Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan yang terlambat
Clara terus menggerutu dengan dada bergemuruh kesal, hingga tidak sadar siapa dirinya dan posisinya yang tak diakui institusi.
Sekeras apapun dia memperjuangkan haknya, tetap akan kalah dengan power seorang istri sah sang perwira yang namanya sudah tercatat dan diakui.
Clara terus memikirkan cara, agar posisinya tetap aman, mencari cara agar nanti Pandu tidak tunduk dan mengiyakan keinginan istri pertamanya.
Harus tegas dan bisa adil karena sama sama menyandang sebagai istri dari Pandu Aditama.
Clara mencoba menghubungi Pandu kembali, dan di panggilan yang ke empat, telepon diangkat, terdengar suara bariton diseberang sana.
"Hallo asalamualaikum, ada apa sayang? maaf aku lagi sibuk, ada tamu soalnya." tanpa diminta, Pandu menjelaskan keadaanya pada istri keduanya yang kini tengah menahan rasa kesal.
"Ada yang penting ingin aku bicarakan, Mas!
Tadi istrimu barusan datang kesini menemui ku." sahut Clara dengan suara dibuat sendu.
"Jawab salam nya dulu." balas Pandu mengingatkan dengan nada yang lembut.
"Iya, Mas. Waalaikumsallm." balas Clara cepat, karena tau Pandu tidak pernah suka jika salamnya diabaikan.
"Maksud Kamu Risma?" sambung Pandu dan terdengar sedang menarik nafasnya kasar.
"Iya, siapa lagi?" Balas Clara dengan nada kesal.
"Darimana Risma tau? Lalu apa yang dilakukan Risma disana? Dia gak nyakiti kamu kan?" sahut Pandu mulai cemas, bukan Clara yang jadi pikirannya, tapi Risma dengan semua perubahannya.
"Mana aku tau, Mas!
Dia gak kasar sih sikapnya, cuma kata katanya pedes banget, aku sakit hati banget dengan ucapan istri kamu itu, Mas. Dan aku takut, kalau dia nekad akan melaporkan kamu. Karena dia tadi sempat mengancam ke arah sana." Balas Clara dengan nada yang dibuat secemas mungkin.
Pandu memejamkan matanya, pikirannya langsung kacau, tertekan dan merasa bersalah dengan perbuatannya. Dulu Pandu tidak perduli dan tidak memikirkan akibat dari keputusan yang diambil lantaran tidak mencintai Risma.
Tapi setelah Risma berubah dingin dan tak lagi menganggap keberadaannya, Hati pandu tiba tiba merasakan sakit dan juga rindu secara bersamaan.
Bukan lagi memikirkan takut di pecat, tapi pandu justru lebih menghawatirkan kalau Risma meminta pisah. Membayangkan saja, Pandu sudah tidak sanggup.
"Mas! Mas! kok kamu diam saja sih?
ini gimana? Aku khawatir loh ini!" Clara panik dan kesal karena tidak ada respon sama sekali dari Pandu. Clara pikir, jika dia menyampaikan kelakuan Risma ke Pandu, Pandu akan semakin tidak respek dan bahkan akan meninggalkan Risma. Tapi justru Pandu hanya diam saja tidak merespon.
"Sudah kamu tenang saja, biar Risma jadi urusanku. Nanti aku akan mengantarkan kamu saja dan kembali pulang, karena aku harus bicara dan menyelesaikan ini saja Risma. Tolong mengerti situasi ini, Clara!"
"Kamu gak menginap, Mas?" sahut Clara cepat, hatinya tiba tiba sedih dan sakit mendengar Pandu lebih menghawatirkan masalah nya dengan Risma dibandingkan dengan perasaannya.
"Tolong, pahami keadaan Clara. Ini bukan saat nya untuk cemburu. Nanti akan ada waktunya sendiri aku menemui kamu dan menghabiskan waktu bersama kamu, tapi saat ini beri aku waktu untuk menyelesaikan masalahku dengan Risma, karena ini juga menyangkut masa depan hubungan kamu denganku." Pandu sekali lagi menekankan pada Clara untuk mengerti keadaannya. Dan dengan tegas Pandu menolak keinginan Clara yang tidak tau kondisi.
