Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.
Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.
Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Keesokan harinya Elina dan Adrian memutuskan untuk kembali ke mansion.
Sesaat sampai di mansion ketenangan mansion Adrian dipecahkan oleh suara berat yang menyambut kedatangan mereka.
"Hallo Adrian" ucap seorang pria paruh baya menyapa kedatangan Adrian dan Elina.
Terlihat tatapan Adrian menjadi sangat tajam dan penuh amarah.
"ada apa kalian kemari" ucap Adrian dingin sambil mengepakkan tangannya.
"Nak tenanglah, kami hanya ingin berkunjung kemari" ucap Ibunda nya menenangkan Adrian yang terlihat sudah sangat menahan amarahnya.
Elina, yang baru saja memasuki ruang tamu, dikejutkan oleh penampakan dua orang pria paruh baya yang ditemani oleh satu orang wanita paruh baya, Elina mengenali pasti itu ibu dari Adrian karena tatapannya yangpenuh kekhawatiran, dan salah satu pria itu pasti ayah Adrian.
"Apa begini caramu menyambut orangtua mu?!" Ayah Adrian berteriak keras, membuat suasana semakin tegang.
Amanda berusaha menenangkannya, tapi pria paruh baya itu mengabaikan dan beralih memandang Elina dengan tatapan penuh kebencian.
“Siapa dia?” tanya pria itu dingin sambil menunjuk Elina, seolah dia tidak pantas berada di tempat itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya ayah Adrian dengan nada tinggi
"Sa-saya Elina Tuan" ucap Elina merasa gugup dan ketakutan, tangannya tiba tiba merasa panas dingin.
"Saya tidak bertanya siapa namamu" ucap Ayah Elina dengan nada yang masih meninggi.
"cukup Dad" Adrian menyelamatkan
"Dia Elina Raffaela Escobar, Dia Istriku" Ucap Adrian dengan tegas dan menggenggam erat tangan Elina.
"beraninya kauuu meninggikan suara mu" Ayah Adrian geram dan hendak maju emnapar Adrian, tapi suara pria paruh baya di belakangnya mencegah ayah Adrian.
"Sudahlah Volkov... Kau seperti anak kecil saja" ucap pria itu yang berhasil menghentikan tindakan ayah Adrian.
Pria itu yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikan keluarga itu bersitegang kini mengeluarkan suaranya.
"Hallo Adrian.. lama kita tidak berjumpa" ucap pria itu dan berjalan kedepan memeluk Adrian.
Adrian hanya terdiam tanpa menjawab perkataan pria tersebut.
"sudahlah Volkov kita tidak perlu ribut ribut, apakah kita tidak lebih baik berbincang santai dan sarapan, aku merasakan sedikit lapar" ucap pria itu yang tidak lain adalah Jhon Ivanova, ayah dari Valeria.
Suasananya seketika kembali tenang.
"Iya Dad.. kita sarapan dulu.. tenangkan dirimu... aku akan menyuruh madam menyiapkan sarapan untuk kita." ucap Amanda istrinya membujuk suaminya.
suasana kembali tenang, Jhon Ivanova mengajak Adrian serta untuk sarapan
"Adrian kau tidak ikut sarapan dengan kami"
"Tidak" ucap Adrian singkat
Adrian tanpa menghiraukan mereka lagi bergegas membawa Elina menuju kamar utama, milik Adrian yang belum pernah Elina masuki.
"Adrian menutup pintu itu dengan sangat keras dia merasa geram dengan kedatangan mereka yang tiba tiba ke mansionnya, apalagi dengan kedatangan Pria paruh baya itu, yang tidak lain adalah Jhon Ivanova.
Elina duduk di tepi ranjang, meremas jemarinya yang masih terasa dingin setelah konfrontasi tadi. Pikiran-pikirannya terus berputar, membayangkan segala skenario buruk yang mungkin terjadi. Dia tahu Adrian kuat, tapi dia juga tahu bahwa kekuatan itu diuji oleh masa lalu yang belum sepenuhnya terselesaikan.
Setelah merasa sedikit tenang Adrian memutuskan untuk pergi ke ruang kerjanya, Adrian memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Daniel.
Ruang kerja Adrian.
Ternyata di sana nampak Jhon Ivanova sedang duduk di kursi miliknha, santai namun penuh wibawa. Volkov, ayah Adrian, berdiri di dekat jendela dengan tatapan kosong yang sulit ditebak.
"Apa yang kalian lakukan disini" ucap Adrian dingin.
"Adrian, kau sudah dewasa, sudah waktunya berhenti bertindak seolah dunia ini hanya milikmu," kata Jhon Ivanova, membuka pembicaraan tanpa basa-basi.
Adrian tidak menjawab, hanya berdiri tegak dengan tangan disilangkan di depan dada, menanti dengan wajah tanpa ekspresi.
