NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Membujuk

Sebenarnya, Gerald ingin sekali memberikan penghargaan tertinggi pada Infiera sambil bertepuk tangan, tapi dirinya tahan karena hal itu akan sangat terlihat aneh dan membuat semua orang bertanya.

Infiera bergabung dengan yang lain, membahas rencana mereka yang akan pergi ke panti asuhan. Sedangkan Almira, tidak lama, dia berpamitan, wanita itu mengatakan masih memiliki kelas mengajar. Sebenarnya, Gerald tahu kalau mantan kekasih Abimanyu itu merasa tertampar dengan perkataan Infiera yang sangat jujur.

Andai saja wanita itu tahu kalau Infiera adalah istri dari mantan kekasihnya, mungkin dia akan melanjutkan berdebat demi untuk mempertahankan siapa orang yang paling tersakiti.

“Memangnya, kita hanya akan datang ke satu tempat saja?” kebetulan acaranya akan dilakukan setelah ujian nanti yang akan dilaksanakan satu bulan lagi, Fiera berpikir mungkin ada beberapa tempat yang akan mereka datangi.

“Jika sesuai rencana, kami akan mendatangi tiga panti asuhan.” Adi menjelaskan.

Fiera terlihat berpikir. Kalau dirinya sudah berniat akan pulang ke Bandung saat libur nanti. Jadi, sepertinya dirinya hanya bisa ikut di satu kegiatan saja.

“Aku akan bergabung yang pertama saja, karena mau pulang ke Bandung.”

“Tidak masalah. Dia juga sama seperti kamu.” Adi menunjuk salah satu anggotanya yang berasal dari Banten.

“Baiklah, kalau begitu, aku permisi dulu, ya. Masih ada kelas.” Fiera berpamitan, dia melirik Gerald yang kini sedang menerima panggilan di kursi kayu yang didudukinya.

Melihat hal itu, Fiera memilih langsung menuju ke kelasnya. Dia memiliki satu jadwal lagi hari ini. Dia bergegas menuju lantai dua.

Lagi-lagi, dia harus berpapasan dengan Abimanyu yang baru selesai mengajar. Pria itu menatapnya begitu intens.

Fiera sama sekali tidak mengubah ekspresinya. Dia berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Begitu jarak mereka semakin terkikis, Abimanyu terlihat hendak menghentikan langkahnya untuk menyapa, tapi sang istri terus melangkah tanpa memedulikannya. Wanita itu bahkan tidak repot-repot untuk meliriknya.

Abimanyu menghela napas lelah. Ternyata, tidak mudah membujuk Fiera yang sedang marah.

Abimanyu meneruskan langkahnya menuju ke gedung dekanat. Setelah ini, dia masih harus bertemu dengan seseorang untuk membahas mengenai usaha kafenya bersama dengan rekannya, Gerald.

“Bi, lo jadi ketemu Pak Burhan?” tanya Gerald saat Abimanyu masuk ke ruangannya.

“Jadi, ini mau berangkat.”

Abimanyu melihat Almira yang juga sedang membereskan meja kerjanya.

“Bi, aku boleh nebeng ke kamu, ga? Aku mau ke supermarket.” Almira berdiri di dekat meja kerjanya.

Abimanyu tidak langsung menjawab, dia terlebih dahulu membereskan meja dan meletakkan beberapa buku di atasnya.

“Maaf, Al, aku sedikit buru-buru bertemu orang,” tolak Abimanyu acuh tak acuh, lalu kembali melihat ke arah Gerald. “Bisa tolong telepon Andi? Katakan padanya untuk mulai membenahi toko besok.”

“Aman!”

Setelah mengatakan itu, Abimanyu dengan cepat meninggalkan ruangannya. Dia tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Almira yang sedikit sendu. Ini pertama kalinya Abimanyu menolak permintaannya. Padahal, dia hanya meminta untuk diantar ke super market, karena bahan makanan di rumahnya sudah habis.

