Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Wilayah kerja.
Tempat, situasi dan keributan tokoh adalah versi penulis sepenuhnya.
🌹🌹🌹
Bang Raka pusing tujuh keliling. Segala informasi yang ia dapatkan seakan 'mati'. Bagaimana bisa tidak ada informasi begal yang benar-benar valid di daerahnya.
Disisi lain, Bang Hanggar tidak dapat menemukan begal yang membuat Arlian ketakutan hingga sakit.
"Sampai kutemukan begal itu, biar kubeset kulitnya..!!" Ucapnya geram hingga mungkin hidungnya nyaris berasap.
"Sudahlah Gar, kita balik saja. Yang penting sekarang Lian sudah ada di rumah dan dalam perlindungan keluarga." Kata Bang Bilal menenangkan sahabatnya.
***
Pagi ini Bang Hanggar ingin sekali kembali bertemu dengan Arlian, namun ternyata Papa Hara ingin bertemu dengannya.
"Lalu sekarang Arlian ada dimana?" Tanya Bang Hanggar penasaran.
"Oohh.. itu.. sudah satu bulan ini Arlian di Medan, ikut dengan Axcel." Jawab Papa Hara.
Kening Bang Hanggar berkerut, ia tak tau pasti alasan Papa mertuanya membohonginya pasalnya Bang Bilal mengatakan jujur mengatakan kalau Arlian sedang ada disini.
"Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada Bilal." Imbuh Papa Hara yang melihat keraguan menantunya.
Bang Hanggar tersenyum kecut, kini ia merasa ada banyak kejanggalan dalam pernikahannya. Tak lama ponselnya berbunyi, ia melihat sebuah kabar yang membuat senyum itu sedikit membawa kelegaan.
"Baiklah kalau begitu, Pa. Bisakah Papa mengirim saya dinas luar ke perbatasan?" Tanya Bang Hanggar dengan wajah sendu.
"Sebenarnya, Papa akan mengirim mu pindah tugas ke daerah pegunungan Jaya." Kata Papa Hara juga merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa Pa. Aman.. tolong tanda tangan sekarang saja. Lebih cepat lebih baik."
Melihat menantunya tenang seakan tanpa beban sudah membuat kelegaan tersendiri di hati Papa Hara. Beliau pun menandatangani dokumen tersebut.
...
Seluruh keluarga di rumah sangat kaget mendengar kabar bahwa Arlian harus berangkat mengemban tugas sebagai tenaga medis di daerah pelosok. Daerah yang akan di datangi Arlian begitu dekat dengan wilayah kerja Bang Hanggar, yang lebih parah adalah Letnan Hanggar sendiri yang memimpin satu wilayah divisi kecil sebagai kesatuan pleton intai.
"Apa tidak bisa di cabut surat perintahnya Pa?" Tanya Bang Axcel saat berunding melalui sambungan telepon.
"Papa sudah menanda tangani surat perintah tersebut lengkap dengan stempel." Jawab Papa Hara.
Bang Axcel tak bisa lagi menjawabnya, ia mematikan panggilan telepon secara sepihak.
"Surat perintah untuk siapa, Pa?" Suara Arlian membuyarkan pikiran Papa Hara.
"Nggak ada, ini soal kerjaan saja." Papa Hara mengalihkan perhatian Arlian agar tidak lagi bertanya.
Arlian mengangguk, di sela wajahnya yang masih pucat ternyata dirinya sudah packing beberapa barang.
"Kenapa kamu tidak bilang sama Papa? Kali ini kamu perginya jauh lho dek." Tegur Papa Hara.
"Namanya juga misi kemanusiaan. Lagipula disana ada Bang Rumbu. Apa yang harus di takutkan." Kata Arlian.
Papa Hara hanya bisa membuang nafas berat tanpa bisa berbuat apapun dengan langkah putrinya.
"Hidup adalah pilihan, Pa..!! Lian titip Panggih dan Bima." Pinta Arlian di hadapan Papa Hara.
"Tolong buatkan saya SP, Pa. Biar saya jaga Arlian disana..!!" Ucap Bang Raka penuh permohonan.
Papa Hara terdiam, beliau menimbang dari keadaan dan segala aspek yang terjadi. Perasaannya sebagai ayah tentu terombang-ambing. Raka adalah seorang duda anak satu sedangkan putrinya hanyalah wanita malang yang dulu tidak pernah di cintai oleh suaminya. Meskipun kini Bang Hanggar nampak sudah berubah tapi ada bentuk ketidak relaan seorang ayah melihat putrinya kembali disakiti hanya saja, status Arlian membuat beliau sulit untuk berkutik.
