begitu terkejut melihat keberadaannya persis liat keajaiban dunia di depan mata. Terlebih Leta yang spechless melihatnya keluar kamar.
.
.
KOK BISA?
KENAPA BISA?
ABIS NGAPAIN?
Sederet pertanyaan terlontar memenuhi wajah Leta dari Aul dan Rahma. Dan Leta mendadak blank, bingung darimana harus ia mulai cerita uniknya itu pada kedua temannya.
"Jadi gini---"
(..)
"Hah!!! Kawin Ta?!"
"Tampar aku Ul...tampar yang keras!" hari ini, ia benar-benar ditampar kenyataan menohok yang tak ia duga sebelumnya. Hidup memang kejutan.
Bukan Aul yang menampar, namun Leta yang mendaratkan telapak tangannya di pipi Rahma. Begitupun Aul yang menggeleng tak percaya, "kok isooo?!"
"Mau-maunya koe nikah sama cowok ndak normal Ta, gustiii dosa apa koe Ta....apa hukum karma buat kamu yang suka bikin guru kesel, to? Kalo gitu aku tobat!" oceh Aul.
"Ganteng-ganteng kok bengkok...ndak percaya aku!" Rahma menggeleng.
"Emang dia ngga bengkok kan, ya Ta?" tanya Rahma lagi diangguki Leta. Sulit sekali menjelaskan masalah Gio yang kompleks pada kedua gadis dengan IQ gelayutan macam Aul dan Rahma. Karena sejujurnya ia pun tak paham dengan alur hidup Gio yang kebanyakan lewat jalur alternatif, muter-muter!
"Terus mau dibawa kemana hubunganmu Ta? Sampai kapan, kamu nerimo? Suka, sayang?" tanya Rahma. Pertanyaan sederhana dan sesimpel itu pula jawabannya hanya membutuhkan iya dan tidak, namun Leta sepertinya kebingungan untuk menjawabnya.
"Ndak tau."
"Oalah, otakmu dimana to frennn?! Waktu jawab iya buat dinikahin, opo otakmu nyangkut di rumah makan padang?"
"Mauku sederhana waktu itu, cuma mau Gio normal lagi, aku kasian karo padhe budhe, sama mas-mas juga.....aku cuma mau nolongin sebisanya, inget kalo keluarga budhe Gendis yang sering nolongin aku sama ibu tiap saat.. Budhe Gendis udah kaya ibuku sendiri juga...." akui Leta, kini kedua temannya saling pandang dan mengangguk, "tapi kamu ndak mikirin masa depan sama perasaanmu."
"Jujur sama aku, Ta...kamu ada rasa suka ndak sama mas Gio?" cecar Aul menatap Leta penuh harap. Leta membalas tatapan Aul dengan sorot mata ketidakpastian.
"Wah, fix ini! Kamu juga suka kayanya!" tembak Rahma.
"Ndak tau ah! Lagipula kata mas Rangga sama mas Tama bilang, aku bisa gugat cerai kalo emang nanti setelah Gio sembuh kita berdua ndak ada perasaan apa-apa dan punya pasangan lain masing-masing." Ujar Leta meng-copy paste ucapan Tama dan Rangga waktu itu.
"Nah, sekarang kan kamu tau kalo mas Gio itu normal...ndak pengen minta cerai?" bisik Aul pelan agar tak terdengar ibu.
Deg!
Leta kembali terdiam, benar juga yang dikatakan temannya. Gio sudah ia ketahui normal, lagipula sarangnya para pelangi sudah diobrak-abrik termasuk si genthong. Lantas kenapa ia masih bertahan dengan Gio?
.
.
.
.
.
love❤❤ buat teh sin😘😘😘😘