Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.
Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.
Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.
Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.
Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?
Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Aku, sungguh merasa beruntung bisa bertemu dengan mu lagi. Sungguh."
Adira masih membeku, tak tahu harus merespon apa. Suasana pun menjadi hening. Ricardo yang paham akan terkejutnya Adira, memilih untuk tetap diam dan menunggu Adira bersuara.
Ricardo dan Adira masih duduk di atas meja kerja Ricardo, memandangi jendela yang memperlihatkan langit sore yang beranjak gelap. Keduanya terjebak dalam keheningan, saling menunggu siapa yang akan memecah kebisuan terlebih dahulu.
Waktu pun berlalu dengan cepat hingga tiba-tiba pintu terketuk lagi. Kali ini, pelayan masuk dan mulai menyiapkan makanan di atas meja makan. Aroma yang menggoda dan tak asing di hidung Adira membuat Adira terkejut.
“Hmm! Masakan Indonesia!” serunya, matanya bersinar bahagia.
Ricardo tersenyum melihat reaksi Adira, lalu turun dari meja dan dengan lembut memegang pinggang kecil Adira, dan menurunkannya dari meja.
Adira yang sekarang lebih banyak diam, mengikuti Ricardo yang telah memegang tangannya. Menuntunnya berjalan menuju meja makan.
Di atas meja makan, terhidang berbagai makanan khas Indonesia yang menggugah selera. Ada nasi putih hangat yang masih menguap.Rendang daging sapi, ayam goreng kunir dan sambal terasi yang pedas dan menggugah selera. Juga ada sayur asem yang segar dengan berbagai sayuran seperti kacang panjang, labu dan jagung manis.
Adira menatap hidangan di atas meja makan dengan takjub.
“Bagaimana bisa mereka dapat bahan-bahan masakan ini di Tijuana?,” tanyanya, masih terpesona oleh aroma yang menggugah selera.
Ricardo tersenyum sambil menjawab dengan sedikit nada sombong. “Ya, sepertinya mereka aku harus memberi mereka bonus cukup banyak, karena telah membuatmu bahagia.”
Mendengar itu, Adira yang telah duduk di kursi meja makan itu pun tak bisa menahan senyumnya. Ricardo yang terpesona melihat senyum Adira lantas menarik kursi Adira agar lebih dekat dengannya.
Adira terkejut, matanya membelalak saat melihat jarak antara mereka semakin berkurang. Ricardo, yang sepertinya tak ingin terpisah dari Adira walau hanya sepuluh centimeter pun berkata, “Selamat makan, Adira,”
Adira tersenyum dan menjawab, “Selamat makan Ricardo,”
Setelah makan malam yang terasa hangat dan akrab itu selesai, Ricardo mengantar Adira menuju kasurnya untuk beristirahat.
"Selamat tidur, Adira." ucap nya lembut.
Ricardo hendak berbalik ke meja kerja nya. Namun, berhenti karna Adira memanggil nama nya.
"Kenapa?," tanya Ricardo.
"Aku, sebenarnya gak bisa tidur kalau sendirian."
"Oh, ya? Kenapa begitu?,"
"Mungkin, karna punya banyak adik. Aku gak pernah tidur sendirian dari dulu. Rasanya menakutkan kalau tidur sendirian."
Ricardo pun duduk di tepi tempat tidur, memandangi Adira yang berbaring.
"Tidurlah, aku akan temani hingga kau terlelap." ucap Ricardo hangat.
"Tapi, kalau kamu diam begitu. Aku jadi makin susah tidur."
Ricardo tertawa tanpa suara.
"Jadi, aku harus bagaimana?," tanya Ricardo masih dengan tawa di wajahnya.
"Dongeng-in aja kalau begitu,"
"Dongeng? Maaf, tapi tak ada cerita dongeng yang aku tahu."
"Yahh...Gak pa-pa deh, ceritakan apa aja."
Ricardo pun bersandar kepala kasur, tatapannya lurus ke depan.
"Hummm, ada satu cerita lucu yang selalu ku ingat,"
"Apa itu?," tanya Adira penasaran.
"Pengalaman saat pertama kali aku mencoba masak."
"Haha oke, cerita itu aja. Umur berapa tuh kejadian nya." tanya Adira dengan mata nya yang sudah mulai mengantuk.
"Mungkin, 12 atau 13 tahun."
"Terus?,"
“Kejadian nya di sebuah klub, tempat aku kerja dulu di New York."
“Saat itu, tengah malam aku iseng masuk ke dapur karna lapar. Chef disana juga sedang pergi. Jadi aku pikir, aku masak sendiri aja kalo begitu."
"Masak apa?," tanya Adira lagi. Matanya semakin mengantuk.