"Tapi, Mas. Kamu gak jatuh cinta sama istrimu itu kan? jangan buat aku cemburu, sakit rasanya!"
Clara mulai menangis untuk menarik simpati Pandu dan berharap Pandu tetap pada dirinya yang dulu, yang tak ada hati pada istri pertamanya.
"Tolong, plis Clara. Risma itu juga istriku. Tak sepantasnya kamu bicara seperti itu. Perasaan itu tidak bisa dikendalikan kalau hati sudah bicara. Jadi tolong pahami ini. Ada yang lebih penting dari rasa cemburu kamu itu." Pandu menarik nafasnya kasar, sempat kesal dengan Clara yang berpikir egois dan tidak tak mengerti dengan kegelisahan Pandu.
"Kamu siap siap sekarang, sepuluh menit lagi aku akan menjemput kamu di hotel, kita pulang sekarang saja, Karena aku harus cepat bicara dengan Risma." Pandu meminta Clara segera bersiap dan segera kembali ke Kediri, karena hati Pandu semakin tak tenang dengan sikap Risma yang membuatnya lama lama bisa gila.
"Tapi, Mas,!" Balas clara ragu dan masih ingin tetap tinggal di Madiun untuk mengetahui perkembangan rumah tangga Pandu dengan Risma.
"Tolong, jangan membantah Clara. Siap siaplah. Aku akan kesana sekarang. Aku tunggu di depan hotel, nanti kamu langsung saja keluar."
Pandu tidak ingin dibantah dan tidak mau tau dengan keinginan Clara. Baginya, bicara dan menyelesaikan urusannya dengan Risma jauh lebih penting.
Cukup waktu sepuluh menit Pandu sudah ada di luar hotel dan terlihat Clara sedang berjalan menuju ke arah mobilnya dengan menyeret kopernya dengan wajah ditekuk. Melihat sikap Clara Pandu mendesah gusar.
"Sudah tidak usah cemberut seperti itu, ini bukan saatnya bersikap seperti anak kecil Clara." Pandu membuka suaranya menatap Clara yang sedang cemberut memasuki mobil dan mulai duduk di kursi samping Pandu.
"Iya, Mas! Iya! "
Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Clara dengan wajah tak enak dilihat. Namun Pandu memilih abai dan langsung menjalankan mobilnya menyusuri jalan raya dengan kecepatan tinggi.
Clara memilih diam dengan perasaan kesal, Kalau saja dia tidak cinta mati sama Pandu, mungkin dia akan memilih pergi dari situasi yang menyakitkan baginya. Tapi cinta dan harta membuatnya memilih bertahan dan menuruti semua perkataan Pandu.
Satu jam lebih dua puluh menit, mobil Pandu memasuki halaman depan pagar rumahnya yang baru saja ia beli sebagai mahar untuk istri keduanya.
"Mas yakin gak turun dulu, aku masih kangen loh." kembali Clara menginginkan Pandu untuk bersamanya.
"Aku harus kembali sekarang juga Clara. Nanti aku akan pulang setelah urusanku dengan Risma selesai, doakan yang terbaik buat kita semua ya.
Kamu hati hati, asalamualaikum."
Pandu tetap bersikukuh dan gak mau turun, setelah menurunkan Clara, Pandu kembali menyalakan mobilnya dan melaju menyelusuri jalanan dengan hati yang tak karuan. Pikirannya tertuju kepada Risma, istri yang selama ini sudah dia abaikan dan dia hancurkan perasaanya.
"Ternyata rasanya sesakit ini diabaikan. Maafkan aku Ris! Semoga kamu mau memaafkan aku dan aku janji akan memperbaiki hubungan kita, mungkin aku mulai mencintai kamu, karena hatiku selalu sakit saat kamu mengabaikan ku. Alloh ampuni aku."
Pandu terus sibuk dengan perasaannya sendiri, merasa bersalah dan menyesal yang mungkin sudah terlambat. Karena hati Risma sudah benar benar ia tutup untuk cinta dan harapan itu, Risma sudah lelah dan ingin merasakan hidup yang lebih baik dengan tanpa Pandu dalam mimpi dan harapannya. Semua sudah berakhir seiring dengan penghianatan yang Pandu ciptakan.