Gerald merasa kasihan dengan Almira, tapi dia tetap berpura-pura tidak tahu. Sejauh ini, Abimanyu tidak mengatakan apa pun mengenai hubungannya dengan Infiera, bahkan saat dirinya mendekati istrinya terang-terangan. Jadi, Gerald juga memutuskan untuk tetap berpura-pura tidak tahu, dan terus melakukan apa yang biasa dia lakukan. Itu menyenangkan.

***

Pertemuan Abimanyu dengan rekanannya ternyata cukup menyita waktu karena dia harus memilih bahan kopi terbaik untuk kafenya nanti. Abimanyu langsung turun tangan untuk memilihnya. Meski dia memiliki teman yang bisa melakukannya, tapi dirinya tetap terjun langsung. Dia tidak mau kecolongan untuk hal paling penting.

Abimanyu pulang ke rumahnya setelah menyelesaikan semua urusannya. Tubuhnya sedikit lelah. Seperti Infiera, dirinya juga hanya tidur sebentar semalam, lalu dia harus mengajar di dua kelas. Setelahnya mengurus kafe yang tidak lama lagi akan segera melakukan soft opening.

Abimanyu melangkah ke dalam rumahnya dengan sisa tenaga yang dia miliki. Terlebih, pertengkarannya dengan Infiera sangat mengganggu pikirannya saat ini. Namun, tiba-tiba saja tawa begitu renyah terdengar dari ruang tengah.

Itu adalah suara Infiera. Wanita itu sedang menonton acara variety show Korea, sepertinya.

Entah karena tidak menyadari kedatangannya atau memang tidak peduli dengan kepulangannya. Fiera tetap fokus dengan tontonannya. Sesekali tertawa terpingkal.

Pikiran yang kalut dan badan yang lelah seakan menghilang saat melihat tawa wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Abimanyu tidak menyadari saat ujung bibirnya terangkat membentuk senyum tipis.

Abimanyu ingin menghampiri wanita itu, tapi dia sadar kalau dirinya belum mandi dan masih bau keringat. Dia buru-buru berbalik dan melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelahnya, baru dia akan menghampiri Infiera untuk menyelesaikan masalah semalam.

Abimanyu yakin kalau Fiera sekarang dalam suasana hati yang baik. Jadi, dia juga percaya diri kalau wanita itu mau berbicara dan memaafkannya.

Abimanyu terlihat bersemangat kembali menuruni tangga untuk menghampiri sang istri. Namun, dugaannya salah karena Fiera sudah tidak ada di ruang tengah, meski TV masih menyala di sana.

Abimanyu berjalan ke arah dapur, ternyata Fiera ada di sana.

“Fier... .” Abimanyu menghentikan langkahnya, saat menyadari kalau wanita itu sedang melakukan panggilan telepon di meja makan.

“Iya, Kak Gio, kan tahu kalau dari kemarin aku engga setuju.”

Abimanyu mendengar jelas pembicaraan istrinya dengan seseorang yang bernama... .

 Gio? Siapa dia?

“Haha ... memang Kak Gio mau ngasih aku nafkah apa?”

Abimanyu mengerutkan keningnya saat pembicaraan itu semakin aneh di telinganya. Nafkah? Sedang bicara dengan siapa dia?

Abimanyu tidak tahu apa yang sedang dibicarakan istrinya dengan orang yang ada di dalam teleponnya karena dia hanya mendengar ucapan wanita itu, tapi dari setiap kata yang dikatakan membuat hatinya tidak nyaman.

“Tidak akan, aku engga akan ninggalin kakak, kok. Asalkan engga mengubah akhirnya saja, aku setuju.”

Ninggalin? Apa dia selama ini punya pacar?

Abimanyu seperti merasakan percikan api di tubuhnya. Panas. Namun, dia tidak bisa menghampiri wanita itu dan merebut ponselnya, lalu melemparkannya untuk menghentikan apa yang dikakukan Fiera sekarang. Dirinya saja menggandeng wanita lain di depan istrinya sendiri.

