Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 8.
Seperginya Kencana dari apartemen Arkandra, ia pun segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Sejenak Arkandra termenung seorang diri di dalam kamarnya. Pikirannya menerawang memikirkan segala yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia pikir sebenarnya wajar bagi kakaknya memikirkan nasibnya ke depannya, tapi ia benar-benar tidak suka dengan cara kakaknya. Selain itu, memang ia tidak menaruh minat sama sekali dalam hal pernikahan juga perusahaan.
Arkandra telah rapi dengan kemeja berwarna navy dan celana bahan berwarna abu-abu membalut tubuhnya yang lebih pantas dijadikan seorang model. Otot-ototnya memang tidak terlalu besar, tapi sangat menggoda dipandang mata. Tak lupa ia menyampirkan snellinya di lengan kanan, sedangkan tasnya ia genggam di tangan kiri. Rahang tegas, tatapan mata tajam, bibir merah karena tidak pernah terkontaminasi tembakau dan nikotin, serta tubuh yang proporsional membuatnya banyak digilai para wanita, baik muda maupun tua. Walaupun Arkandra minim senyum tapi mampu menggetarkan hati para gadis yang melihatnya. Tidak sedikit pasiennya yang menyatakan minat dan hendak menjodohkannya dengan Arkandra tapi ia selalu menolak dengan halus.
Arkandra memang terkenal galak, bukan hanya kepada para junior, bahkan para senior pun sering kena damprat. Tapi berbanding terbalik bila dengan pasien, Arkandra akan bersikap lembut walaupun tetap saja dengan minim senyum, bahkan nyaris tak pernah tersenyum.
Sebelum melajukan mobilnya menuju rumah sakit, Arkandra terlebih dahulu mampir ke minimarket yang tak jauh dari apartemennya. Sesaat sebelum turun dari mobilnya, Arkandra tercenung di tempat karena melihat pemandangan yang cukup unik baginya. Sebuah motor sport biasa dimodifikasi sedemikian rupa hingga terlihat gahar dan gagah berhenti tepat di samping mobilnya. Lalu sang pengemudi yang merupakan seorang perempuan dengan kemeja putih dan celana kulot hitam turun sambil membuka helmnya. Lalu ia mengibaskan rambutnya di udara dan mengikatnya rapi. Dengan sesekali menguap, gadis itu berjalan dengan sedikit mendesis, mungkin luka karena jatuh tempo hari belum benar-benar pulih. Arkandra terus memperhatikan gadis itu sampai ia menghilang di balik pintu minimarket. Arkandra menggeleng-gelengkan kepalanya heran, untuk apa coba ia memperhatikan gadis itu, pikirnya. Malas kembali diganggu apalagi di goda, Arkandra menyalakan kembali mobilnya lalu pergi dari minimarket itu.
"Hai Ra, masih ngantuk loe!" tegur Eza yang merupakan seorang kasir minimarket khusus shift mala seraya tersenyum. Minimarket Happymart memang buka 24 jam dengan pergantian shift 3 kali.
"Hmm ... ngantuk banget nih! Kalo bukan demi perut, rasanya pingin balik masuk selimut." sahut Azura seraya terkekeh.
"Ya udah, bawa selimutnya ke sini, tidur di mari aja " ujar Eza sambil mengulum senyum.
"Iya ya, anggap aja kita lagi nginap di kamar hotel. Enak banget kalo bisa tidur di sini, AC-nya 24 jam cuy jadi adem." Azura terkekeh sendiri membayangkan dirinya tidur di minimarket tempatnya bekerja.
"Ya udah, jadi istri bang Eza aja, entar bisa tidur di rumah ber-AC terus." ujar Eza sambil memainkan alisnya.
"Idih, kerjaan kita aja samaan gimana caranya rumah loe ber-AC 24 jam. Oh atau rumah loe punya AC alam soalnya jendelanya gede jadi angin bisa was wes wos ke dalam rumah terus bikin adem?" Azura geleng-geleng kepala mendengar candaan Eza. Ia pikir, mana mungkin orang yang kerjaannya aja cuma kasir minimarket bisa pasang AC di rumahnya. Kecuali dia ngekost di kost-kostan elit yang lengkap dengan fasilitas AC , tapi bukankah biaya sewa kost-kostan seperti itu tidak murah, bisa-bisa hasil kerja keras mereka sebulan cuma cukup untuk biaya sewa sebuah tempat tinggal. Ada-ada saja pikiran Eza, pikirnya.