"Bagaimana Pa?" Tanya Bang Raka lagi.
"Baiklah, Papa buatkan kamu SP sekarang..!!"
\=\=\=
Bang Hanggar menginjak wilayah kesatuan baru. Senyumnya merekah meskipun terasa pahit di rasakan.
'Jika ada kamu, harus ada aku. Selama status itu masih melekat dalam dirimu. Aku akan selalu di sampingmu.'
"Selamat siang, Danton. Selamat datang di tanah batas timur laut." Sapa Bang Rumbu memberi salam secara formal.
Dua hari satu malam dalam perjalanan nyatanya membuatnya lelah juga meskipun ada jeda transit untuk beristirahat.
"Selamat siang. Apakah langsung ada muatan untuk saya hari ini??" Tanya Bang Hanggar yang memang gila kerja.
"Sementara belum ada, Danton. Tapi besok ada relawan kesehatan untuk peduli warga datang dari berbagai kota. Wilayah mereka akan berada dekat dengan basecamp kita. Ijin arahan, apakah nanti akan di berikan penjagaan khusus terkait wilayah kita tergolong wilayah siaga..!!"
"Saya minta manifest..!! Nanti saya akan tentukan seberapa besar kita harus menyiapkan pengamanan untuk team medis." Kata Bang Hanggar.
"Siap..!!"
***
Bang Hanggar menguarkan asap rokoknya. Matanya memantau ke arah sekeliling sembari membaca manifest para relawan yang akan datang ke wilayahnya.
Saat ini satu hal yang pasti, wilayah yang sedang di duduknya adalah wilayah dengan garis merah menuju hitam. Tapi demi seorang Arlian, mati pun bukanlah hal yang menakutkan baginya.
"Dokter Arbowo, Dokter Tyas Sarah, Manggar Larasati sebagai bagian Obat, Arlian Nafila Shada sebagai perawat......." Bang Hanggar kembali mengamati keadaan sekitar namun pikirannya menerawang terbang. "Yang paling berbahaya, Bowo." Gumamnya mendengus kesal.
Bang Hara mondar mandir memikirkan cara agar Dokter Bowo tidak bisa mendekati Arlian tapi sekaligus dirinya ingin memantau gadisnya secara langsung.
"Ccckkk.. Aku harus berbuat apa??? Harus bagaimana???" Pikiran Bang Hanggar terasa buntu. Matanya kemudian terpejam, ia memegang sisi meja. "Abang ini suamimu, dek. Haruskah kita sampai seperti ini??? Abang tidak ingin ada pria lain di hatimu, tidak Raka.. tidak juga Bowo." Ucapnya geregetan.
-_-_-_-_-
Dokter Sarah ternganga melihat paras wajah Letnan Hanggar. Bak terbius.. akal sehatnya seakan hilang.
Berbeda dengan Arlian yang setengah mati terkejut melihat ada Bang Hanggar disana. Tujuannya untuk menyibukkan diri dan melupakan pria yang pernah singgah di hatinya itu malah bagai ranjau tersendiri untuknya.
"Perkenalkan, saya Letnan Satu Hanggar Bayuaji. Saya penanggung jawab wilayah ini. Untuk team medis daerah ini, bisa menghubungi Letnan dua Rumbu Trawas sebagai perwakilan dari saya.............."
:
Senyum Dokter Sarah terus merekah. Dirinya sungguh tidak menyangka akan bertemu dengan pria setampan Bang Hanggar di tempat seseram itu.
Ia melihat kamarnya, lumayan nyaman untuk sekelas Dokter relawan karena memang sebagai dokter, dirinya membutuhkan istirahat yang cukup juga untuk bekerja.
Rasa penasarannya semakin menjadi, ia mencuri pandang ke arah Bang Hanggar yang sedang turun tangan langsung mengarahkan anggotanya namun ada hal yang membuatnya kesal, kamar perawat lebih dekat dengan kamar Dantim.
//
"Tidak pilih kasih, kamu tidak usah terbawa perasaan. Saya mengarahkan kamar dokter berada disana agar dokter bisa beristirahat." Kata Bang Hanggar mendengar protes Arlian.
"Apa hanya dokter yang butuh istirahat, kami perawat juga butuh istirahat." Sergah Arlian.
"Sudahlah, intinya sekarang yang terpenting kamu bisa tidur. Saya jaga kamu disini. Atau kamu memang pengen begadang dengan saya???" Jawab Bang Hanggar dengan alis mata terangkat nakal.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.