Abimanyu melihat Fiera yang baru saja menyelesaikan panggilannya. Wanita itu mengambil air dingin di dalam kulkas, lalu membawanya keluar dari dapur.

“Fiera,” panggil Abimanyu saat wanita itu melewatinya.

Jangankan menyahut, berhenti saja tidak. Fiera meneruskan langkahnya menuju ruang tengah untuk mematikan TV, lalu wanita itu terlihat berjalan menuju kamarnya.

Jegrek!

Terdengar pintu kamar dikunci dari dalam, membuat Abimanyu menghela napas berat. Abimanyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu caranya membujuk istrinya yang sedang merajuk.

“Mungkin besok pagi,” gumamnya seraya melangkah menuju ruang tengah. Bermain PS sepertinya tidak buruk untuk mengalihkan pikirannya yang sedang kacau.

...

Keesokan harinya, Abimanyu bangun pagi-pagi sekali. Dia memastikan terlebih dahulu kalau Infiera belum pergi ke kampus. Setelahnya Abimanyu dengan cepat membuat sarapan untuk mereka berdua. Dia tidak boleh gagal kali ini. Dirinya harus duduk bersama dengan Infiera, meski sambil sarapan dirinya harus bicara dan menyelesaikan masalahnya.

Hari ini, Abimanyu memasak nasi dan juga membuat tumis daging sapi lada hitam. Baginya, itu cukup mudah. Dengan menggunakan slice wagyu, dimasak sederhana saja rasanya cukup enak. Tidak lupa, Abimanyu juga memotong apel untuk pencuci mulut. Dia tersenyum saat semuanya sudah terhidang di meja makan.

Setelah memastikan untuk terakhir kalinya. Abimanyu bergegas menuju kamar istrinya untuk memanggil wanita itu supaya sarapan bersamanya. Beruntung, saat itu Fiera keluar dari kamarnya.

Namun, Abimanyu seketika menghentikan langkahnya, dia melongo di tempatnya. Fiera keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi, siap berangkat ke kampus. Yang membuatnya membeku di tempat adalah apa yang dilakukan istrinya.

Fiera berjalan keluar melewatinya begitu saja sambil menikmati sebungkus roti berukuran sedang di tangannya. Itu artinya, wanita itu tidak akan sarapan di rumah.

“Fiera!”

Lagi-lagi, istrinya sama sekali tidak mengindahkan keberadaannya dan juga panggilannya. Abimanyu mengacak rambutnya frustrasi. Harus bagaimana lagi dia mengajak Fiera untuk berbicara?

“Gini, ya, Fier, perasaan kamu saat aku abaikan selama hampir satu tahun?” gumamnya, menatap pintu keluar yang sudah kembali tertutup.

Abimanyu melangkah kembali menuju dapur dengan lunglai. Dia menikmati sarapannya sendiri. Tumis daging lada hitam yang sebelumnya terasa lezat, kini malah hambar di lidahnya. Padahal, dia memasak itu untuk Infiera, tapi wanita itu memilih untuk menikmati sepotong roti yang dimilikinya.

...

Pukul dua siang, Abimanyu pergi ke kantornya. Sudah lama dia tidak datang ke perusahaan penerbitan miliknya. Terakhir saat kedua orang tuanya sampai di Jakarta.

Saat sampai, Abimanyu segera naik menggunakan lift untuk menuju ke ruangannya. Saat keluar dari lift, Abimanyu berpapasan dengan Joko yang membawa nampan berisi beberapa aqua.

“Mau dibawa ke mana?” tanya Abimanyu, karena Joko berjalan menuju ke perpustakaan kantor bukan ke ruangan yang biasa digunakan untuk menerima tamu.

“Ke perpustakaan. Ada beberapa mahasiswa yang datang untuk melakukan penelitian. Katanya, disuruh Bapak untuk ke sini.”

“Mahasiswa? Berapa orang?”

“Emmm ... hanya empat orang. Dua perempuan dan dua laki-laki.”