“Valeria masih menunggumu,” lanjut Jhon dengan nada yang lebih rendah, namun tegas.
“Dan ibumu—kau tahu dia akan hancur jika kau terus menolak perjodohan ini.”
Adrian mendengus kecil, ekspresi dinginnya berubah sinis.
"Ibu sudah tahu pilihanku, dan aku tidak akan berubah pikiran. Istriku Elina, bukan Valeria."
Jhon memicingkan matanya, menyandarkan punggung ke kursi sambil menatap Adrian dengan tatapan penuh pertimbangan.
"Istri, katamu? Kau benar-benar mau menghancurkan semua hanya karena seorang gadis?"
"Dia bukan sekedar gadis biasa" potong Adrian tajam, langkahnya maju mendekat..
"Elina adalah istriku, dan kau tidak punya hak untuk meremehkan apa yang kupilih"
Suasana ruangan mendadak tegang lagi, Daniel berdiri diam di sudut, siap berjaga jika situasi memanas lebih jauh.
Volkov, yang sedari tadi hanya diam, akhirnya angkat bicara.
"Adrian, dengarkan aku sekali ini saja," suaranya dalam, namun terasa letih.
"Aku tahu kau tidak suka dikendalikan, tapi kau harus memikirkan keluargamu, terutama ibumu. Apa kau benar-benar siap melihatnya kecewa, bahkan hancur, hanya karena kau ingin menentang takdir yang telah diatur?"
Adrian menatap ayahnya dengan amarah yang tertahan, tetapi ada sesuatu dalam tatapan Volkov yang menyentuh bagian terdalam hatinya.
Sebagai seorang anak, ia tak pernah suka melihat ibunya menderita. Namun, dia juga tahu bahwa mengikuti kemauan keluarganya akan mengorbankan segalanya—terutama Elina.
“Adrian,” lanjut Jhon Ivanova dengan suara yang lebih lembut, tapi penuh tekanan.
“Aku menghormati pilihanmu, tapi kau harus tahu, jika kau terus menolak, akan ada konsekuensi. Bukan hanya untukmu, tapi juga untuk orang-orang di sekitarmu. Elina, terutama.”
"bukankah pernikahan kalian hanya perjanjian semata?" ucap Jhon
"Untuk apa kau membawa gadis itu kedalam lingkaran masalah, kau sendiri tau siapa dirimu!" sambung Jhon menekankan
Mata Adrian menyipit. Ancaman itu tidak tersamarkan lagi. "Apa maksud anda?"
“Jangan bodoh,” ucap Jhon dingin.
“Elina mungkin aman bersamamu sekarang, tapi dunia ini kejam. Orang-orang seperti kita punya banyak musuh. Kau tahu itu. Menikahi Valeria akan memperkuat perlindunganmu—dan melindungi Elina dari apa pun yang mungkin terjadi.”
Adrian merasakan darahnya mendidih. Jhon benar-benar bermain di titik lemahnya. Menggunakan Elina sebagai alasan untuk memaksanya kembali ke perjodohan yang dia benci.
Dengan napas yang mulai berat, Adrian melangkah mundur, memikirkan semua yang dikatakan Jhon. Dia tahu apa yang dipertaruhkan. Tapi kali ini, dia tak bisa membiarkan mereka mengontrol hidupnya lagi.
"bukankah tadi kalian ingin sarapan, pergilah," ucap Adrian dingin, memutuskan pembicaraan. "Aku tidak tertarik untuk berurusan lebih jauh."
Dengan itu, dia keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, meninggalkan ayahnya dan Jhon Ivanova yang saling bertukar pandang dengan kesadaran bahwa mereka belum selesai dengan masalah ini.
Setibanya kembali di kamar, Adrian menemukan Elina yang duduk termenung. Saat melihat Adrian masuk, Elina berdiri, ekspresinya penuh kecemasan.
"Apa yang terjadi, Tuan Adrian? Apa mereka menyuruhmu untuk—"
Adrian segera menarik Elina ke dalam pelukannya, memotong pertanyaannya. "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh kita. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu."
Elina terdiam di pelukan Adrian, merasa ada badai besar yang sedang mengintai. Namun, untuk sesaat, dia merasa aman di bawah perlindungan pria yang telah membuat dirinya merasakan perasaan lebih dari sekedar istri diatas perjanjian.
Adrian menatap dalam ke arah jendela, ke arah luar mansion yang sunyi. Di dalam pikirannya, ia tahu bahwa pertempuran baru saja dimulai, dan ia harus bersiap menghadapi lebih banyak rintangan untuk mempertahankan pilihannya pada Elina. Entahlah Adrian pun tidak mengetahui mengapa dia sangat ingin sekali Elina ada dalam perlindungan nya dan menjadi bagian hidupnya.