Azura tidak tahu saja, sebenarnya Eza itu adalah anak pemilik minimarket itu. Sebenarnya Eza iseng saja menjadi kasir shift malam di minimarket itu, tapi lama-lama ia nyaman sendiri apalagi saat ia berjumpa Azura.
"Dah ah, minggir loe! Pulang sana terus tidur. Gue mau kerja dulu." tukasnya mengusir Eza dari tempatnya berdiri.
"Ck ... main usir aja. Nggak mau ditemenin nih? Gimana kalau aa' Eza temenin kerjanya biar makin semangat?" goda Eza sembari mengerlingkan sebelah matanya.
"Idih aa', apaan tuh? Entar gue salah panggil malah jadi ee' , gimana?" canda Azura garing sebab ia sudah malas digombali seperti itu.
"Huh, padahal gue serius eh malah ditanggapi kayak gitu. Si Eneng bikin hati aa' sedih aja." ucap Eza seolah-olah sedang mengalami patah hati.
"Udah iih, sana-sana, pulang terus tidur. " usir Azura sebab sudah ada pelanggan yang antri ingin membayar belanjaan mereka.
Eza mendengus lalu tersenyum manis pada Azura, "Iya iya, selamat bekerja, Ra." ucapnya lembut seraya mengerlingkan sebelah matanya kembali. Azura hanya tersenyum sembari mendengus melihat sikap dan tingkah laku Eza yang sebenarnya cukup manis dan menyenangkan.
...***...
"Silahkan dinikmati makan dan minumannya, kak." ujar Melodi setelah pesanan pelanggan telah ia hidangkan di meja.
Pelanggan itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih kembali.
Lalu Melodi menghampiri meja yang lainnya dan mencatat kembali pesanannya. Tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa baki berisi makanan dan minuman di atasnya dan menghidangkannya di meja pemesan. Begitulah seterusnya pekerjaan Melodi.
Melodi pekerja yang giat dan disiplin, tapi biarpun ia telah berusaha semaksimal mungkin nyatanya ia belum juga bisa membantu sang kakak membayar hutang mendiang orang tuanya. Setelah selesai dengan tugasnya, ia membaringkan kepalanya di atas meja dapur, dengan kedua tangan sebagai alasnya.
"Kamu kenapa, Di?" tanya Loli, manajer cafe tempat Melodi bekerja.
"Eh, kak Loli. Melodi nggak papa kok." ujarnya tersenyum lembut. Tapi hal itu tetap tak dapat menutupi kegundahannya.l yang begitu kentara di wajahnya.
"Udah, nggak usah bohong. Cerita aja. Anggap aja curhat sama kakak sendiri. Dengan senang hati kakak akan mendengarkan, walaupun tidak bisa membantu, minimal bisa meringankan beban di hatimu, bukan." tukasnya lembut.
Melodi mendesah pasrah, lalu ia pun mulai menceritakan kegundahan hatinya. Loli pun memaklumi permasalahan Melodi dan kakaknya. Andai ia terlahir dari keluarga berada, ia pasti akan dengan senang hati membantu Melodi yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.
"Masalah kalian berat juga ya, Di. Tapi kakak mendukung pemikiran kakak kamu, lebih baik kamu sekarang fokus sama kuliah kamu. Kamu pasti ingin membuat kakakmu bangga, bukan? Percayalah pada kakakmu sendiri, ia pasti tau apa yang terbaik bagi dirinya ataupun dirimu. Dia begitu menyayangimu, jadi jangan sampai mengecewakan kakakmu yang sudah mati-matian berjuang. Tinggal kamu satu-satunya harapan dan sumber kebahagiaan kakakmu, jadi jangan terlalu ambil pusing. Bukannya tidak lama lagi kuliahmu selesai, jadi fokus dulu ke kuliahmu, okay." pungkas Loli memberikan nasihat untuk Melodi. Melodi pun tersenyum sebab apa yang dikatakan Loli ada benarnya juga.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..