Abimanyu terlihat berpikir. Apakah mereka Infiera dan juga teman-temannya?

“Baiklah, kau boleh pergi.” Abimanyu mengibaskan tangannya. Lalu, berjalan cepat ke arah timur dari ruangannya. Dari sisi timur, Abimanyu bisa melihat dengan jelas ruangan perpustakaan. Dia ingin memastikan kalau mahasiswa yang dimaksud oleh Joko salah satunya adalah istrinya.

Benar saja apa yang dipikirkannya, kalau mahasiswa yang dimaksud Joko adalah Fiera dan juga teman-temannya. Dia tersenyum melihat wanita itu ada di kantornya. Apa lagi, saat dia melihatnya melalui kaca hitam di ruangan itu, Fiera sedang tertawa begitu lepas. Namun, dia langsung menutup mulutnya saat Joko masuk ke ruangan itu dan menyajikan air mineral untuk mereka.

Abimanyu bergegas menuju ke ruangannya. Dia memanggil Joko untuk datang.

“Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?”

“Jok, tolong belikan mereka cemilan.” Abimanyu mengeluarkan uang dua lembar seratus ribuan. “Ah, iya, belikan siomay yang ada di depan itu juga, ya?” Abimanyu ingat kalau itu adalah salah satu makanan khas Bandung. Fiera pasti menyukainya dan akan sangat senang mengingat wanita itu sudah lama tidak pulang.

“Ah, anak-anak jaman sekarang, tuh, suka banget sama makanan khas Korea. Kamu pergi ke Laws*n. Beli apa saja, topokki, odeng, atau apalah itu yang ada kuahnya. Ini, tambah lagi takutnya engga cukup.” Abimanyu kembali mengeluarkan uang seratus ribu.

Joko melongo dengan perintah Abimanyu. Sejak kapan bosnya ini peduli dengan orang lain? Apa mungkin jika di kampus Abimanyu adalah dosen yang perhatian dan juga dekat dengan mahasiswanya? Tapi, mana mungkin orang bisa berganti kepribadian jika berbeda tempat?

“Heh! Kenapa kau malah melamun, cepat pergi. Nanti mereka kelaparan, kan?”

“Eh? I-iya, baik, Pak.”

Joko buru-buru berbalik dan hendak pergi meninggalkan ruangan bosnya. Tapi, kembali Abimanyu memanggilnya.

“Eh, Jok, jangan katakan kalau itu dari saya, ya? Kamu bilang saja itu traktir dari kantor untuk mahasiswa yang datang.”

Meski bingung, Joko menjawab, “Baik, Pak.”

Abimanyu tersenyum puas. Ya, walaupun Fiera tidak mau memakan masakannya, setidaknya dia mau memakan makanan yang dibelikan Abimanyu.

...

Di perpustakaan, Fiera dan juga teman-temannya sedang sibuk mencari beberapa buku untuk keperluan tugasnya. Mereka beberapa kali berdebat karena perbedaan pendapat, tapi beruntungnya mereka segera mencari memutuskan pendapat mana yang akan mereka ambil.

Merasa beruntung banget karena Abimanyu menyarankan tempat itu, karena di sana apa yang mereka butuhkan benar-benar sudah tersedia.  Tempatnya juga sangat nyaman, AC yang mendukung, ruangan yang tertata dengan rapi dan juga bersih, ruangannya juga wangi segar. Meski di luar cuacanya sangat panas, mereka tetap nyaman.

Lebih dari satu jam mereka berdiskusi, tiba-tiba ruangan kembali terbuka dari luar. Joko datang dengan membawa banyak makanan di tangannya.

“Ini, kalian pasti lapar.”

Semua orang terkejut dengan apa yang dibawa Joko.

“Astaga, Mas, ga usah repot-repot. Lagian kami di sini itu numpang mengerjakan tugas.”

“Tidak apa-apa, Mbak. Ini... traktiran dari kantor. Silakan, dinikmati saja. Mengerjakan tugas, kan, membutuhkan tenaga.”