"Spaghetti, itu masakan yang sering aku lihat soalnya. Padahal, kelihatan nya gampang. Ternyata tak semudah itu untuk yang belum pernah masak."
Adira dengan mata ngantuk nya pun tertawa, "Jadi, kamu apa-in spaghetti nya?,"
"Saat itu aku sedang memasukan saos ke wajan. Tapi, apinya terlalu besar. Sausnya pun gosong, terus tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi.”
Adira tertawa kecil, "Serius!Jadi, semua orang di klub itu panik dong, ?”
“Yup.” Ricardo mengangguk pelan, masih dengan nada datarnya.
“Big Bos turun langsung, mukanya merah. Aku hampir di usir nya malam itu.”
Adira mencoba menahan kantuknya, tapi tawanya mulai berubah jadi gumaman. “Hmm.. Aku ngebayangin kamu kena omel. Rasa nya aneh, mafia segarang ini dulu pernah kena omel."
Adira yang sudah tak kuat menahan kantuk pun memejamkan matanya. Ricardo lalu menarik selimut dan menyelimuti Adira dengan hati-hati.
“Have a nice dream,” bisik Ricardo.
Ricardo diam sejenak, menatap wajah Adira yang tertidur. Ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya, sesuatu yang jarang ia rasakan.
"Kamu cantik," gumam Ricardo pelan.
Adira terlihat begitu tenang. Dengan rambut nya yang terurai di atas bantal. Lalu Ricardo beranjak, melangkah dengan pelan.
Malam itu, Ricardo harus pergi. El Patron memanggilnya untuk menyelesaikan beberapa hal di New York. Dan itu memakan waktu cukup lama.
Sebelum pergi, Ricardo memastikan keamanan di sekitar ruangannya terjaga.
"Heriberto." panggil Ricardo begitu keluar dari ruangan nya.
"Aku mau kalian berjaga lebih ketat selama aku pergi. Pastikan tak ada satu pun yang bisa mendekati Adira."
"Siap ketua." ucap Heriberto datar.
Heriberto menjalankan tugas nya dengan baik. Setiap hari, dia memastikan Adira mendapatkan semua yang dia butuhkan. Mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam dan kebutuhan apapun itu lainnya.
Heriberto, memang terlihat dingin dan kaku. Tapi, ia memperlakukan Adira dengan sopan dan hangat.
Setiap kali Heriberto hendak mengantarkan makanan, dia selalu mengetuk pintu dan menunggu Adira memberinya izin untuk masuk. Heriberto tak pernah memaksa atau mendesak Adira. Ia pun selalu sopan untuk menjaga jarak agar Adira merasa nyaman tanpa kehadiran Ricardo disana.
Saat jam makan tiba, Heriberto turun sendiri untuk mengantar kan nya langsung pada Adira. Namun, percakapan di antara mereka hanya terbatas pada hal-hal yang perlu.
Adira sering kali hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih singkat. Sementara Heriberto hanya akan membalas dengan sopan, lalu langsung pergi meninggalkan Adira sendiri, memastikan Adira memiliki ruang pribadinya.
Tak terasa, sudah dua hari berlalu. Ricardo belum juga kembali. Adira mulai merasa cemas, suasana yang biasanya tenang karna ada Ricardo kini digantikan dengan keheningan yang menyesakkan dada.
Ketika Heriberto masuk ke ruangan untuk mengantar sarapan seperti biasanya, Adira pun memutuskan untuk bertanya.
"Maaf," ujar Adira ragu.
"Ya?," jawab Heriberto datar.
"Sebenarnya, Ricardo kemana? Sudah dua hari dia tak kunjung kembali."
Adira hanya mengetahui kalau Ricardo hanya akan pergi sebentar, seperti yang tertulis di memo yang Ricardo tinggalkan disamping kasur.
"Ricardo pergi ke New York. El Patron menyuruhnya untuk mengawasi bisnis di sana." jawab nya.
Jawaban Heriberto itu cukup membuat Adira terkejut.
"New York?," tanya Adira, tidak menyangka.
"Kalau begitu, berapa lama lagi kira-kira dia akan kembali?."
.
.
.
Bersambung...
...💙💙💙...
...Hai Readers.....
...Kalau kamu suka dengan cerita pertama ku Luka dan Cinta, jangan lupa untuk follow aku, like, subscribe, dan vote, ya! Dukungan kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Bagi yang merasa ceritanya seru dan ingin memberikan lebih, bisa juga kirim gift buat bantu aku buat semangat nulis!...
...Terima kasih banyak buat kalian yang sudah baca dan support!...
...Stay tuned ya, karena masih banyak kejutan di bab-bab berikutnya!...
(ehemmm/Shhh//Shy/)