“Aduh, Mas, kami jadi sungkan. Tapi, terima kasih banyak, loh.” Arfan berkata mewakili teman-temannya.

“Selain mempermudah tugas, kita juga mendapatkan makanan enak. Nikmat mana lagi yang mau didustakan.” Bimo juga menimpali.

Joko tertawa mendengar hal itu. “Sama-sama. Silakan dimakan dulu mumpung masih panas. Saya tinggal karena masih ada pekerjaan.”

Fiera yang hanya diam memperhatikan apa saja yang dibawa Joko. Ternyata mereka mendapatkan banyak sekali makanan. Salah satunya adalah Siomay.

“Mas, tunggu!” Fiera meraih siomay dan membawanya pada Joko. “Ini buat mas saja, karena kami masing-masing dapat satu porsi. Saya itu alergi kacang tanah, jadi tidak bisa memakan ini. Sedangkan yang lain sudah punya bagiannya masing-masing. Ah, ini juga.” Fiera mengambil makanan khas Korea itu dan memberikannya pada Joko. Saya dan teman saya bisa berbagi, karena sebelum ke sini sudah makan siang.”

“Tapi, Mbak, ini dikasih dari bos untuk kalian.”

“Iya, kami terima. Tapi, ini untuk mas saja. Lihatlah, ini masih banyak banget. Kami bisa berbagi.”

Arfan juga ikut menimpali. “Iya, benar, Mas, bawa saja. Ini masih banyak banget. Kami bisa berbagi.”

“Wah, kalau begitu terima kasih, ya.”

Fiera mengangguk dengan mengembangkan senyumnya.

Joko segera keluar dari ruangan itu untuk kembali ke ruangannya.

Joko kembali bertemu dengan Abimanyu yang baru saja kembali dari pantry, dengan membawa secangkir kopi di tangannya. “Bagaimana, Jok?” tanya Abimanyu.

“Sudah, Pak, saya sudah memberikannya pada mereka.”

Abimanyu mengangguk, tapi pandangannya terfokus pada makanan di tangan Joko.

“Ini, salah satu dari mereka katanya alergi kacang tanah. Jadi memberikannya pada saya. Dia juga memberikan bagiannya yang lain.”

Abimanyu mengerutkan keningnya. “Yang mana?”

“Hah?”

“Em... maksud saya, ciri-cirinya seperti apa yang memberikan bagiannya?”

“Ah, yang wanita. Rambutnya lewat dari bahu, terus ada lesung pipinya juga.”

Abimanyu tidak perlu menanyakan namanya. Dia sudah pasti tahu kalau yang dimaksud adalah Infiera.

Itu artinya, lagi-lagi wanita itu menolak makanannya? Padahal, dia tidak tahu kalau dirinya yang membelikan makanan itu.

Hah!

Apa dia cenayang?

Joko terlihat canggung. Dia berpikir kalau Abimanyu marah karena dia mengambil makanan yang diberikan oleh mereka.

“Ya sudah, kamu lanjutkan bekerja setelah menghabiskannya.”

Joko tersenyum karena ternyata Abimanyu tidak marah. “Baik, Pak, saya permisi.”

Abimanyu kembali ke ruangannya. Lagi-lagi dirinya ditolak mentah-mentah. Padahal sudah melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

1
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Lumayan
Desy Koro
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
bagus
rina Rismayanti
Luar biasa
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
AndriYani
Luar biasa
RinaWati Rimaswan
Nyeseuk bngt baca'y sampe gk sadar keluar air mata 😭😭😭😭 Serasa aq yg ada dlm cerita'y saking meresapi cerita'y
Diah Mistianti
2 ;"
micii
nyesek baca nya
Fera
Luar biasa
Fera
Lumayan
Umriyah Purnawati Sholikhah
nah loh,,,seorang istri itu perasaannya peka banget.ati2 loh Bi
Yenny Wishnutama
Luar biasa
Azriel
Kecewa
Azriel
Buruk
Erwin Cuantiq
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!